SYAFAAT(1)

Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan sesungguhnya perbuatan mereka menuju para malaikat, nabi, dan wali untuk meminta syafaat dan berharap semoga dengan ini mereka bisa meraih kedekatan diri pada Allah swt. sehingga menyebabkan darah mereka halal untuk ditumpahkan dan harta mereka untuk dirampas.
Suratan ini diperolehnya dari Ibnu Taimiyah mengatakan orang-orang yang diperangi Rasulullah saw. mengakui hal yang serupa bahwa berhala-berhala mereka tidak mengatur sesuatu apapun dan yang mereka harapkan dari berhala-berhala itu tidak lain adalah kedudukan dan syafaat di sisi Allah swt. Itulah juga yang terjadi sekarang, menghendaki syafaat dari siapa yang mereka maksud, padahal permintaan syafaat dari orang-orang saleh sama persis dengan ucapan orang-orang kafir sebagaimana disinyalir oleh al-Qur’an:

مَا نَعْبُدُهُمْ اِلُّا لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَی اللهِ زُلْفَی ﴿ الزُّمَر: 3 ﴾

Artinya: “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka lebih mendekatkan kami kepada Allah.” (QS. az-Zumar: 3).

Arti Syafaat
Kata syafa’at berasal dari akar kata syaf’ yang berarti sepasang, lawan dari kata witr yang berarti ganjil atau tunggal. Sehubungan dengan pembahasan ini, seakan-akan pemberi syafaat digabungkan dengan sarana peminta syafaat yang masih kurang dan dengan perantara pemberi syafaat itu maka sarana tersebut menjadi sempurna dan mencapai target penerimaan serta memiliki pengaruh, sehingga orang yang meminta syafaat berhak meraih apa yang dia inginkan dan memperoleh apa yang sebelumnya tidak layak dia peroleh lantaran sarananya yang kurang dan terbatas.

Letak Syafaat
Seseorang tidak mungkin diberi syafaat apabila dia menghendaki pahala atau kedudukan tertentu tanpa berupaya ke arah sana dan menyiapkan faktor-faktor tercapainya pahala serta kedudukan tersebut. Seseorang akan diberi syafaat apabila dia mempunyai potensi dan kelayakan untuk mengenakan kesempurnaan dan menempati posisi yang diinginkan serta sebelumnya dia telah berusaha sekuat tenaga untuk itu, hanya saja dia belum sukses mencapai tujuan akibat sarana yang dia upayakan belum lengkap dan masih terbatas. Kondisi seperti inilah pemberi syafaat akan berperan aktif dalam menutupi kekurangan sarana tersebut, karena pada hakikatnya syafaat adalah melengkapi sebab dan tidak indepeden dalam berpengaruh.

Peran Pemberi Syafaat
Pemberi syafaat tidak berperan sebagai suatu yang menggagalkan kepemimpinan Tuhan atau membatalkan penyembahan hamba dan peran pemberi syafaat juga tidak berarti mengangkat tangan dari hukum yang telah ditetapkan, melainkan dia menghadap Tuhan dengan mengedepankan sifat-sifat Tuhan yang mengandung pengampunan terhadap hamba dan belas kasih padanya, seperti sifat kemurahan hati, kedermawanan, pengampunan, dan … .
Terkadang pemberi syafaat menghadap Tuhan dengan mengajukan sifat-sifat hamba yang menyebabkan rahmat, belas kasih, dan pengampunan-Nya terhadap hamba, sifat-sifat seperti kepercayaan yang benar, kejujuran dalam beriman, pencarian ridho Tuhan, cinta pada wali-wali Tuhan dan para kekasih-Nya, kondisi buruk hamba, kelemahan dan kehinaan hamba, dan … terkadang pula pemberi syafaat menghadap Tuhan dengan mengajukan sifat-sifat pada dirinya seperti kedekatan dia pada Tuhan, kedudukan dia yang tinggi di sisi Tuhan, dan … .Maka seakan-akan pemberi syafaat berkata demikian: Ya Tuhan! Aku tidak memohon-Mu untuk membatalkan hak kepemimpinan-Mu, aku tidak memohon-Mu untuk membatalkan hukum atau balasan yang sudah ditetapkan, melainkan aku memohon-Mu untuk memaafkan, karena Kau Maha Dermawan, atau karena hamba-Mu ini bodoh dan atau karena kedudukanku di sisi-Mu.
Jadi, pada hakikatnya syafaat adalah perantara untuk menarik keuntungan atau menolak kerugian dan keburukan dengan cara hukumah dan bukan penentangan. Yang dimaksud dengan hukumah adalah pemberi syafaat menyebutkan berbagai faktor yang berpengaruh dalam menghindarkan siksa dengan cara mengeluarkan terdakwa dari posisinya sebagai pendosa yang harus disiksa dan memindahkannya ke posisi lain sebagai orang yang layak dikasihani.
Orang yang baik bisa memperoleh syafaat dari malaikat atau yang lain setelah mendapatkan mandat dan ridho Allah swt., tapi ada juga cara lain, seorang hamba bisa menghadap Allah swt. dengan mengedepankan rahmat-Nya atau mengajukan kerendahan dirinya serta bertaubat kepada Dia dan beramal saleh, dengan cara ini dia juga akan memindahkan dirinya dari posisi berdosa ke posisi yang bagus. Allah swt. berfirman tentang orang-orang ini:

فَأُلَئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِم حَسَنَاتٍ ﴿ الفرقان: 70﴾

Artinya: “Maka mereka itulah orang yang Allah menggantikan kejahatan mereka dengan kebaikan.” (QS. al-Furqan: 70).
Oleh karena itu Allah swt. mampu dan berhak menggantikan kejahatan dengan kebaikan sebagaimana Dia juga mampu dan berhak merubah catatan amal seseorang menjadi nol, Allah swt. berfirman:

وَقَدِمْنَا إِلَی مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُوْرًا ﴿ الفرقان: 23 ﴾

Artinya: “Dan Kami datang kepada apa-apa yang mereka kerjakan dari amal, lalu Kami menjadikannya debu berterbangan.” (QS. al-Furqan: 23).

Pemberi Syafaat
Syafaat ada dua macam: pertama adalah syafaat alami, pemberi syafaat di sini adalah faktor-faktor alam dalam kapasitasnya sebagai perantara antara Allah swt. dan sesuatu. Adapun yang kedua adalah syafaat hukum, yakni syafaat yang berlaku di alam tugas dan kewajiban, di antaranya adalah apa yang di dunia bisa menghasilkan pengampunan dari Allah swt. dan kedekatan pada-Nya, maka pemberi syafaat di sini adalah perantara antara Allah swt. dan hambanya. Berikut ini akan disebutkan apa dan siapa saja yang memberikan syafaat kepada seseorang:

1. Taubat
Allah swt. berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلَی أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ . وَ اََنِيْبُوْا اِلَی رَبِّكُمْ وَ اَسْلِمُوْا لَهُ ﴿ الزمر: 53-54 ﴾

Artinya: “Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kalian kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya.” (QS. az-Zumar: 53-54).
Taubat ini mencakup segala bentuk maksiat walau sampai batas kesyirikan.

2. Iman
Allah swt. berfirman:

يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ و ءَامِنُوْا بِرَسُوْلِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَ يَجْعَلْ لَكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهِ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ وَ اللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ ﴿ الحديد: 28 ﴾

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada rasul-Nya niscaya Allah memberikan dua bagian dari rahmat-Nya kepada kalian, dan Dia menjadikan untuk kalian cahaya yang kalian berjalan dengannya, dan mengampuni kalian, dan Allahlah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hadid: 28).

3. Amal Saleh
Allah swt. berfirman:


وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَ عَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَ اَجْرٌ عَظِيْمٌ ﴿ المائدة: 9 ﴾

Artinya: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Maidah: 9).

4. Al-Qur’an
Allah swt. berfirman:


يَهْدِيْ بِهِ اللهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَ يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَی النُّوْرِ بِاِذْنِهِ وَ يَهْدِيْهِمْ اِلَی صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ ﴿ المائدة: 16 ﴾

Artinya: “Dengan kitab ini Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya kepada jalan keselamatan, dan mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang benar.” (QS. al-Maidah: 16).

5. Nabi
Allah swt. berfirman:


وَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَلَمُوْا اَنْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوْا اللهَ وَ اسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوْا اللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا ﴿ النساء: 64 ﴾

Artinya: “Sungguh kalau mereka ketika menganiaya dirinya, mereka datang kepadamu lalu mereka meminta ampun kepada Allah, dan rasul pun memintakan ampun bagi mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa’: 64).

