JA'FAR DENGAN DUA SAYAP



Permulaan

Abu Thalib atau Syekh Al Bat-ha sangat merindukan keponakannya, yaitu Nabi Muhammad saw., sehingga beliau kemudian mencari Nabi. Beliau tidak sendirian. Putranya, Ja'far, yang saat itu berusia dua puluh tahun, membantu beliau mencari Nabi. Syekh al Bat-ha dan putranya ini mencari ke bukit dekat Makkah. Dan mereka pun menemukan Nabi saw. di sana.
Saat itu Nabi Muhammad saw. sedang berdoa denagn khusyuk. Ali, sang pemuda Islam, juga sedang berdoa di sebelah kanan Nabi. Mereka tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Mereka sedang berdoa pada Allah, Sang Pencipta langit dan bumi, serta pencipta seluruh makhluk.
Saat mereka (Nabi saw. dan Ali) sedang berdoa, Abu Thalib berpaling pada putranya, Ja'far, dan berkata," Sempurnakan sayap sepupumu ( Nabi saw.)."Yaitu, dengan berdiri di sebelah kiri Nabi karena Ali telah berdiri disebelah kanan beliau. Karena burung tidak dapat terbang dengan satu sayap. Hal tadi bermakna bahwa Abu Thalib tidak ingin Nabi saw. hanya memiliki satu sayap. Sejak saat itu, nama Ja'far muncul dalam sejarah kejayaan islam.
Ja'far bin Abi Thalib lahir sekitar 25 tahun setelah Tahun gajah. Beliau sepuluh tahun lebih tua dari saudaranya, Ali. Beliau dua puluh tahun lebih muda dibanding Nabi saw.
Ja'far bin Abi Thalib mirip dengan Nabi Muhammad saw. Ia tinggal dengan sepupunya, yaitu Al Abbas. Abu Thalib memiliki keluarga besar. Nabi Muhammad saw. ingin meringankan beban pamannya, sehingga beliau saw. membawa Ali ke rumahnya. Sedangkan Ja'far diambil oleh Al Abbas.
Cahaya islam menyinari langit Makkah. Nabi Muhammad saw. mengajak orang-orang yang berada dalam kebimbangan menuju cahaya baru.
Nabi Muhammad saw. mengajak kaum yang teraniaya dan tertindas menuju pada agama yang memberikan kebebasan dan kemerdekaan. Beliau mengajak orang-orang yang berada dalam kegelapan menuju cahaya islam.
Tetapi kaum Quraisy yang kejam tidak mendengarkan seruan dakwah islam dan firman-firman Allah. Kemudian mereka mulai memerangi Nabi Muhammad saw. dan siapa saja yang mengikuti beliau. Mereka melampiaskan kemarahan mereka pada kaum yang lemah. Mereka mencambuk Bilal al Habsyi, Sumayya, Yassir, dan umat muslim lainnya. Para pengikut Nabi saw. dicambuk hanya karena mereka mengucapkan:"Tiada Tuhan selain Allah."

