Tidak Mendzalimi dan Tidak Didzalimi

Ada satu ayat yang menarik untuk kita angkat pada hari ini. Menurut sebagian ulama, ayat ini adalah pondasi dari seluruh syariat. Semua perintah dan larangan bersumber darinya.

Penggalan ayat ini begitu singkat, Allah Berfirman :
لاَ تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ

“Kamu tidak berbuat zalim dan tidak dizalimi.” (QS.Al-Baqarah:279)

Semua kekacauan terjadi karena ada hak yang dirampas. Entah itu adalah hak orang lain atau hak diri kita sendiri. Dan tak jarang pula, manusia bahkan merampas hak anggota tubuhnya. Tangan, kaki, mata, telinga dan seluruh anggota tubuh kita juga punya hak untuk dipenuhi.

Muncul lah syariat islam yang mengatur segalanya. Menjaga agar tidak ada yang berbuat dzalim dan menjamin tidak ada yang terdzalimi. Karena sifat manusia cenderung ingin memenuhi semua haknya tanpa peduli hak orang lain.

Harusnya, ayat diatas menjadi pedoman hidup setiap manusia.

Jangan berbuat dzolim dan jangan mau didzolimi !

 

Jika slogan ini diterapkan, bukan hal yang mustahil untuk menciptakan kehidupan yang tentram dan damai. Saling menghormati dan saling menyayangi.

Masalahnya, manusia cenderung ingin dihormati tapi tak mau menghormati orang lain. Cenderung ingin diperlakukan baik tapi selalu menyakiti orang lain. Maka coba jadikan diri kita sebagai tolak ukur !

Imam Ali bin Abi tholib pernah berpesan untuk menjadikan diri kita sebagai tolak ukur. Jika tidak mau diperlakukan seperti ini, jangan perlakukan orang lain seperti itu ! Jangan pernah merampas hak orang lain tapi juga jangan diam ketika hak kita dirampas.

Olah raga, makan dan istirahat adalah cara untuk memenuhi hak anggota tubuh kita, sementara ibadah adalah cara untuk memenuhi hak jiwa kita. Dan seluruh perintah dan larangan yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya atau manusia dengan sesamanya tak lepas dari upaya untuk memenuhi hak masing-masing. Sehingga seluruh aturan yang disampaikan oleh syariat tidak keluar dari dua slogan singkat ini, Tidak Mendzalimi dan Tidak Didzalimi