Mengenal Karakteristik Unggul Imam Husein as
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- irib indonesia
Kota Madinah pada 3 Sya’ban tahun 4 Hijriah menjadi tuan
rumah kelahiran anak dari keluarga Nabi. Keluarga yang
kerap disebut Rasulullah sebagai Ahlul Bait Nabi pasca
turunnya ayat Tathir. Nabi pun senantiasa mengucapkan
salam kepada keluarga ini. Di hari yang berbahagia
tersebut, Nabi berdiri di samping pintu rumah Fatimah.
Beliau menunggu terbitnya cahaya Husein as. Ketika dunia
diterangi cahaya suci Husein, nabi kemudian berkata,
Asma’ bawa kesini anakku! Asma’ menjawab, Ya Rasulullah!
Aku belum membersihkan bayi ini dan menyiapkannya. Dengan
penuh keheranan Nabi bertanya, Kamu membersihkannya?
Asma’ kemudian memandang Nabi dan akhirnya ia memahami
pertanyaan beliau. Asma’ pun membawa Husein kepada
Rasulullah. Nabi kemudian merangkul cucunya, menciumnya
dan secara perlahan berbicara kepadanya.
Husein adalah kecintaan Rasulullah. Ia akan tenang ketika
dalam pelukan Nabi dan hati Rasulullah akan gembira saat
bertemu dengan Husein. Masa kecil Husein dilalui dengan
kenangan manis bersama kakek tercintanya, Rasulullah.
Terkadang pundak Rasulullah menjadi tempat duduk Husein
dan terkadang tangan beliau menggandeng sang cucu kesana
kemari. Semua orang menyaksikan ciuman Rasulullah ke
wajah Husein. Nabi berbicara dengan Husein menggunakan
bahasa anak-anak serta sangat menyayanginya.
Terkait kasih sayangnya yang besar terhadap Husein, Nabi
dengan transparan menjelaskan, “Kasih sayang yang Aku
limpahkan kepada Husein, lebih besar lagi dari apa yang
kalian saksikan.” Sabda Nabi ini telah mengarahkan
manusia pada hakikat bahwa kasih sayang yang dilimpahkan
Rasulullah kepada anak kecil ini, bukan sekedar kecintaan
keturunan dan keluarga, namun sebuah kecintaan Ilahi.
Telah jelas bahwa Nabi bukan manusia biasa. Menurut al-
Quran, seluruh perilaku dan ucapan Nabi bukan bersumber
dari pribadi dan hawa nafsu, seperti yang dijelaskan
dalam Surat An-Najm ayat 3-4 yang artinya, “Dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).”
Oleh karena itu, Allah Swt berfirman dalam Surat al-Ahzab
ayat 21 yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Kecintaan besar
Rasulullah Saw kepada Husein banyak dimuat di berbagai
kitab, bahkan kitab-kitab dari Ahlu Sunnah pun banyak
menukilnya.
Di antaranya adalah sebuah riwayat yang menyebutkan,
sekelompok orang bersama Rasulullah pergi bertamu, Nabi
pun berjalan di depan dan mendahului kelompok ini. Di
tengah jalan, Nabi bertemu dengan Husein. Nabi ingin
memeluk Husein, namun cucunya tersebut lari kesana
kemari. Nabi menyaksikan tingkah laku cucunya dan
kemudian mengejarnya. Ketika berhasil memegang Husein,
Rasul kemudian memeluk dan menciumnya. Selanjutkan Nabi
menghadap kepada masyarakat dan bersabda, “Husein dariku
dan Aku dari Husein. Siapa saja yang mencintai Husein,
maka Allah akan mencintainya.” (Hadis ini diriwayatkan
dari Musnad Ahmad jilid 4, Sunan Ibnu Majah jilid 1 dan
Manaqib Ibn Sharashub jilid 3)
Imam Husein memiliki karakteristik unggul di berbagai
dimensi. Imam bahkan unggul dari manusia lain di seluruh
kesempurnaan, keutamaan dan ibadah. Imam Husein memiliki
ibadah dan penghambaan khusus, karena sejak masih berada
di kandungan ibunya, Fatimah as hingga kepala beliau
dipenggal oleh jahiliyah Umawiyah, Imam Husein senantiasa
sibuk dengan memuji dan bertasbih kepada Allah Swt serta
bacaan al-Quran terus terdengar dari mulut suci beliau.
Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad, putra beliau
menceritakan tentang ibadah sang ayah dan bersabda,
“Ayahku, Husein bin Ali bin Abi Thalib menghabiskan waktu
malamnya dengan ruku’, sujud dan berdoa kepada Allah Swt.
Setiap malam, ayahku banyak mengerjakan shalat.”