Hijrah Menuju Habsyi

Pada suatu malam, umat Muslim bertemu dengan Nabi Saw. Beliau saw. bersedih karena umat Muslim mengalami penyiksaan. Lalu beliau berkata, "Di Habsyi ada seorang raja yang arif. Hijrahlah menuju ke Habsyi. Tetaplah tinggal di sana sampai Allah menghilangkan kesusahan kalian."
Gagasan hijrah menyinari hati para pengikut Nabi Muhammad saw. bagaikan sinar surya menerangi bumi dengan cahaya dan kehangatan.
Pada tengah malam, sebuah kelompok kecil telah sampai ke Habsyi, melewati laut merah. Kaum yang berhijrah menetap di sana.
Sementara itu, kaum Quraisy meningkatkan penyerangan kepada umat islam yang tinggal di Makkah, sehingga mereka berada dalam kesulitan.
Pada saat yang genting, Nabi Muhammad saw. memerintahkan kepada sepupunya, Ja'far, untuk memimpin kelompok yang lebih besar menuju Habsyi.
Jumlah anggota kelompok itu melebihi delapan puluh orang. Ja'far mulai memimpin kafilah yang akan berhijarah menuju ke tepi pantai.
Laut itu sangat tenang. Angin berhembus dengan lembut. Kaum yang hijrah itu sampai ke pesisir pantai. Atas kehendak Allah SWT, melintaslah sebuah kapal. Kapal itu sedang berlabuh, berasal dari Jeddah menuju Habsyi. Ja'far meminta kapten kapal untuk mengizinkan mereka menumpang menuju Habsyi. Kapten itu pun mengizinkan.
Kapal kemudian berlayar mengarungi lautan. Umat Muslim bersyukur pada Allah, yang telah mengubah ketakutan menjadi rasa aman untuk beribadah kepada Allah SWT semata.
Ja'far sendiri sering menengok keadaan kaum yang berhijrah tersebut, terutama anak-anak. Istri Ja'far, Asma binti Umayyah, sering menengok kaum wanitanya.
Hari demi hari berlalu. Kapal itu Kemudian berlabuh di Habsyi. Umat Muslim Akhirnya sampai di tempat yang dimaksudkan Nabi Muhammad saw. Umat Muslim kini berdoa kepada Allah dengan bebas. Tidak seorang pun yang melarang mereka untuk beribadah. Selama beribadah, mereka selalu meminta kepada Allah SWT agar Nabi Muhammad saw. dan umat muslim lainnya memperoleh kemenangan atas kaum Quraisy yang kejam dan bersikap tidak adil.
Namun, berita yang sampai pada mereka sungguh menyedihkan. Yassir dan Sumayya syahid akibat penyiksaan. Mereka sangat sedih mendengar penyiksaan yang terjadi pada saudara-saudara mereka. Namun hal ini membuat keimanan mereka semakin kokoh.

Di Kota Makkah

Abu Jahal, orang yang selalu dengki pada Nabi Muhammad saw. senantiasa berencana untuk menghancurkan agama Allah. Dia ingin memadamkan cahaya islam sehingga orang hidup dalam kegelapan dan kebodohan.1
Namun agama Allah menyebarbagaikan aroma bunga mawar yang merebak. Hal itu membuat kebahagian hadir dalam hati bagaikan musim semi.
Suatu hari, para pemimpin quraisy mengadakan pertemuan di Darul Nadwa. Mereka mencari jalan untuk memadamkan cahaya Islam.
Umayyah berkata,"Aku akan membuat Bilal jadi pelajaran bagi budak-budak lain sehingga mereka tidak akan masuk agama Muhammad."
Abu Jahal berkata,"Kita terus akan memboikot bani Hasyim (keluarga Nabi saw.) sehingga mereka mati kelaparan atau sampai mereka menyerahkan Muhammad pada kita supaya bisa kita bunuh."
Abu Sofyan berkata," Tapi apa yang harus kita lakukan pada mereka yang melarikan diri dari Makkah ke Habsyi?"
Abu Jahal berkata," Kita akan bawa mereka kembali. Kita akan kirimkan banyak hadiah pada Al Najashyi (Raja Habsyi), sehingga dia akan menyetujui keinginan kita. Kita akan kirimkan seorang yang pandai berunding dengan Al Najashyi."
Setelah beberapa minggu, mereka memutuskan untuk mengirim seorang utusan untuk membawa kebali orang-orang yang melarikan diri itu.

