kisah pernikahan Imam Ali as dan Sayidah Fatimah sa (bagian2)

 

Perkakas rumah Sayyidah Fatimah as

1. Sebuah kasur dengan seprai dari katun yang berisi bulu domba.
2. Taplak dari kulit kambing.
3. Sebuah kasur lain yang dibungkus katun dan berisikan pelepah kurma.
4. Sehelai tikar Hajari (Hajar adalah sebuah desa dekat Madinah yang-penduduknya bekerja sebagai pembuat tikar).
5. Sehelai tikar Qithri (sejenis tikar lembut yang terbuat dari bambu).
6. Sehelai permadani.
7. Dua sandaran bantal berlapis kapas hitam yang diisi dengan pelepah kurma dan dua bantal.
8. Tirai dari wol.
9. Sebuah wadah dari tembaga untuk mencuci pakaian, mangkuk besar dan mangkuk dari kayu untuk susu.
10. Selimut hitam dari Khaibar dan sebuah jubah buatan Khaibar dan ranjang yang dibuat dari kullit pohon kurma.
11. Kantung besar air yang terbuat dari kulit kerbau untuk menyimpaan air dan sebuah kendi.
12. Sebuah penggiling gandum dan saringan.
13. Handuk, sapu tangan dan minyak wangi.
14. Pakaian dan baju hangat.
15. Cadar dan kerudung.
16. Timba dari kulit untuk mengmabil air dari sumur.
17. Kendi untuk bersuci.
18. Gantungan baju.

Rasulullah saw telah menyediakan segala hal yang diperlukan oleh kedua mempelai untuk memulai hidup baru. Meski semua peralatan ini sangat sederhana dan bersahaja, tapi bukan berarti tidak memiliki nilai. Tentunya, dari sisi materi, ia tidak bisa dibandingkan dengan peralatan rumah para pengantin Quraisy zaman itu. Yang pasti, prinsip keadilan dan penghematan harus dijaga di setiap masa, karena kanaah adalah kerajaan yang abadi dan ketamakan adalah kefakiran yang kekal.

Mahar Spiritual Sayyidah Fatimah as

Semua yang telah kita sebutkan tentang perkakas rumah Az-Zahra, tidak berperan dalam keridhaan putri Nabi saw ini. Ia selalu memandang jauh ke depan dan seperti ayahnya, ia pun menaruh iba terhadap para pendosa umat ayahnya. Ahmad bin Yusuf dalam kitab Akhbarud Duwal wa Atsarul Awwal menulis:
Diriwayatkan bahwa ketika Nabi saw menikahkannya dengan Ali as dan menentukan maharnya, ia berkata, "Wahai Rasulullah, semua wanita bersuami dan menentukan kadar mahar nikah mereka. Lalu, apa perbedaan mereka denganku?Aku ingin kau kembalikan maharku kepada Ali dan kau mohonkan kepada Allah supaya Ia menjadikan syafaatku bagi umatmu sebagai mahar nikahku." Jibril as lalu turun sambil membawa sehelai kertas sutra yang bertuliskan: "Allah telah menjadikan syafaat Fatimah bagi umat ayahnya sebagai mahar nikahnya."
Oleh karena itu, menjelang wafatnya, Sayyidah Fatimah as berwasiat untuk meletakkan kertas ini dalam kafannya. Ketika wasiatnya dilaksanakan, beliau berkata, "Di hari kiamat, aku akan memegang kertas ini dan memberikan syafaat kepada orang-orang yang berdosa dari umat ayahku."

