Realitas di Balik Lupa dan Mengingat Allah

Mengingat (berdzikir kepada Allah) banyak ditekankan dalam al-Quran dan hadis-hadis. Mengingat Allah dianggap sebagai amalan yang paling disukai. Al-Quran dan hadis menyebutkan bahwa dengan mengingat Allah akan memperoleh banyak manfaat berupa ketenangan hati, ”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Ketenangan hati dengan mengingat Allah akan membantu kita terhindar dari gangguan-gangguan mental, kejahatan-kejahatan, dan dosa. Serta mendorong untuk senantiasa melakukan kebaikan, baik secara pribadi maupun di dalam masyarakat.

Agar senantiasa mengingat Allah, maka penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dalam mengingat Allah. Di antaranya, dengan menelaah dan mengamalkan ayat-ayat konstruktif dalam al-Quran. Meneladani kehidupan para Nabi. Mereka merupakan pemberi peringatan yang baik tentang Allah dan sebaik-baiknya pembimbing untuk menempuh jalan kepada Tuhan. Memahami tentang kehidupan orang-orang besar pada masa dahulu juga dapat menjadi faktor mengingat Allah dengan mengambil hikmah dibalik peristiwa masa lampau. Mendirikan shalat dan tidak lalai terhadapnya juga merupakan faktor untuk mengingat Allah. “Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha: 14). Adapula faktor yang bisa membuat mengingat Allah adalah orang-orang bertaqwa yang penampilan-penampilan mereka membuat orang dapat mengingat Allah. Mengenai hal tersebut, Rasulullah bersabda “Orang yang terbaik dari antara kalian adalah orang yang apabila kalian bertemu dengan mereka, dapat membuat kalian mengingat Allah dan logika yang mereka sampaikan membuat ilmu yang kalian miliki menjadi bertambah, dan amalnya membuat kalian bertambah keinginan terhadap akhirat.” Olehnya itu, barangsiapa yang menghendaki terhindar dari godaan iblis, maka dengan mengingat Allah menjadi modal untuk terhindar dari godaan-godaan setan serta jauh dari melakukan penyimpangan-penyimpangan.

Lain halnya jika berhenti mengingat Allah dan melupakan-Nya, maka akan mengakibatkan kehidupan seorang manusia menjadi genting. Sebagaimana firman-Nya “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” Tidak mengingat Allah berarti menjadikan setan sebagai teman yang menuntunnya, hingga dia akan dibuat melupakan identitasnya sebagai hamba Allah. “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka.”  (QS. Al-Hasyr : 19). “Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.”  (QS. At-Taubah: 67).

Sama halnya dengan mengingat Allah dapat dipengaruhi beberapa faktor, begitupula dengan lalai dari mengingat Allah disebabkan beberapa faktor pula, yaitu mencintai dan menyukai perhiasan-perhiasan dunia. Dunia jika dijadikan sebagai tujuan akhir akan membuat manusia mengejar gemerlapnya dan tidak memercayai kehidupan selanjutnya. “… Janganlah harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.” (QS. Al-Munafikun:9). Lalai mengingat Allah dengan selalu berangan-angan atau keinginan-keinginan yang panjang dan sulit dicapai. Setan juga merupakan salah satu faktor yang membuat lupa kepada Allah, jika setan telah menguasai diri kita, niscaya mudah lupa kepada Allah. Melakukan perbuatan maksiat dan mengikuti keinginan-keinginan syahwat juga hal yang memaksa kita lupa kepada Allah. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Di antara maksiat-maksiat, tidak ada maksiat yang lebih buruk dibandingkan dengan mengikuti syahwat. Karena itu, janganlah mengikuti keinginan-keinginan dirimu lantaran keinginan-keinginan diri (syahwat) dapat menghalangimu dari mengingat Allah. Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Siapapun yang melakukan dosa-dosa sudah pasti dia lupa kepada Allah, walaupun shalat, puasa dan bacaan al-Qurannya mungkin banyak.”

Tidak diragukan lagi bahwa mengingat Allah bukan hanya sekedar megulangi ucapan-ucapan seperti “subhanallhu walhamdu lillah wa la ilaha illallahu wallahu akbar”, namun mengingat Allah adalah realiasi bahwa Allah hadir di setiap tempat serta mengetahui perbuatan buruk dan baik yang dilakukan manusia. Manusia yang mengingat Allah artinya mendorong kita untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban-Nya dan membuat tidak melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Rasulullah SAW bersabda, “Mengingat Allah tidak hanya meliputi ucapan “subhanallhu walhamdu lillah wa la ilaha illallahu wallahu akbar”. Sebaliknya, mengingat Allah hanya bermakna: ketika engkau ingin berbuat dosa atau maksiat, engkau takut dan berhenti melakukannya.” Jelasnya mengingat Allah dapat menghentikan manusia untuk berbuat dosa dan mencerahkan pikiran serta membangun hati.