Di Hadapan Al Najashyi

Pada keesokan harinya, Amr bin Ash dan Amarah bin al Walid mengarungi laut dengan membawa hadiah yang banyak untuk Al Najashyi.
Mereka mengarungi laut dengan menggunakan sebuah kapal. Mereka pun kemudian tiba di Habsyi. Mereka lalu menuju istana raja.
Amr bin Ash berkata kepada penjaga istana,"Kami utusan bangsa Quraisy membawa hadiah untuk sang Raja."
Al Najashyi menyambut mereka dan menerima hadiah dari orang Quraisy tersebut. Para pemuka agamanya juga menerima hadiah-hadiah dari mereka. Raja lalu menanyakan maksud kedatangan mereka.
Para utusan itupun menjawab," Ada beberapa orang bodoh telah mengungsi ke negeri Habsyi. Mereka telah mengabaikan agama ayah leluhur mereka. Mereka tidak menerima agama Tuan (Kristen). Mereka telah membawa Agama baru. Agama yang Tuan dan kami tidak ketahui. Kami orang Quraisy adalah kaum yang mulia. Kami datang kemari untuk membawa mereka kembali dan mendidik mereka."
Raja negeri Habsyi adalah seorang yang arif dan bijaksana. Lalu kemudian ia pun berkata,"Bagaimana bisa aku menyerahkan orang yang telah memilih negeriku dan meminta bantuanku? Bagaimanapun, aku akan terlebih dahulu bertanya pada mereka. Apabila benar pikiran mereka jahat dan telah berkhianat, aku akan serahkan mereka pada kalian. Jika sebaliknya, maka aku akan membiarkan mereka untuk tinggal di negeriku."
Al Najashyi memanggil kaum yang berhijrah tersebut. Kemudian mereka pun menghadap ke istana. Ja'far bin Abi Thalib berada paling depan. Mereka memasuki istana dan berdiri tepat di hadapan sang Raja.
Rakyat al Najashyi membungkukkan badan mereka ketika berhadapan dengan sang Raja, begitu pula dengan utusan dari bangsa Quraisy. Sedangkan kaum muslimin tidak membungkuk, kepala mereka tetap ditegakkan.
Raja Al Najashyi pun lalu bertanya pada mereka,"Kenapa kalian tidak membungkukkan badan di hadapanku?"
Ja'far menjawab,"Kami tidak membungkuk dihadapan siapa pun kecuali di hadapan Allah."
Raja lalu berkata,"Apa maksud kalian?"
Ja'far kemudian menjawab,"Yang mulia, Allah telah mengirimkan seorang rasul, dan rasul itu telah memerintahkan kamiuntuk tidak pernah membungkuk pada siapa pun kecuali pada Allah. Beliau juga telah memerintahkan kepada kami untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat."
Amr bin Ash berkata dengan nada marah,"Mereka telah melanggar agama raja."
Al Najashyi menyuruh Amr untuk diam, dan meminta Ja'far untuk melanjutkan.
Dengan sopan, Ja'far kemudian berkata," Yang mulia, kami dulu hanyalah orang-orang bodoh. Kami menyembah berhala dan memakan bangkai binatang. Kami melakukan hal-hal yang buruk dan mengabaikan keluarga kami. Kami tidak menyantuni tetangga kami. Yang kuat menindas yang lemah. Kemudian Allah mengirimkan pada kami seorang rasul. Kami mengetahui dengan benar kejujuran dan keluhurannya. Kami mengetahui bahwa ia benar-benar orang yang suci dan dapat dipercaya. Kemudian beliau mengajak kami untuk menyembah pada Allah semata. Beliau memerintahkan kami untuk tidak menyembah apa yang dulu kami dan leluhur kami sembah. Beliau memerintahkan kami untuk selalu jujur dan menjaga amanah. Beliau memerintahkan kami untuk selalu mengunjungi kerabat dan menyantuni tetangga, menghentikan perbuatan jahat dan pertumpahan darah. Beliau mencegah kami dari perbuatan keji dan mungkar, mengambil hak-hak anak yatim dan berbicara buruk pada wanita yang telah menikah. Beliau memerintahkan kami untuk hanya menyembah Allah semata dan tidak menyembah banyak tuhan. Beliau memerintahkan kami untuk mendirikan salat, bersedekah, dan berpuasa.