Khotbah Nikah

Di hadapan para penduduk Madinah dan para pembesar Quraisy, setelah memanjatkan puja dan puji kepada Allah SWT, Rasulullah saw membaca akad nikah dan berkata, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk menikahkan putriku Fatimah as dengan saudaraku dan anak pamanku Ali bin Abi Thalib..."
Kemudian beliau duduk dan berkata kepada Ali as, "Wahai Ali, bangkit dan bacalah khotbah nikahmu." Ali menjawab, "Wahai Rasulullah, bagaimana aku berkhotbah di hadapanmu?" Beliau menjawab, "Jibril memerintahkanku untuk meyuruhmu membaca khotbah nikah."
Ali as lalu berdiri dan setelah memuji Allah dan mengucapkan salam atas Rasul saw, beliau mengakhiri khotbahnnya dengan berkata, "Menikah adalah hal yang diperintahkan Allah dan diizinkan oleh-Nya. Majlis ini adalah majlis yang dilangsungkan atas perintah-Nya dan diridhai oleh-Nya. Sekarang ini, Muhammad bin Abdullah telah menikahkan putrinya Fatimah denganku dengan mahar empat ratus Dinar. Saksikanlah bahwa aku rela dengan akad ini. Mintalah kalian kesaksian dari Rasulullah!"
Hadirin lalu menanyakan kesaksian Rasulullah saw. Beliau mengiyakan ucapan Ali as dan menyebutnya sebagai menantu yang pantas. Para hadirin lalu mengucapkan selamat kepada Ali as. Majlis pernikahan itu diakhiri dengan jamuan kurma.

