Mengapa sebagian pembesar tidak menemani Imam Husain ke Karbala?

Mungkin timbul pertanyaan, mengapa ada sebagian tokoh

besar di masa imamah Imam Husain as yang tidak

menyertai Imam Husain as dalam perjalanannya menuju

Kufah dan Karbala? Tokoh-tokoh besar tersebut

diantaranya adalah: Muhammad bin Hanafiah (saudara

tiri Imam Husain as), Abdullah bin Abbas dan Abdullah

bin Ja’far (suami Sayidah Zainab as). Selain mereka

juga ada orang-orang seperti Kumail bin Ziyad, Maitsam

Al-Tammar dan…

Saat imam Husain as hendak berangkat menuju Kufah,

beliau berbincang-bincang dengan Muhammad bin

Hanafiah. Muhammad bin Hanafiah meminta Imam Husain as

untuk tidak melakukan perjalanan tersebut. Dalam

menjawab permintaannya, Imam Husain as berkata: “Aku

siap untuk pergi ke Makkah (sebelum ke Kufah) dan aku

membawa semua keluargaku, saudara-saudaraku, saudari-

saudariku, kemenakan-kemenakanku dan para pengikutku.

Perkara mereka ada di tanganku. Tapi engkau, hai

saudaraku, engkau tak perlu menemaniku dalam

perjalanan ini. Tinggallah di Madinah, jadilah pemberi

kabar kepadaku tentang keadaan Madinah nantinya.”[1]

Oleh karena itu atas permintaan Imam Husain as sendiri

dia tinggal di Madinah.

Dalam perbincangan Imam Husain as dengan Abdullah bin

Abbas diriwayatkan. Saat itu Abdullah bin Abbas datang

dan berkata kepada Imam Husain as: “Aku bersedia

membantumu. Apapaun yang kau inginkan, katakanlah.”

Imam Husain as berkata kepadanya: “Pergilah ke Madinah

dan aku tinggal di Makkah (saat itu Imam Husain as

telah tiba di Makkah). Sampaikanlah nanti kabar

tentang situasi dan kondisi di Madinah kepadaku.”[2]

Adapun tentang Abdullah bin Ja’far, satu-satunya

alasan mengapa ia tidak menyertai Imam Husain as dalam

perjalanannya adalah karena kedua matanya buta. Namun

ia menyerahkan kedua anaknya, Muhammad dan ‘Aun, untuk

menyertai beliau, dan akhirnya keduanya syahid di

Karbala.[3]

Dalam Biharul Anwar diriwayatkan bahwa Muhammad bin

Abdullah bin Ja’far berhasil menumpas sepuluh pasukan

Yazid dan ‘Aun bin Abdullah mengalahkan 21 pasukan

Umar bin Sa’ad.[4]

 

CATATAN :

[1] Mahiyat Qeyam e Mokhtar, menukil dari Biharul

Anwar, jil. 44, hal. 823.

[2] Mausu’ah Imam Husain as, jil. 2, hal. 5-9.

[3] Zainab Kubra, Syaikh Ja’far Naqdi, hal. 87.

[4] Biharul Anwar, jil. 45, hal. 43.