Yang mulia, kami mempercayai dan mengikuti apa yang beliau bawa dari Allah dan kami hanya menyembah Allah semata, kami tidak menyembah banyak tuhan. Tetapi orang-orang Quraisy menyerang dan menyiksa kami. Mereka mencegah kami dari beribadah menurut agama kami dan memaksa kami untuk menyembah berhala lagi. Kami datang ke negeri Tuan. Kami lebih memilih negeri tuan dibanding negeri lain. Maka dari itu, kami meminta Tuan untuk berlaku adil dan arif."
Al Najashyi kemudian dengan sopan berkata," Apakah kamu mengetahui sesuatu yang disampaikan oleh rasulmu?"
Ja'far menjawab,"Ya"
Al Najashyi:" Bacakan untukku!"
Ja'far lalu mulai membacakan beberapa ayat dari surah Maryam:
"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Alquran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka. Lalu kami mengutus roh kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata," Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Allah yang maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.'Dia (jibril) berkata," Sesungguhnya aku hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.' Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!' Jibril berkata," Demikianlah Tuhanmu berfirman,'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar kami dapat menjadikannya sebuah tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang mudah untuk diputuskan."Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya ituke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata,'Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.' Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, 'Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Allah Yang Maha Pemurah, maka aku tidsak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini." Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, 'Hai Maryam ! Sesungguhnys kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun ! Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.""
Al Najashyi pun terharu. Air matanya membasahi kedua pipinya. Para pemuka agama dan rahib-rahib istana dan ikut terharu. Suara Ja'far terdengar Syahdu:
"Maka Maryam menunjuk pada anaknya. Mereka berkata, Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?' Berkata isa,' Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja kau berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup dan berbakti kepda ibuku; dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.'"
Al Najashyi mendukung firman-firman Allah ini dan berkata dengan lirih," Tentu saja, apa yang telah kau bacakan dan apa yang telah dibawa oleh Nabi Isa berasal dari satu tempat yang sama."
Sang Raja kemudian berpaling pada utusan Quraisy dan berkata dengan marah,"Aku tak akan menyerahkan mereka pada kalian dan aku akan membela mereka."
Kemudian sang Raja pun memerintahkan pada prajurit kerajaan untuk mengusir utusan Quraisy tersebut dan mengembalikan hadiah yang telah mereka berikan. Raja berkata, " Mereka telah berusaha menyuapku. Dan aku tak ingin disuap.
Raja kemudian berpaling pada Ja'far dan umat Muslim lainnya. Ia lalu berkata," Kalian diterima di sini, begitu pula dengan Rasul kalian. Aku mengakui bahwa ia adalah seorang rasul yang telah diberikan oleh Nabi Isa bin Maryam. Tinggallah sesuka kalian di negeriku."
Al Najashyi ingin mengetahui kebiasaan dalam tata krama dalam Islam. Ia bertanya pada Ja'far, "Bagaimana cara kaian saling bertegur sapa ?"
Ja'far berkata," Kami menyapa dengan mengucapkan Assalaamu'alaikum."