Dari Pertunanangan Hingga Pernikahan

Setiap kali Rasulullah saw berduaan dengan Imam Ali as, beliau selalu berkata, "Istrimu sungguh rupawan dan baik. Berbahagialah engkau, karena kau telah kunikahkan dengan penghulu wanita semesta."
Hampir sebulan telah berlalu dari masa pembelian peralatan rumah. Meskipun Imam Ali as selalu shalat dengan Nabi saw dan bertemu dengan beliau, tapi masalah pernikahannya tidak pernah dibicarakan.
Dari satu sisi, para wanita Quraisy selalu datang menemui Fatimah as dan berkata kepadanya bahwa ia dinikahkan dengan seorang lelaki yang tidak memiliki apapun. Sayyidah Fatimah as menghadap ayahnya dan mengadukan ucapan mereka kepada beliau.
Sebagai jawaban pengaduan putrinya, Nabi saw selalu memuji Ali as sebagai manusia mulia dan sahabat setianya yang selalu diridahi Allah. Ali as yang menginginkan untuk memulai hidup barunya, merasa malu untuk mengutarakan niatnya kepada Nabi saw. Hingga pada suatu hari, Aqil datang menemu saudaranya dan berkata kepadanya, "Saudaraku, tidak ada yang lebih menggembiranku dari pernikahanmu dengan Fatimah. Kenapa kau tidak meminta dari Rasul untuk mengirimkan putrinya ke rumahmu?"
"Demi Allah, akupun menghendaki hal ini, tapi aku malu terhadap Nabi," jawab Ali as.
"Mari kita pergi menemui beliau dan membicarakan masalah ini. "
Mereka berdua lalu pergi menghadap Nabi saw. Ummu Salamah dan istri-istri Nabi mengetahui masalah Ali dan meminta kepadanya supaya mereka yang menghadap Nabi saw.
Para istri Nabi datang berombongan menemui beliau dan berkata kepadanya, "Kami datang menemui Anda untuk suatu hal yang akan membuat Khadijah gembira bila ia masih hidup."
Nama Khadijah membuat Nabi saw terharu dan melinangkan air mata. Mengingat istri dan penolong setianya, beliau berkata, "Siapa yang dapat menyerupai Khadijah? Ketika tidak ada orang yang mempercayai ucapanku, ia mendukungku dan menyerahkan hartanya demi tegaknya agama Allah. Maka itu, Allah akan memberinya ganjaran rumah dari zamrud di surga."
Ummu Salamah berkata, "Ayah dan ibu kami menjadi tebusanmu wahai Rasulullah! Semua apa yang Anda katakan tentang Khadijah benar. Ali datang dan ingin membawa istrinya ke rumahnya."
"Kenapa ia sendiri tidak meminta dariku?"
"Ia malu untuk mengutarakan niatnya kepada Anda. "
Rasulullah saw lalu menyuruh Ummu Aiman untuk membawa Ali as datang menghadapnya. Ali as datang sambil menundukkan kepala karena malu dan mengucapkan salam kepada Rasul. Beliau menjawab salamnya dan berkata, "Apakah kau ingin membawa Fatimah ke rumahmu?"
"Ya wahai Rasulullah. "
"Malam ini atau besok malam, Fatimah akan kubawa ke rumahmu," sabda Rasul.
Ali gembira mendengar jawaban Rasul. Kabar ini lalu tersebar di Madinah. Haritsah bin Numan yang tahu keadaan ekonomi Ali as, datang menemui Rasul saw dan menghadiahkan rumahnya yang tidak jauh dari rumah beliau. Beliau lalu mendoakan kebaikan untuknya. Tentunya, ini berkaitan dengan awal pernikahan dua manusia mulia ini, karena nantinya rumah mereka pindah dekat masjid Nabi.
Ali as lalu menyebar kerikil dan pasir di lantai rumahnya, menggantungkan kayu untuk meletakkan pakaian dan menghamparkan kulit kambing serta sebuah bantal sebagai sandaran duduk. Dengan ini, Ali as siap menyambut kedatangan istrinya di rumahnya.
Rasululllah saw berkata kepada Ali as, "Kita harus mengadakan walimah, karena banyak kebaikan di dalamnya dan Allah menyukainya. Aku sediakan daging dan roti, sedangkan kau menyiapkan korma dan minyaknya."
Begitu mendengar kabar, Saad bin Muadz menghadiahkan seekor kambing untuk menjamu para tamu. Setelah semuanya siap, Rasulullah saw menyingsingkan lengan bajunya, membelah-belah kurma dan melumurinya dengan minyak. Beliau bersabda kepada Ali, "Pergilah ke masjid dan undanglah siapa yang kau kehendaki."
Ali pergi ke masjid dan melihat masjid penuh dengan orang. Ia merasa malu untuk mengundang sebagian orang dan tidak mengundang yang lain. Ia naik mimbar dan berkata, "Pergilah kalian ke majlis walimah Fatimah as dan penuhilah undangannya."
Orang-orang datang berombongan ke rumah Ali. Beliau merasa malu karena hanya sedikit makanan yang tersedia. Rasulullah saw memahami masalah Ali dan bersabda kepadanya, "Wahai Ali, aku telah berdoa kepada Allah untuk memberkati walimah ini. Cuma karena rumah ini kecil, katakan kepada mereka untuk datang bergantian sepuluh orang."
Ali as berkata, "Semua orang datang dan mendoakan kebaikan bagi kami, namun makanan masih tersisa." Rasulullah saw lalu meminta sebuah wadah, lalu mengisinya dengan makanan dan mengirimkannya ke rumah para tetangga. Beliau menyisakan makanan dan menaruhnya di sebuah wadah sendiri dan bersabda bahwa makanan ini khusus untuk Fatimah dan Ali as.
Kemudian Rasulullah saw menyuruh Ummu Salamah membawa Fatimah as menemuinya. Ummu Salamah berkata, "Aku membawa Fatimah as menghadap ayahnya sementara wajahnya berkeringat karena malu terhadap Rasul saw.. Beliau bersabda, "Semoga Allah menyelamatkanmu dari ketergelinciran dunia dan akhirat." Ketika Fatimah duduk menghadap ayahnya, beliau menyingkapkan cadar dari wajahnya hingga Ali as melihatnya.
Rasulullah saw menyiapkan sehelai pakaian putih untuk putrinya. Di malam pernikahan, seorang pengemis datang ke pintu rumah Ali as dan meminta pakaian lama yang tak terpakai. Sayyidah Fatimah as berniat memberikan pakaian lamanya, tapi ia teringat ayat Alquran yang mengatakan: "Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan kecuali kalian berikan apa yang kalian cintai." Beliau lalu memberikan pakaian hadiah dari ayahnya kepada pengemis itu. Sebagai balasannya, Allah memberikan pakaian dari surga kepada Sayyidah Fatimah as.
Rasulullah saw yang mengawasi jalannya pernikahan, menaruh kain di punggung hewan tunggangannya dan menyuruh para wanita Muhajirin dan Anshar serta putri-putri Abdul Muthallib mengiringi Fatimah as dan menampakkan kegembiraan mereka. Beliau meminta mereka bertakbir dan bersyukur kepada Allah. Kendali kuda beliau serahkan kepada Salman sedangkan Hamzah, Aqil, Jafar dan para lelaki bani Hasyim berjalan di belakang kuda. Ummu Salamah bersyair,
"Wahai para wanita, majulah kalian dengan pertolongan Allah dan bersyukurlah kepada-Nya di semua keadaan.
Ingatlah nikmat Allah yang telah menghapus keburukan dan menggantikannnya dengan kebaikan. Kita telah keluar dari kesesatan dan mendapatkan petunjuk. Bersama kami, iringlah wanita terbaik semesta, putri manusia yang dimuliakan Allah dengan wahyu dan risalah."

