Syiah di bawah naungan Imam Ali Al-Hadi as

Imam Ali Al-Hadi as memulai keimamahannya dalam situasi

yang sangat berbahaya, yaitu kekuasaan Abbasiah semakin

bertambah kejam, sewenang-wenang, dan menyimpang.

Kekhal­ifahan Al-Mutawakkil tergolong masa yang paling

buruk yang dialami oleh Imam Ali Al-Hadi as saat itu.

Ketika itu Daulah Abbasiah berada dalam masa krisis

politik disebabkan oleh kebobrokan sistem politik yang

dijalankan oleh penguasa Abbasiah dan banyaknya

pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Alawiyyin.

Sehingga, penguasa Abbasiah menampakkan sensitivitas

yang berlebihan terhadap para imam Ahlul Bait as.

Al-Mutawakkil telah mengambil beberapa langkah yang

kejam, di antaranya:

Pertama, menghancurkan eksistensi Syi’ah dan Alawiyyin

melalui siasat intimidasi dan terror.

Al-Mutawakkil dikenal sebagai orang yang membenci Imam

Ali as dan Ahlul Bait as. Bahkan, karena kejahatannya

yang luar biasa ini, Al-Mutawakkil telah mengeluarkan

perintah untuk menghilangkan kuburan Imam Al-Husain as

dari tempatnya, menghancurkan rumah-rumah yang ada di

sekitarnya, dan akhimya mengubah area tanah tersebut

sebagai lahan pertanian. Hal ini teljadi pada tahun 237

H.

Pada masa itu, Ahlul Bait dan para pengikut mereka

hidup dalam kondisi yang sangat buruk dan

memprihatinkan. Bahkan, mereka hidup di bawah garis

kemiskinan. Sejarah mencatat bahwa para perempuan dari

keluarga Muhammad saw melakukan beberapa kali shalat

(dalam beberapa waktu) secara berturut-turut hanya

dengan satu kain yang usang.

Kedua, memisahkan Imam Ali Al-Hadi as dari Syi’ahnya

dan memanggilnya secara paksa untuk datang ke lrak.

Tujuan Al-Mutawakkil adalah menghancurkan eksistensi

Syi’ah.

Al-Mutawakkil merasa sangat terancam oleh keberadaan

Imam Ali Al-Hadi as setelah dia menerima berita-berita

dari Hijaz yang memperingatkanya, “Jika engkau

mempunyai kebutuhan di Makkah dan Al-Madinah, maka

bunuhlah Ali bin Muhammad.”

Al-Mutawakkil sangat berhati-hati dalam menerapkan cara

pemanggilan Imam Ali Al-Hadi as ke lrak. Dia tidak

memang­gilnya dalam bentuk penangkapan, tetapi

memintanya untuk datang ke Irak berasama siapa saja

yang dikehendaki di antara Ahli Bait dan keluarganya.

Sejarah mencatat kegundahan masyarakat ketika datangnya

Yahya bin Hurzumah, utusan khusus Al-Mutawakkil,

sehingga dia bersumpah di hadapan khalayak ramai bahwa

dia tidak datang untuk mencelakakan Imam Ali Al-Hadi

as, dan bahwa Imam Ali Al-Hadi as tidak akan

mendapatkan sedikit pun sesuatu yang menyakitkan atau

membahayakan keselamatannya. Demikianlah Imam Ali Al-

Hadi as berangkat ke Samura dengan ditemani putranya,

Al-Hasan, dengan pengawasan yang sangat ketat.

Sesungguhnya persetujuan Imam Ali Al-Hadi as atas

kepindahannya ke Samura disebabkan oleh faktor-faktor

berikut ini:

    Seandainya Imam Ali Al-Hadi as tetap menolak, maka

akan dapat dipastikan peningkatan tekanan yang

berbahaya bagi kemaslahatan Islam, khususnya Syi’ah.
    Dengan persetujuan ini, Imam Ali Al-Hadi as dapat

menggagalkan tujuan orang-orang yang bermaksud jahat

yang telah mengirimkan laporan-laporan yang

mendiskreditkannya kepada Al-Mutawakkil, yaitu yang

hendak mencelakakan dirinya.
    Keberadaan Imam Ali Al-Hadi as· di pusat

pemerintahan menjadikan pengaruhnya lebih besar.

Bahkan, sebagian pejabat pemeritahan menjadi

terpengaruh dengan kehadiran sosok Imam Ali Al-Hadi as

sehingga mereka bekerja sama dengannya dalam beberapa

urusan dalam batas-batas tertentu.

Reaksi Abbasiah saat itu terhadap Imam Ali Al-Hadi as

adalah tantangan di medan ilmiah dan menempatkannya

dalam pengawasan yang sangat ketat. Tantangan ini

mendapat sambutan dari Imam Ali Al-Hadi as, yang hal

ini ternyata justru lebih mengharumkan nama Imam Ali

Al-Hadi as karena dia dapat menghilangkan segala

syubhat yang coba diketengahkan oleh sebagian kalangan.

Di samping itu, Imam Ali Al- Hadi as senantiasa

memberikan pengarahan dan bimbingan bagi kaum Alawiyyin

dalam gerakan-gerakan mereka.

Khususnya, perhatian Imam Ali Al-Hadi as yang besar

yang dicurahkan kepada murid-muridnya, seperti: Ali bin

Ja’far, Ibn As-Sikkit (seorang penyair dan sastrawan

terkenal), dan Abdul ‘Azhim Al-Hasani.

Akhirnya, Imam Ali Al-Hadi as terbunuh sebagai syahid

karena diracun oleh Al-Mu’tamid Al-Abbasi.