Imam Husein adalah penjaga ajaran agama dan sunnah
Rasulullah. Beliau dengan gigih memajukan tujuan dan misi
suci Islam. Salah satu karakteristik Imam Husein adalah
cinta kebebasan dan membenci kezaliman. Beliau adalah
pahlawan yang tidak pernah bersedia berdampingan dengan
kezaliman dan depotisme. Beliau dikenal sebagai peletak
metode kebebasan dan nilai-nilai kemanusiaan, di mana
seluruh pencinta kebebasan dan anti kezaliman serta
pejuang di jalan keadilan harus mengambil teladan
darinya.
Sikap anti kezaliman dan keberanian Imam Husein tercermin
nyata ketika dipaksa untuk berbaiat kepada Yazid bin
Muawiyah yang jelas-jelas fasid dan melakukan dosa secara
terang-terangan. Beliau bersabda, “Husein tidak akan
tunduk pada kehinaan...”Menghormati kepribadian seseorang
merupakan karakteristik unggul lain Imam Husein. Dalam
hal ini Imam akan berbuat sedemikian hati-hati dalam
menegur kesalahan orang lain sehingga orang tersebut
tidak akan merasa malu akan kesalahannya tersebut.
Diriwayatkan bahwa Imam Husein menyaksikan seseorang
melakukan kesalahan dalam berwudhu dan orang tersebut
membutuhkan bimbingan wudhu yang benar. Namun karena
takut membuat malu orang tersebut, Imam akhirnya
memikirkan cara yang lebih baik supaya tidak menyinggung
orang ini. Imam Husein kemudian mengajak saudaranya, Imam
Hasan as untuk berlomba wudhu dan meminta orang tersebut
sebagai wasit. Dengan demikian Imam telah memberikan
pelajaran wudhu yang benar secara tidak langsung kepada
orang ini.
Akhirnya orang tersebut memahami kesalahannya dan
mendapat pelajaran wudhu yang benar. Orang tersebut
berkata kepada kedua cucu Rasulullah, “Kalian berdua
telah wudhu dengan benar, dalam hal ini Aku yang keliru
dan tidak memahami kewajibanku dengan benar. Kalian
berdua dengan tepat telah memberi pelajaran kepadaku
bagaimana wudhu yang benar.”
Imam Husein juga terkenal sangat menghormati hak-hak
orang lain. Diceritakan seorang bernama Abdurrahman telah
mengajari surat al-Fatihah kepada salah satu anaknya,
kemudian Imam memberinya hadiah seribu dinar dan seribu
pakaian serta berbagai hadiah lainnya. Orang tersebut
sangat takjub dengan pemberian Imam. Imam Husein yang
menyaksikan kondisinya, lantas berkata, “Semua hadiah ini
tidak berarti dengan apa yang telah kamu lakukan.”
Karakteristik lain Imam Husein as adalah kelembutan
beliau kepada orang lain dan suka bersahabat, khususnya
kepada mereka tertimpa kemurungan dan kesedihan dalam
mengarungi kehidupan yang pasang surut ini, atau mereka
menghadapi kesulitan besar dan menemui jalan buntu.
Diceritakan Imam Husein pergi mengunjungi Usamah bin
Zaid. Sesampainya di rumah Usamah, Imam menyaksikannya
dalam kondisi murung dan sedih. Imam kemudian bertanya
kepada Usamah apa yang menyebabkannya terlihat begitu
sedih. Usama pun kemudian mengungkapkan kesedihannya
dihadapan Imam Husein.
Usamah berkata, “Aku memikul hak orang lain di pundakku.
Aku berhutang kepada orang lain dan Aku berharap selama
masih hidup mampu mengembalikan hutang tersebut. Aku
tidak ingin mati dengan membawa beban hutang.” Setelah
mendengar penuturan Usamah, Imam Husein langsung
memerintahkan untuk melunasi hutang Usamah. Saat itulah,
Usamah dengan hati lapang meninggalkan dunia yang fana
ini.
Salah satu karakteristik unggul lain Imam Husein adalah
infak secara ikhlas baik itu infak secara terang-terangan
maupun sembunyi-sembunyi, kepada orang yang tak dikenal
atau tidak. Malam hari Imam Husein tak segan-segan
memanggul bahan makanan dan kebutuhan hidup bagi mereka
yang membutuhkan dan anak-anak yatim serta meletakkannya
di depan pintu rumah mereka.
Oleh karena itu, di hari Asyura, terlihat bekas-bekas di
pundak beliau yang menunjukkan bahwa beliau sering
memanggul barang berat. Ketika Imam Sajjad ditanya sebab
dari bekas-bekas tersebut, beliau berkata, “Itu adalah
bekas dari memanggul sedekah dan hadiah secara sembunyi-
sembunyi yang dipikul ayahku pada malam hari dan
diberikan kepada anak yatim serta orang-orang
miskin.”