6. Malaikat
Allah swt. berfirman:


الَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ الْعَرْشَ وَ مَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَ يُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَ يَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا ﴿ المؤمن: 7 ﴾

Artinya: “Malaikat-malaikat yang memikul ‘arasy dan siapa-siapa yang berada di sekitarnya, bertasbih memuji Tuhannya, mereka beriman kepada-Nya serta memohon ampun untuk orang-orang yang beriman.” (QS. al-Mukmin: 7).

وَ المَلَائِكَةُ يُسَبُّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَ يَسْتَغْفِرُوْنَ لِمَنْ فِيْ الاَرْضِ اَلَا إِنَّ اللهَ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ﴿ الشوری: 5 ﴾

Artinya: “Dan malaikat-malaikat bertasbih memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. as-Syura: 5).

7. Orang-orang Beriman
Mereka memohon pengampunan untuk diri mereka sendiri dan juga untuk saudara-saudara mereka yang beriman. Allah swt. mengisahkan mereka dalam firman-Nya:

وَاعْفُ عَنَّا وَ اغْفِرْ لَنَا وَ ارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلَانَا ﴿ البقرة: 286 ﴾

Artinya: “Maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami, Engkaulah pelindung kami.” (QS. al-Baqarah: 286).
Selain itu ada juga yang memberi syafaat pada hari kiamat dengan arti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yakni mengeluarkan seseorang dari posisi berdosa yang pantas mendapat siksa dan memindahkannya ke posisi orang yang layak dikasihani, mereka adalah sebagai berikut:

1. Nabi
Allah swt. berfirman:

وَ قَالُوْا اتَّخَذَ الرَّحْمَانُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ. لَا يَسْبِقُوْنَهُ بِالْقَوْلِ وَ هُمْ بِاَمْرِهِ يَعْمَلُوْنَ. يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَ مَا خَلْفَهُمْ وَ لَا يَشْفَعُوْنَ اِلَّا لِمَنِ ارْتَضَی وَ هُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُوْنَ ﴿ الأنبياء: 56-58 ﴾

Artinya: “Mereka berkata Yang Maha Pengasih mempunyai anak, Mahasuci Dia, bahkan mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-Nya. Dia (Tuhan) mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan apa-apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak dapat memberikan syafaat kecuali kepada siapa yang diridhoi-Nya, sedang mereka gemetar karena tunduk kepada-Nya.” (QS. al-Anbiya’: 26-28).
Dan di antara hamba Allah swt. yang dimuliakan dan dituduh sebagai anak Tuhan adalah Nabi Isa as.

2. Malaikat
Allah swt. berfirman:


وَ كَمْ مِن مَّلَكٍ فِيْ السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا اِلَّا مِنْ بَعْدِ اَنْ يَاْذَنَ اللهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَ يَرْضَی ﴿ النجم: 26 ﴾

Artinya: “Berapa banyak malaikat di langit, tiada guna syafaat mereka sedikit pun kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi siapa yang Dia kehendaki dan ridhoi.” (QS. an-Najm: 26).

3. Syahid
Allah swt. berfirman:


وَ لَا يَمْلِكُ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ الشَّفَاعَةَ اِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالحَقِّ وَ هُمْ يَعْلَمُوْنَ ﴿ الزخرف: 86 ﴾

Artinya: “Dan yang mereka seru dari selain-Nya, tidak mempunyai syafaat kecuali orang yang menjadi saksi atas kebenaran dan mereka mengetahui.” (QS. az-Zukhruf: 86).
Ayat ini menegaskan bahwa mereka mempunyai syafaat lantaran kesyahidan mereka terhadap kebenaran, dengan begitu maka seluruh orang syahid adalah pemberi syafaat yang memiliki kesyahidan. Yang dimaksud dengan kesyahidan di sini adalah kesaksian terhadap amal-amal manusia, bukan kesyahidan yang berarti kematian di medan perang.

4. Orang Beriman
Dari ayat sebelumnya bisa juga ditarik kesimpulan bahwa orang beriman tergolong mereka yang memberi syafaat, karena Allah swt. menyatakan mereka termasuk para syahid di hari kiamat:

وَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا بِاللهِ وَ رُسُلِهِ اُولَائِكَ هُمُ الصِّدِّيْقُوْنَ وَ الشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ ﴿ الحديد: 19﴾

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya mereka itulah orang-orang yang benar dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan.” (QS. al-Hadid: 19).

BERKELANJUTAN!!....