Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Membekali Perempuan Pendidik

1 Pendapat 05.0 / 5

Peran penciptaan yang diberikan pada perempuan tidaklah

terjadi tanpa alasan. Kapasitasnya untuk menjadi

pencipta dapat dilihat dari alat biologis, kondisi

fisik, dan afeksi yang dimiliki. Untuk menjadi ibu,

perempuan dibekali karakter emosi, mental, dan perasaan

yang menenangkan dan menyamankan spiritualitas. Tak ada

sekolah kasih sayang seluas hati yang dimiliki seorang

ibu.

Perempuan terlahir dengan tiga kedudukan, sebagai

seorang anak, istri, dan ibu. Fase sebagai seorang anak

merupakan fase penanaman karakteristik sifat dan

akhlak. Jika anak diibaratkan sebagai sebuah biji, maka

ia akan tumbuh membawa gen induknya (orang tua),

khususnya ibu, yang sembilan bulan lebih dulu

mendidiknya di dalam rahim. Fase ini memegang peran

penting sebagai bekal perjalanan menjadi seorang istri

dan ibu.

Sebuah ungkapan mengatakan, “Masyarakat merupakan hasil

rajutan para ibu”. Di tangan para ibulah para alim

ulama terlahir. Ibu yang cerdas tentu akan melahirkan

anak yang mampu membawa perubahan dalam masyarakat.

Seorang calon ibu yang baik terdidik oleh ibu yang baik

pula. Kendati pun, peran ibu sejatinya merupakan peran

sosial.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang memiliki

anak perempuan, lalu ia mendidik dan membinanya secara

baik, dan memberinya makanan dari apa yang diberikan

Allah kepadanya, maka ia (si anak) akan menjadi

pelindungnya dari neraka dan akan menghantarkannya

menuju surga”.

Fakta statistik membuktikan, bahwa jumlah anak

perempuan yang terlahir lebih banyak dari anak laki-

laki. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah

kekuatan berada di tangan perempuan. Pengabaian akan

pendidikan dan pembinaannya berarti menempatkan

setengah dari kekuatan tersebut dalam bahaya.

Rosseau, seorang filosof Perancis berkata, “Seorang

anak dibina sesuka hati ibunya; jika Anda hendak

menjadikan anak tersebut mulia dan terhormat, maka Anda

terlebih dahulu harus mendidik dan membina ibunya”.

Anak perempuan hari ini merupakan calon istri dan ibu

di masa akan datang. Sehingga, sudah sepatutnyalah para

orang tua, khususnya ibu sebagai role model bagi anak

perempuannya, untuk membekali perjalanan mereka di masa

akan datang. Bekal yang bersumber dari ibu tentu akan

lebih menentukan arah perjalanan sang anak dibanding

bekal dari ayah. Anak perempuan yang tumbuh dalam

balutan akhlak mulia ibu, kelak akan menjadi seorang

perempuan pendidik yang terdidik.

Setidaknya ada tiga bekal bagi perempuan pendidik di

masa depan. Dimulai dari pengetahuan bagaimana

mengenali dirinya sebagai entitas yang berbeda dengan

laki-laki. Dengan begitu mereka akan mampu menjaga dan

menghargai diri dan kehormatannya. Kedua, seorang anak

perempuan harus dibekali pengetahuan akan keamanan,

kesehatan, dan tanggung jawabnya dalam mengasuh bayi

dalam kandungan. Hal ini sangat penting karena

merupakan awal bagi keberlangsungan kehidupan sang bayi

sebelum terlahir. Dan yang terakhir, bekal sebagai ibu

sebagai madrasah ruhaniah pertama seorang manusia.