Rencana Jahat lain

Pada keesokan harinya, Amr bin Ash dan Amarah memutuskan untuk pergi ke istana Raja. Di perjalanan, Amr bin Ash berkata pada Amarah," Kali ini, aku akan membalas Ja'far. Aku akan memberi tahu Raja bahwa umat Muslim mempunya pemikiran lain tentang Isa."
Mereka menghadap kembali pada Al Najashyi dan berkata, " Yang Mulia, umat Muslim mengatakan bahwa Isa adalah seorang hamba sahaya."
Al Najashyi terdiam untuk beberapa saat, kemudian ia berkata pada pengawalnya, "Carilah Ja'far agar kita bisa mendengar pandangannya."
Raja bertanya padanya,"Apa pendapatmu tentang Isa?"
Ja'far menjawab dengan tenang," Kami mengatakan sebagaimana yang telah Allah dan Rasul-nya katakan tentangnya!"
Raja bertanya padanya,"Apa yang telah dikatakan rasulmu?"
Ja'far menjawab dengan tenang,"Beliau adalah hamba Allah, rasul Allah, roh Allah, firman Allah yang telah diberikan Allah pada perawan Maryam yang suci."
Al Najashyi terdiam beberapa saat, kemudian ia menggambar sebuah garis di tanah dengan tongkatnya. Lalu ia berkata,"Temuilah kawan-kawanmu. Kalian aman di negeriku."
Lagi-lagi rencana jahat utusan Quraisy tersebut gagal. Mereka pulang kembali ke Makkah dengan tangan hampa. Sejak pertemuan itu, umat muslim hidup bahagia di negeri Habsyi.
Nabi Muhammad saw. dan umat Muslim bergembira atas kemenangan Ja'far dan tinggalnya mereka di negeri Habsyi.


Tempat Hijrah yang Baik

Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu.
Ja'far dan kaum Muslim lainnya mendengar banyak kabar. Ketika mereka mendengar kabar baik, mereka ikut senang. Namun ketika mereka mendengar kabar buruk, mereka menjadi sedih.
Mereka merasa senang ketika mendengar bahwa embargo yang kaum Quraisy terapkan pada bani Hasyim telah berakhir.
Namun mereka merasa sedih ketika mendengar tentang kematian Abu Thalib, sang pelindung Nabi Muhammad saw., serta kematian Khadijah, istri Nabi Muhammad saw., yang senantiasa mendukung Nabi dan menghabiskan hartanya demi perjuangan agama Islam.
Kaum Muslimin di negeri Habsyi mendengar kabar tentang hijrahnya Nabi Muhammad saw. ke Madinah dan pendirian Negara Islam yang pertama, dimana bendera tauhid dikibarkan. Mereka diliputi kebahagiaan.
Kabar tentang Perang Badar dan tentang kemenangan Islam atas kaum kafir terdengar oleh mereka. Mereka mendengar kabar tentang Perang Uhud. Mereka merasa sedih ketika mereka mendengar bahwa Nabi saw. terluka di medan perang.
Mereka senang ketika mendengar kabar tentang kemenangan kaum Muslimin atas kaum kafir dan Yahudi. Mereka pun sangat senang ketika mendengar tentang surat-surat Nabi saw. yang ditujukan pada raja-raja di seluruh dunia.
Nabi Muhammad saw. mengirimkan surat pada Hercules, Kaisar Romawi; Khosrow, Raja Persia; dan Al Mokawkas, Fir'aun Mesir.

