ahli bayt yang dimaksud dalam ayat tathhir (1)

Ahli Bayt yang dimaksud oleh Ayat Tathhir

Persoalan bahwa Ayat Tathhir dan hadis-hadis yang tersebut di atas adalah menjelaskan keutamaan yang luar biasa bagi Ahli Bayt diterima baik oleh kalangan Ahli Sunnah maupun Syi’ah, akan tetapi berkenaan dengan personal mereka ada dua pendapat: Menurut Syi’ah Imamiah, keutamaan ini hanya dimiliki oleh manusia-manusia yang maksum atau suci dari dosa dan kesalahan, mereka adalah para imam maksum as. dan Fatimah Zahra as.
Adapun menurut Ahli Sunnah, disesuaikan dengan pandangan-pandangan ideologis mereka, yang dimaksud dengan Ahli bayt di dalam Ayat Tathhir adalah istri-istri Rasulullah saw.
Tentunya pendapat yang kedua ini mengundang banyak kritikan, sebab kehendak formatif Allah swt. tidak mungkin menyimpang dari kenyataan, sejarah menjadi saksi bagaimana sebagian dari istri-istri Rasulullah saw. melanggar perintah dan larangan Allah swt., Aisyah setelah Rasulullah saw. wafat melanggar wasiat beliau sekaligus ayat al-Qur’an yang ditujukan kepada istri-istri beliau:

وَ قَرنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَ لَا تَبَرُّجنَ تَبَرُّجَ الجَاهِلِيَّةِ الاُولَى‏ / الاحزاب: 33.


Artinya: “Dan tetaplah kalian di rumah kalian dan janganlah kalian berhias seperti orang-orang jahiliah dahulu”. (QS. 33: 33), dia keluar dari rumah dan mengerahkan pasukan untuk berperang melawan Amirul Mukminin Ali as., dialah penyebab terjadinya perang Jamal yang menjatuhkan ribuan korban, dia kalah dalam peperangan itu dan Amirul Mukminin Ali as. memulangkannya ke Madinah.
Ini bukan satu-satunya kesalahan Aisyah, di masa kekhalifahan Utsman bin Affan dia termasuk orang yang paling getol dalam memusuhi Utsman, dia pula yang rajin menggerakkan masa untuk menentang Utsman, dia tunjukkan baju Rasulullah saw. kepada masyarakat seraya berkata: “Baju Rasulullah masih belum usang tapi Utsman sudah berani menghapus sunnah beliau”. Aisyah tidak henti-hentinya menjelek-jelekkan Utsman bin Affan bahkan menurut dia Utsman harus segera dibunuh, dia pun keluar dari Madinah menuju ke Mekkah sebagai langkah protesnya terhadap Utsman. Ketika sampai di Mekkah dia mendengar berita pembunuhan Utsman, dan karena dia beranggapan bahwa Thalhah akan menggantikan Utsman sebagai khalifah maka dia pulang ke Madinah dengan rasa gembira, tapi ketika dia melihat masyarakat berbaiat kepada Ali dia betul-betul gelisah seraya bersumpah bahwa Utsman terbunuh secara teraniaya, dia berbalik dari posisi sebagai penentang Utsman menjadi orang yang mengibarkan bendera keteraniayaan Utsman dan penuntutan balas atas darah Utsman, hal itu dia lakukan tidak lain adalah untuk menentang kekhalifahan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.
Berdasarkan bukti terjadinya kesalahan atau bahkan pelanggaran yang disengaja, maka istri-istri Rasulullah saw. atau semua anggota keluarga dan yang berada di bawah tanggung jawab beliau tidak bisa menjadi maksud dari Ahli Bayt dalam Ayat Tathhir, dan tentunya ketaatan terhadap mereka tidak bisa menjamin seseorang terhindar dari kesesatan, karena itu sama dengan menapaki jalan orang-orang yang masih mungkin salah bahkan sudah terbukti bersalah atau melakukan pelanggaran secara sengaja. Ahli Bayt adalah manusia-manusia yang sepenuhnya menguasai firman-firman Allah swt. dan terjaga dari segala bentuk dosa, noda dan kesalahan, dan kriteria ini tidak dimiliki oleh semua anggota keluarga Rasulullah saw. melainkan hanya orang-orang tertentu di antara mereka.
Dari beberapa penelitian terbukti bahwa orang pertama yang mencetuskan pandangan Ahli Bayt adalah istri-istri Nabi saw. adalah Ikrimah dan Muqatil. Allamah Wahid mengatakan: “Ikrimah berteriak di tengah pasar sesungguhnya Ayat Tatthir turun berkenaan dengan istri-istri Nabi”. Di dalam kitab tafsir ad-Durul Mantsur disebutkan bahwa Ikrimah mengatakan: “Silahkan siapa saja bermubahalah denganku tentang Ayat Tathhir, menurutku ayat itu turun berkenaan dengan istri-istri Nabi”.
Dengan memperhatikan cara-cara yang digunakan oleh Ikrimah dalam menyatakan pandangan Ayat Tathhir turun berkenaan dengan istri-istri Nabi saw., begitu pula tantangan dia kepada yang lain untuk bermubahalah tentang masalah tersebut, setiap ahli dapat menangkap sebuah kenyataan di tengah masyarakat bahwa pandangan itu asing bagi mereka, masyarakat meyakini hal yang sama sekali berbeda dengan pandangan yang dicetuskan oleh Ikrimah tersebut, itulah sebabnya Jalaluddin Suyuthi meriwayatkan dalam kitab tafsirnya ad-Durul Mantsur bahwa Ikrimah berkata kepada masyarakat: “Yang dimaksud dengan Ahli Bayt di dalam Ayat Tathhir bukan seperti yang kalian ketahui sebelumnya, Ahli Bayt di sini adalah istri-istri Nabi”.
Para ahli ilmu rijal menyebutkan Ikrimah sebagai penentang Amirul Mukminin Ali as., banyak sekali hadis-hadis palsu yang dia karang dan kemudian dia alamatkan hadis-hadis itu kepada Ibnu Abbas, maka itu besar kemungkinan pernyataan dia di atas juga termasuk hadis-hadis palsu buatannya.
Selain itu, ucapan orang-orang seperti Ikrimah dan Muqatil tidak lagi berarti ketika dihadapkan pada hadis-hadis sahih dan terpercaya yang menentang ucapan mereka. Di dalam kitab tafsir Thabari diriwayatkan dari Abu Sa’id Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Ayat Tathhir turun berkenaan dengan lima orang; aku, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein”. Diriwayatkan pula dari Ummu Salamah, Aisyah, dan Umar bin Abi Salamah bahwa Ayat Tathhir turun di rumah Ummu Salamah, pada waktu itu Rasulullah saw. mengumpulkan Ali, Fatimah, Hasan dan Husein serta menutupi mereka dalam satu selimut, lalu beliau bersabda “Mereka ini adalah Ahli baytku yang telah dihindarkan oleh Allah swt. dari kotoran dan dosa serta disucikan sesuci-sucinya”.
Tafsir ad-Durul Mantsur menukil dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. setiap hari selama sembilan bulan, tepatnya setiap kali datang waktu shalat, selalu menghampiri pintu rumah Ali bin Abi Thalib seraya bersabda:

