Syiah di bawah naungan Imam Ali Al-Hadi as
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mujtaba Musawi Lari
- Sumber:
- hauzahmaya
Imam Ali Al-Hadi as memulai keimamahannya dalam situasi
yang sangat berbahaya, yaitu kekuasaan Abbasiah semakin
bertambah kejam, sewenang-wenang, dan menyimpang.
Kekhalifahan Al-Mutawakkil tergolong masa yang paling
buruk yang dialami oleh Imam Ali Al-Hadi as saat itu.
Ketika itu Daulah Abbasiah berada dalam masa krisis
politik disebabkan oleh kebobrokan sistem politik yang
dijalankan oleh penguasa Abbasiah dan banyaknya
pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Alawiyyin.
Sehingga, penguasa Abbasiah menampakkan sensitivitas
yang berlebihan terhadap para imam Ahlul Bait as.
Al-Mutawakkil telah mengambil beberapa langkah yang
kejam, di antaranya:
Pertama, menghancurkan eksistensi Syi’ah dan Alawiyyin
melalui siasat intimidasi dan terror.
Al-Mutawakkil dikenal sebagai orang yang membenci Imam
Ali as dan Ahlul Bait as. Bahkan, karena kejahatannya
yang luar biasa ini, Al-Mutawakkil telah mengeluarkan
perintah untuk menghilangkan kuburan Imam Al-Husain as
dari tempatnya, menghancurkan rumah-rumah yang ada di
sekitarnya, dan akhimya mengubah area tanah tersebut
sebagai lahan pertanian. Hal ini teljadi pada tahun 237
H.
Pada masa itu, Ahlul Bait dan para pengikut mereka
hidup dalam kondisi yang sangat buruk dan
memprihatinkan. Bahkan, mereka hidup di bawah garis
kemiskinan. Sejarah mencatat bahwa para perempuan dari
keluarga Muhammad saw melakukan beberapa kali shalat
(dalam beberapa waktu) secara berturut-turut hanya
dengan satu kain yang usang.
Kedua, memisahkan Imam Ali Al-Hadi as dari Syi’ahnya
dan memanggilnya secara paksa untuk datang ke lrak.
Tujuan Al-Mutawakkil adalah menghancurkan eksistensi
Syi’ah.
Al-Mutawakkil merasa sangat terancam oleh keberadaan
Imam Ali Al-Hadi as setelah dia menerima berita-berita
dari Hijaz yang memperingatkanya, “Jika engkau
mempunyai kebutuhan di Makkah dan Al-Madinah, maka
bunuhlah Ali bin Muhammad.”
Al-Mutawakkil sangat berhati-hati dalam menerapkan cara
pemanggilan Imam Ali Al-Hadi as ke lrak. Dia tidak
memanggilnya dalam bentuk penangkapan, tetapi
memintanya untuk datang ke Irak berasama siapa saja
yang dikehendaki di antara Ahli Bait dan keluarganya.
Sejarah mencatat kegundahan masyarakat ketika datangnya
Yahya bin Hurzumah, utusan khusus Al-Mutawakkil,
sehingga dia bersumpah di hadapan khalayak ramai bahwa
dia tidak datang untuk mencelakakan Imam Ali Al-Hadi
as, dan bahwa Imam Ali Al-Hadi as tidak akan
mendapatkan sedikit pun sesuatu yang menyakitkan atau
membahayakan keselamatannya. Demikianlah Imam Ali Al-
Hadi as berangkat ke Samura dengan ditemani putranya,
Al-Hasan, dengan pengawasan yang sangat ketat.
Sesungguhnya persetujuan Imam Ali Al-Hadi as atas
kepindahannya ke Samura disebabkan oleh faktor-faktor
berikut ini:
Seandainya Imam Ali Al-Hadi as tetap menolak, maka
akan dapat dipastikan peningkatan tekanan yang
berbahaya bagi kemaslahatan Islam, khususnya Syi’ah.
Dengan persetujuan ini, Imam Ali Al-Hadi as dapat
menggagalkan tujuan orang-orang yang bermaksud jahat
yang telah mengirimkan laporan-laporan yang
mendiskreditkannya kepada Al-Mutawakkil, yaitu yang
hendak mencelakakan dirinya.
Keberadaan Imam Ali Al-Hadi as· di pusat
pemerintahan menjadikan pengaruhnya lebih besar.
Bahkan, sebagian pejabat pemeritahan menjadi
terpengaruh dengan kehadiran sosok Imam Ali Al-Hadi as
sehingga mereka bekerja sama dengannya dalam beberapa
urusan dalam batas-batas tertentu.
Reaksi Abbasiah saat itu terhadap Imam Ali Al-Hadi as
adalah tantangan di medan ilmiah dan menempatkannya
dalam pengawasan yang sangat ketat. Tantangan ini
mendapat sambutan dari Imam Ali Al-Hadi as, yang hal
ini ternyata justru lebih mengharumkan nama Imam Ali
Al-Hadi as karena dia dapat menghilangkan segala
syubhat yang coba diketengahkan oleh sebagian kalangan.
Di samping itu, Imam Ali Al- Hadi as senantiasa
memberikan pengarahan dan bimbingan bagi kaum Alawiyyin
dalam gerakan-gerakan mereka.
Khususnya, perhatian Imam Ali Al-Hadi as yang besar
yang dicurahkan kepada murid-muridnya, seperti: Ali bin
Ja’far, Ibn As-Sikkit (seorang penyair dan sastrawan
terkenal), dan Abdul ‘Azhim Al-Hasani.
Akhirnya, Imam Ali Al-Hadi as terbunuh sebagai syahid
karena diracun oleh Al-Mu’tamid Al-Abbasi.