Mendamaikan Orang yang Berselisih (Al-Ishlah) dalam Al-Qur’an.
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust muhamad bin alwi
- Sumber:
- khazanahalquran
Al-Ishlah sering diartikan dengan “perbaikan” atau
“memperbaiki”. Jika kita menengok pada tujuan utama
dari dakwah para nabi, maka sejarah membuktikan bahwa
tujuan mereka adalah Al-Ishlah, atau memperbaiki
kondisi umat. Seperti perkataan Nabi Sholeh as yang
diabadikan dalam Al-Qur’an berikut ini,
إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ الإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ
“Aku hanya bermaksud (melakukan) perbaikan semampuku.”
(QS.Huud:88)
Nabi Sholeh ingin memfokuskan bahwa tujuan dari jerih
payah dan usahanya selama ini hanya untuk memperbaiki
kondisi umat manusia, semampunya. Dan seluruh nabi pun
punya tujuan yang sama.
Dan kali ini, kita akan mendalami makna Al-Ishlah
dalam Al-Qur’an.
Al-Ishlah dalam Al-Qur’an
Kata Al-Ishlah sering digunakan dalam Al-Qur’an. Kata
ini bisa memiliki dua makna,
1. Jika diambil dari dari kalimat As-Sulhu maka
artinya adalah mendamaikan 2 orang atau kelompok yang
berselisih.
Makna Al-Islah dengan arti pertama (mendamaikan
perselisihan) digunakan untuk beberapa hal seperti,
>> Mendamaikan suami istri
وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُواْ حَكَماً مِّنْ أَهْلِهِ وَحَكَماً مِّنْ أَهْلِهَا إِن يُرِيدَا إِصْلاَحاً يُوَفِّقِ اللّهُ بَيْنَهُمَا
“Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara
keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari
keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari
keluarga perempuan. Jika keduanya bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah Memberi taufik kepada suami-
istri itu.” (QS.An-Nisa’:35)
>> Mendamaikan 2 kelompok
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
“Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang,
maka damaikanlah antara keduanya.” (QS.Al-Hujurat:9)
>> Mendamaikan secara umum
فَاتَّقُواْ اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ بِيْنِكُمْ
“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
hubungan di antara sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)
2. Jika diambil dari kata As-Solaah maka artinya
adalah melakukan kebaikan dan menyingkirkan keburukan.
Makna ini juga menjadi lawan kata dari Al-Fasad yang
artinya melakukan keburukan ataupun kerusakan.
Makna Pertama : Mendamaikan yang Berselisih.
فَاتَّقُواْ اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ بِيْنِكُمْ
“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
hubungan di antara sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)
Ayat ini menarik untuk kita perhatikan lebih dalam.
Bertakwalah ! Lalu perbaiki hubungan diantara sesamamu
! Ayat ini seakan ingin berbicara bahwa tak ada
artinya takwa tanpa kepedulian kepada kondisi sekitar
kita. Tak ada artinya takwa tanpa rasa peduli untuk
mendamaikan saudara yang berselisih.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang
berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)
Namun inilah manusia. Semakin hari rasa kepedulian ini
semakin pudar. Orang-orang sibuk dengan urusannya
masing-masing dan acuh dengan kondisi sekitarnya.
Walaupun ada yang memang tidak mampu untuk
mendamaikan, ada pula yang tidak mau. Bahkan akhir-
akhir ini semakin banyak orang yang tidak mendamaikan
perselisihan tapi malah membakar api provokasi dan
memecah belah saudaranya sendiri.
Padahal menurut Al-Qur’an tidak ada kebaikan dalam
perkataan rahasia (bisik-bisik) yang dilakukan manusia
kecuali dalam 3 pembicaraan saja seperti Firman Allah
swt,
لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ
“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia
mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang
menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan,
atau mengadakan perdamaian di antara manusia.”
(QS.An-Nisa’:114)
Mendamaikan perselisihan termasuk sesuatu yang sangat
ditekankan dalam Islam. Tentu kebalikan dari
mendamaikan ini (seperti adu domba dan memecah
persatuan) punya bahaya dan ancaman yang begitu besar
pula. Jangan pernah pesimis ketika ingin mendamaikan
orang yang berselisih, karena Allah tidak pernah
menanyakan “berhasil atau tidak?”, tapi yang akan
ditanyakan adalah “kenapa tidak menyampaikan? kenapa
tidak berusaha mendamaikan?”.
Kita semua tau bahwa bohong itu haram dan pembohong
itu terlaknat. Tapi khusus dalam masalah mendamaikan
orang, kebohongan itu diizinkan. Misalkan kita
berbohong kepada orang yang berselisih bahwa
“musuhnya” tadi memujinya dan ingin memperbaiki
hubungan dengannya. Kebohongan macam ini diperbolehkan
dalam Islam.
Namun kenyataannya, kebohongan itu sering digunakan
untuk adu domba dan memecah belah masyarakat. Fitnah
disebar untuk merusak keharmonisan umat. Mereka
menggunakan alasan “Membela Al-Qur’an” tapi sungguh
amat jauh dari ajaran sucinya.
Mendamaikan orang yang berselisih bukanlah perkara
kecil. Perbuatan ini amat agung di Sisi Allah swt.
Rasul pun sering bersabda tentang pahala mendamaikan
perselisihan.