السّلامُ عليكم و رحمة الله ‏و بركاتُه، اِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذهِبَ عَنكُمُ الرِّجسَ اَهلَ البَيتِ وَ يُطَهِّرَكُم تَطهِيرًا، اَلصَّلَاةُ‏ يَرحَمُكُمُ اللهُ كُلَّ يَومٍ.


Artinya: “Salam dan rahmat Allah serta berkah-berkah-Nya senantiasa tercurahkan kepada kalian, sesungguhnya Allah hanyalah hendak menyingkirkan kotoran dari kalian Ahli Bayt dan menyucikan kalian sesuci-sucinya, –telah datang waktunya– shalat, semoga Allah merahmati kalian setiap hari”, dan beliau mengulangi sabda itu sebanyak lima kali.
Di kitab yang sama Abu Sa’id meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. senantiasa menghampiri pintu rumah Fatimah sampai empat puluh hari, beliau mendoakan salam dan rahmat Allah swt. semoga selalu tercurahkan kepada Ahli Bayt seraya bersabda:

اِنَّمَايُرِيدُ اللهُ لِيُذهِبَ عَنكُمُ الرِّجسَ (اَهلَ البَيتِ) وَ يُطَهِّرَكُم تَطهِيرًا اَنَا حَربٌ لِمَن حَارَبتُم ‏وَ سِلمٌ لِمَن سَالَمتُم


Artinya: “Sesungguhnya Allah hanyalah hendak menyingkirkan kotoran dari kalian Ahli Bayt dan menyucikan kalian sesuci-sucinya, aku memerangi siapa saja yang kalian perangi dan aku berdamai dengan siapa saja yang kalian berdamai dengan mereka ...”.
Haskani di dalam bukunya Syawahidut Tanzil menukil dari Jami’ Tamimi yang menceritakan suatu hari aku beserta ibuku pergi menemui Aisyah, ibuku bertanya tentang Ali bin Abi Thalib kepada Aisyah dan Aisyah menjawab: “Apa yang bisa kamu bayangkan tentang seorang lelaki yang Fatimah adalah istrinya dan Hasan serta Husein adalah anak-anaknya, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri Rasulullah swt. menyelimuti mereka dengan kain seraya bersabda: “Ya Allah! mereka adalah Ahli Baytku, hindarkanlah kotoran dari mereka dan sucikan mereka sesuci-sucinya”.
Di kitab yang sama diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Ayat Tathhir turun kepada Rasulullah saw. di rumahku, pada waktu itu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein berada di sisi beliau, sementara aku berdiri di depan pintu rumah, aku katakan kepada Rasulullah apakah aku juga tergolong Ahli Baytmu? Beliau menjawab: “Tidak, kamu tergolong istri-istri nabi”.
Hadis-hadis seperti ini banyak sekali didapatkan dalam buku-buku Ahli Sunnah, tentunya artikel ini bukan tempatnya untuk menukil dan mengulas buku-buku tersebut.