Surat Untuk Al Najashyi

Amr bin Umayyah al Dhimri, utusan Nabi kita Muhammad saw., tiba di negeri Habsyi dengan membawa surat dari Nabi saw. surat tersebut bertuliskan:
Dari Muhammad, Rasulullah.
Kepada Al Najashyi, Raja Habsyi.
Anda aman.
Segala puji bagi Allah. Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha kuasa, Mahasuci. Aku bersaksi bahwa Isa adalah roh Allah, dan firman-Nya yang diberikan-Nya pada Maryam, sang perawan yang suci. Allah menciptakan Isa dengan kekuasaan-Nya sebagaimana Ia telah menciptakan Adam sebelumnya.
Aku mengajakmu untuk beribadah pada Allah semata, untuk mematuhi-Nya, mengikutiku, dan untuk mempercayai apa yang telah datang padaku, aku adalah rasul Allah. Aku mengajakmu dan prajuritmu untuk menyembah Allah SWT. Aku telah memberitahumu serta mengajakmu. Maka, ikutilah nasihatku.
Dan kesejahteraan semoga tercurah padanya yang mengikuti ajaran yang benar.
Ja'far menemani utusan Nabi Muhammad saw. menuju istana Al Najashyi. Pertama-tama mereka memberi salam pada Raja Habsyi. Kemudian sang Raja menerima surat dari Nabi saw. dengan penuh penghormatan.
Al Najashyi membaca surat tersebut. Beliau lalu turun dari singgasananya dan duduk di bawah untuk menunjukkan kerendahan hatinya serta penghormatannya pada Rasulullah,Nabi Muhammad saw.
Al Najashyi meletakkan surat tersebut di atas kedua matanya untuk menunjukkan penghormatannya yang luar biasa. Kemudian ia memerintahkan para penjaga istananya unutuk membawakan sebuah kotak yang terbuat dari gading untuk menyimpan surat tersebut. Dia berkata,"Negeri Habsyi akan tetap sejahtera selama penduduknya menyimpan surat ini."
Utusan Nabi saw. memberi Raja sebuah surat lagi. Surat itu meminta agar Raja mengizinkan kaum Muslim yang dipimpin oleh Ja'far Bin Abi Thalib untuk kembali ke Negerinya.
Kaum muslim sangat bahagia saat mendengar pemulangan mereka kembali ke kampung halaman. Mereka berterima kasih kepada Al Najashyi atas keramah-tamahannya.
Al Najashyi memerintahkan para prajuritnya untuk meyiapkan beberapa kapal untuk membawa kembali kaum Muslim ke Hijaz. Dia mengirimkan utusannya bersama mereka. Utusan Raja membawa hadiah dan sebuah surat perkenalan kepada Nabi Muhammad saw.
Layar kapal pun dinaikkan untuk memulai perjalanan. Mereka gembira atas kemenangan agama Allah.

Penaklukan Khaibar

Di Madinah, tentara Islam sedang bersiap-siap untuk maju menuju benteng-benteng kaum Yahudi di Khaibar.
Kaum Yahudi di Khaibar selalu berncana jahat untuk memadamkan cahaya Islam. Mereka senantiasa mendorong bangsa Arab untuk menyerang Madinah, untuk menghancurkan Negara Islamyang baru lahir tersebut.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. memutuskan untuk menumpas bahaya yang ditimbulkan kaum Yahudi sehingga masyarakat akan hidup tenteram.
Prajurit Muslim tiba di jalan yang menghubungkan suku Ghatfan dan benteng Khaibaruntuk mengejutkan musuh di sana.
Jumlah tentara Muslim mencapai 1.400 prajurit. Dua ratus penunggang kuda menyertai mereka. Kaum wanita juga turut serta dalam peperangan.
Kaum Muslim berada di garis depan benteng pertahanan Yahudi. Pada waktu subuh, Kaum Muslim mengejutkan kaum Yahudi dan mengepung mereka.
Beberapa sahabat melancarkan serangan yang kuat melawan kaum Yahudi. Namun usaha mereka sia-sia karena kaum Yahudi menghujani mereka dengan panah. Kaum Yahudi mengolok-ngolok Nabi Muhammad saw. beserta pasukannya.
Kemudian Nabi muhammad saw. berkata," Besok, aku akan memberikan bendera Islam kepada seorang pria. Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya; maka Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya."
Di pagi hari, seorang sahabat memohon pada Nabi saw. agar diberikan bendera itu. Namun Nabi Muhammad saw. menyerahkannya pada Ali, saudara Ja'far.
Dengan kuat, Ali mengibarkan bendera dan berada di garis depan benteng kaum Yahudi. Ketika Ali membunuh Marhab, pahlawan Yahudi, kaum Yahudi menjadi takut. Dengan cepat, kaum Muslim memasuki Benteng Khaibar satu per satu.
Nabi Muhammad saw. beserta kaum Muslim dipenuhi dengan kebahagiaan. Kemudiaan mereka bersyukur kepada Allah atas kemenangannya terhadap musuh.
Pada saat yang bersamaan, kaum yang berhijrah ke Habsyi yangt dipimp[in oleh Ja'far bin Abi Thalib sampai. Kebahagiaan Nabi Muhammad saw. menjadi dua kali lipat. Lalu beliau saw. bersabda dengan senyum cerah di wajahnya," Aku tak tahu manakah yang lebih membahagiakan, kedatangan Ja'far dan kawan-kawannya mempunyai dua hijrah, sebuah hijrah ke Habsyi dan sebuah hijrah ke Madinah.