Aisyah melantunkan syair ini:
"Puja dan puji kepada Allah atas segala nikmatnya,
Bawalah Fatimah, wanita yang telah disucikan oleh Allah."

Sedangkan Hafshah bersyair:
"Fatimah wanita terbaik semesta yang rupawan bak bulan
Allah telah meninggikan derajatmu melebihi manusia-manusia lain
Allah telah menjadikanmu istri pemuda terbaik, yaitu Ali.
Maka, wahai para wanita, iringlah dia, karena ia adalah wanita mulia dan putri manusia agung."

Muadzah, ibu Saad bin Muadz bersyair demikian:
"Aku katakan suatu hal yang mengandung kebenaran dan kebaikan. Muhammad adalah manusia terbaik yang tidak sesat dan tidak takabur.
Berkat dia, kami temukan jalan lurus. Semoga Allah memberinya ganjaran terbaik.
Kami mengiringi putri Nabi yang memiliki kesempurnaan. Aku tidak melihat yang setara dengannya."

Ketika para pengiring melantunkan syair-syair ini, mereka mengulang bait pertama dan masuk rumah sambil bertakbir. Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa ketika Fatimah as diantar ke rumah suaminya, Jibril, Mikail dan Israfil turun ke bumi beserta tujuh puluh dua ribu malaikat. Jibril memegang tali kendali kuda Nabi saw dan Israfil mengiringi di tengah rombongan dan Mikail mengikuti dari belakang. Sementara malaikat yang lain bertakbir. Sepertinya sunah bertakbir di acara pernikahan dimulai sejak saat itu.
Setelah pengantin wanita diantar ke rumah suaminya, orang-orang pergi meningggalkan rumah Ali dan hanya Asma binti Umais yang tinggal di sana. Ketika Nabi saw memintanya pergi, ia menjawab, "Kalau Anda izinkan, saya akan tinggal di samping Fatimah. Karena menjelang wafat, Khadijah menangis. Saat saya menanyakan sebabnya, ia berkata, "Aku tidak menangis karena mati. Tapi setiap wanita akan membutuhkan wanita lain di sampingnya saat ia menikah untuk memenuhi keperluannya dan menjaga rahasianya. Aku khawatir tidak ada yang menemani Fatimah ketika ia menikah nanti." Saya berkata, "Saya berjanji bila saya masih hidup waktu Fatimah menikah, saya akan mendampinginya dan menggantikan kedudukan Anda." Nabi saw menangis dan bersabda, "Apakah untuk ini kau hendak tinggal di sini?" Saat aku mengiyakan, beliau mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Nabi saw mendudukkan Ali dan Fatimah as di sampingnya. Beliau meletakkan tangan Fatimah di atas tangan Ali dan bersabda, "Wahai Abul Hasan, ini adalah amanat Allah dan amanat Rasul-Nya di sisimu. Ingatlah Allah dan perhatikan cintaku terhadapnya."
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersabda, "Wahai Ali, Fatimah adalah istri terbaik. Wahai Fatimah, Ali adalah suami terbaik."
Beliau lalu meminta wadah air dan meminum airnya untuk bertabaruk. Beliau lalu memberikannya kepada Ali dan Fatimah dan menyuruh mereka meminum airnya. Beliau lalu mengambil sisa air dan mencipratkannya ke wajah dan dada Ali dan Fatimah sambil membaca ayat: "Innama yuridullahu an yudzhiba `ankumur rijsa ahlal bait…". Beliau lalu berdoa, "Ya Allah, Engkau tdak utus seorang nabi kecuali Kau berikan ia keturunan. Ya Allah, jadikanlah keturunanku dari Ali dan Fatimah!" Setelah itu, beliau keluar dari rumah.