Pahala dan Hukuman dalam Pendidikan Islam

Manusia secara fitrawi menghendaki kehormatan, keutamaan dan kemuliaan. Pada umumnya, diri manusia haus dengan pujian dan penghargaan. Oleh karena itu, berterima kasih dan pujian maupun hadiah merupakan sebuah penggerak. Pujian akan mendorong seseorang melakukan perbuatan baik dan mendorong kinerjanya meningkat dan berada di jalan yang benar. Itulah sebabnya pujian juga mendapat perhatian dalam pendidikan Islam. Para Nabi Allah swt, dan Imam Maksum mengabarkan berita besar dalam bentuk ganjaran surga bagi orang-orang yang beriman supaya manusia beriman dan beramal saleh di dunia ini.

 

Al-Quran dan Hadist menjelaskan berbagai cara mengenai kasih sayang, saling memahami dan perkataan yang lembut, serta nasehat dengan cara yang baik, sehingga dengan cara ini bisa mendorong manusia mendapatkan hidayat dari Allah swt. Ganjaran bisa diterapkan dengan dua cara, baik langsung maupun tidak langsung. Cara langsung bisa konstruktif dan berpengaruh, misalnya untuk mengingatkan anak-anak dan remaja mengenai ketuhanan, dan menjelaskan argumentasi dengan bahasa yang bisa mereka pahami tentang pentingnya ibadah.

Tapi terkadang cara tidak langsung lebih efektif untuk menyampaikan pesan mengenai penciptaan alam semesta dan keteraturan di dalamnya dengan mengajak berpikir dan merenungkannya.

 

Memberikan ganjaran kepada orang yang berbuat kebaikan memberikan pengaruh besar, terutama bagi anak-anak dan remaja. Sebab pujian tersebut akan memberikan motivasi bagi mereka untuk memperbaiki dan meningkatkan perilaku supaya lebih baik dari sebelumnya. Terkait ganjaran terhadap orang yang melakukan perbuatan positif harus diperhatikan sejumlah masalah penting sehingga ganjaran tersebut akan bernilai dan efektif. Tanpa mempertimbangkan faktor ini, maka ganjaran tidak akan berpengaruh, atau bahkan sebaliknya akan memberikan dampak negatif.

 

Pertama, ganjaran yang diberikan kepada seseorang haruslah bernilai bagi orang itu. Sebab sebuah hadiah bagi seseorang mungkin dianggap bernilai, tapi tidak bagi yang lain. Kedua, ganjaran bukanlah hak maupun upah orang itu. Secara natural, seseorang tidak akan merasakan mendapat ganjaran, jika hadiah yang diterimanya merupakan upah maupun haknya. Poin lain yang harus diperhatikan adalah tidak boleh ada jarak yang sanagat jauh antara ganjaran dengan perbuatan baik tersebut. Sebab, ketika pemberikan hadiah sebagai ganjaran berjauhan waktunya maka pengaruhnya tidak besar, bahkan mungkin hilang sama sekali.

 

Selain itu, pemberian ganjaran pada tempatnya bisa menjadi motivasi untuk mengukuhkan tekad seseorang berada di jalan kebaikan dan tidak berputus asa dalam kebaikan. Sebuah ilustrasi mungkin akan memudahkan kita untuk memahami lebih jauh masalah ini. Beberapa ekor kodok melintasi hutan, tapi tiba-tiba dua ekor dari mereka masuk ke dalam lubang yang dalam. Sebagian kodok berkumpul di sekitar lubang itu untuk membantu temannya. Tapi karena lubang itu terlalu dalam, mereka mengatakan tidak mampu membantunya keluar dari tempat tersebut. Sekelompok kodok putus asa dan memutuskan untuk menghentikan bantuan terhadap dua rekannya yang terjebak di lubang itu. Sebab menurut mereka percuma saja menolong, karena lubang itu begitu dalam di luar kemampuannya.