Peperangan Mu' tah

Nabi Muhammad saw. telah mengirimkan seorang utusan pada pemimpin Basrah, sebuah kota di negeri Syam. Namun utusan tersebut tertangkap dan dihukum di wilayah Mu'tah. Perbuatan tersebut telah bertentangan dengan moral kemanusiaan.
Nabi Muhammad saw. menjadi sedih. Lalu beliau memerintahkan kaum Muslim agar bersiap-siap untuk membuat suatu penyerangan guna menghukum si pembunuh.
Pada bulan Jumadil ula, tahun ke dua setelah hijrah ke Madiah, tiga ribu pasukan ikut serta dalam pertempuran itu. Nasihat Nabi saw. menerangi jalan perjuangan mereka:
"Aku nasihatkan kalian agar takut pada Allah. Menyeranglah dengan menyebut nama Allah. Lawan lah musuh Allah dan musuh kalian. Kalian akan menemukan seorang yang kesepian di dalam sel. Maka jangan lawan mereka. Jangan membunuh wanita atau anak-anak. Jangan menumbangkan pepohonan. Jangan menghancurkan bangunan."
Nabi Muhammad saw. menunjuk Zaid bin Harits sebagai pemimpin pasukan perang kaum Muslim. Nabi saw. berkata,"Bila Zaid syahid, maka pemimpinnya adalah Ja'far bin Abi Thalib. Dan Bila Ja'far pun syahid, pemimpinnya adalah Abdullah Rawaha."
Kabar penyerangan kaum Muslim sampai kepada ke Romawi. Maka orang-orang Romawi punmenggalang kekuatan perang. Pasukannya terdiri dari orang-orang Romawi dan gabungan suku-suku Arab. Pasukan mereka berjumlah 200 ribu orang. Pasukan itu bergabung di wilayah Al Baqaa.
Pertempuran pertama berlangsung di desa Masharif, dekat Al Baqaa. Keunggulan Romawi terlihat dalam pertempuran karena mereka mempunyai kekuatan yang besar. Kaisar Romawi, Hercules, memberikan kepemimpinan kepada saudaranya, Theodore.
Pasukan Muslim, walaupun berjumlah sedikit, memilih wilayah Mu'tah sebagai medan peperangan karena sudut kemiringan tanahnya sesuai bagi kaum Muslim untuk melindungi diri mereka melawan pasukan Romawi.
Zaid bin Harits bersiap-siap untuk memulai pertempuran. Dengan kuat, dia mengibarkan bendera Islam dan dengan segera melawan musuh.
Pertempuran yang sengit pun pecah. Tombak menyobek tubuh Zaid. Lalu ia pun jatuh ke tanah dan memerahkan tanah dengan darahnya.
Sebelum bendera islam terlepas dari tangan Zaid, Ja'far dengan segera merebut dan meraihnya dengan kuat. Ia bertempur dengan gigih. Suaranya lantang di tengah hiruk-pikuknya pertempuran.
Ja'far bin Abi Thalib melompati kudanya yang pirang untuk menunjukkan kelihaiannya dalam berperang. Ialah yang pertama kali melakukan hal tersebut dalam sejarah Islam. Ia bagaikan Gunung. Ia menghadapi musuh dengan sengit. Keteguhannya menciutkan nyali mereka.
Kemudian musuh pun meningkatkan serangan kepadanya. Sebuah pedang menusuk tangan kanannya. Dan darahnya menyembur ke udara. Ja'far memegang bendera Islam dengan tangan kirinyadan kembali bertempur. Pedang lain akhirnya memenggal tangan kirinya sampai putus. Ja'far menekan bendera itu ke dadanya dengan lengan atasnya agar prang terus berlangsung.
Selama saat-saat yang mengerikan itu, Ja'far pun terluka lagi. Ia pun akhirnya jatuh ke tanah dan akhirnya syahid.
Abdullah bin Rawaha, pemimpin yang ke tiga, dengan segera mengibarkan kembali bendera itu ke langit. Pemimpin baru itu berperang dengan gagah berani untuk menghentikan serangan pasukan Romawi yang bergerak bagaikan gelombang.
Abdullah pun akhirnya syahid. Kemudian, Tsabit bin Al Arqam mengambil bendera dan meminta kaum Muslim untuk memilih pemimpin yang baru. Kaum Muslim memilih Khalid bin Walid.
Dengan sangat cepat, pemimpin baru ini memutuskan untuk menarik mundur pasukan. Lalu, dia melancarkan taktik jitu untuk mengelabui musuh.
Ketika malam tiba, kaum Muslim mundur dengan tenang dan menghilang di tengah gurun.
Pada pagi hari, pasukan Romawi terkejut dengan mundurnya kaum Muslim. Mereka pun takut untuk pergi lebih jauh menuju gurun.
Sementara itu, pasukan Muslim yang pemberani, walaupun dengan jumlah yang sedikit, mengagetkan pasukan Romawi dengan membuat debu gurun beterbangan seolah-olah bala bantuan pasukan Muslim yang berjumlah besar telah datang.
Pasukan Romawi pun akhirnya memilih untuk mundur.