 

Akhirnya satu kodok yang berada di dalam lubang itu putus asa, dan ia tetap berada dalam lubang itu selamanya.Tapi, satu kodok lainnya mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari lubang itu, dan akhirnya dia berhasil. Ketika keluar dan bertemu dengan kodok-kodok lain, ia ditanya bagaimana bisa keluar dari tempat tersebut. Apakah kamu tidak mendengar perkataan kami yang sudah putus asa membantumu keluar dari lubang yang dalam itu? Ternyata dia memiliki masalah pendengaran, dan tidak mendengar perkataan teman-temannya itu. Sebaliknya dia melihat teman-temannya itu dengan pandangan positif dan optimisme bahwa mereka mendukung penuh dirinya untuk keluar dari lubang tersebut. Kodok itu hanya memilikirkan bagaimana jalan untuk keluar dari lubang yang dalam itu. Dengan tekad kuat akhirnya perjuangan seekor kodok membuahkan hasil.

 

Pemberian hukuman merupakan metode pendidikan paling sensitif dan kompleks untuk mengubah perilaku seseorang. Tapi jika cara ini dilakukan secara keliru dan dalam situasi dan kondisi yang tidak tepat dan tidak sesuai kebutuhan, maka berdampak sebaliknya akan merusak dan berlawanan dengan tujuan dari hukuman itu. Sejatinya, hukuman seperti obat pahit yang harus diminum dengan dosis tepat sesuai takaran dan dalam kondisi yang tepat supaya memberikan efek penyembuhan bagi yang sakit.

 

Dalam pendidikan, metode hukuman adalah jalan terakhir setelah metode lainnya ditempuh. Itu pun harus dilakukan dengan cara, kadar dan situasi yang tepat. Metode hukuman diambil setelah berbagai cara ganjaran seperti pujian, hadiah, pemahaman dan teguran dengan cara yang lembut telah dilakukan. Meskipun demikian, hukuman tetap penting, sebab ketika seseorang melakukan kesalahan dan tidak ada penghalang maupun pengendalinya, maka tidak akan ada yang mengingatkan perbaikan karakter, dan kesalahannya akan terulang kembali.

 

Prinsip ganjaran dan hukuman sebagai sesuatu yang penting dalam pendidikan Islam. Pada prinsipnya, ayat al-Quran dari sabda Rasulullah Saw mengenai pahala dan hukuman merupakan bagian dari pendidikan manusia. Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 25, Allah swt berfirman, "Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya."

 

Untuk mendorong orang-orang mukmin berbuat kebaikan di dunia, al-Quran memberikan gambaran tentang surga di akhirat kelak sebagai ganjaran bagi orang yang beriman dan beramal saleh di dunia ini. Misalnya dalam surat az-Zukhruf ayat 70 hinga 73 dijelaskan  mengenai gambaran surga dan sebagian nikmat yng ada di dalamnya. Mengenai tafsir ayat-ayat ini, Allamah Hossein Thabathabai menulis, "Allah hendak memberikan pemahaman mengenai penghormatan terhadap mukmin supaya mereka melakukan amal saleh. Oleh karena itu, Allah swt berfirman; orang-orang mukmin memiliki kedudukan tinggi sehingga membuat orang-orang kafir iri, dengan itu kebenaran janji Allah bisa dipahami lebih baik dan lebih jelas."

 

Di bagian lain, al-Quran menjelaskan azab ilahi kepada orang-orang kafir, dan peringatan kepada orang-orang yang melakukan dosa di dunia supaya bertaubat.

 

Dalam metode pendidikan Imam Ali dijelaskan mengenai ganjaran dan hukuman. Imam Ali menegaskan urgensi ganjaran dan hukuman kepada para pejabat pemerintah sebagai bagian dari pendidikan kepada masyarakat. Imam Ali dalam salah satu pesan historisnya berkata, "Jangan sampai orang-orang yang berbuat kebaikan dan keburukan setara di hadapan kalian, sebab cara seperti ini akan menyebabkan orang-orang baik menjauhi perbuatan baiknya, dan mendorong orang-orang buruk melakukan perbuatan buruknya,".