Di Madinah

Malaikat Jibril turun dari langit untuk memberi tahu Nabi Muhammad saw. tentang kabar dari medan perang. Kemudian Rasulullah saw. naik ke atas mimbar dan berbicara kepada kaum muslim:
" Pertama Zaid yang membawa bendera. Dia berjuang hingga ia syahid. Kemudian Ja'far mengambil bendera itu dan berjuang hingga ia pun syahid. Lalu Abdullah mengambil bendera itu dan berjuang hingga titik darah penghabisan dan menjadi syahid."
Nabi saw. mengunjungi rumah Ja'far. Di sana beliau menemukan anak-anak Ja'far sedang duduk. Nabi saw. menciumi anak-anak Ja'far dan mendudukkan mereka di atas pangkuannya. Air matanya berlinang. Asma, istri Ja'far, merasa bahwa sesuatu telah terjadi pada suaminya. Kemudian ia pun bertanya kepada Nabi Muhammad saw.,"Ya Rasulullah, apakah Anda telah mendengar kabar tentang Ja'far dan para sahabat lainnya?"
Rasulullah saw. menjawab," Ya, mereka telah Syahid!"
Nabi saw. meninggalkan rumah Ja'far. Beliau menyuruh putrinya, Fathimah az Zahra untuk mengirimkan makanan bagi keluarga Ja'far, sehubungan dengan musibah yang menimpa keluarga mereka.

Pemilik Dua Sayap

Ketika tentara Islam kembali ke kampung halamannya, mulai menceritakan pada keluarga mereka tentang kepahlawanan Ja'far dan saudara-saudaranya yng telah menjadi syuhada.
Salah seorang dari mereka berkata, "Kami melihat sembilan puluh luka di tubuh Ja'far."
Yang lainnya berkata," Aku melihat tangan kanannya terpotong."
Dan orang yang lainnya lagi berkata," Aku melihat dia saat tangan kirinya terpotong. Dia lalu terjatuh ke tanah dan berlumuran darah."
Nabi Muhammad saw. berkata," Jibril telah memberitahuku bahwa Allah telah menganugerahkan Ja'far dua sayap untuk terbang di surga."
Pada malam itu, anak-anak Ja'far berbaring di atas tempat tidur mereka. Mereka menatap langit yang dipenuhi bintang. Sementara itu, mereka membayangkan ayah mereka sedang terbang dengan kedua sayapnya.[]