Imam Shadiq as penghidup keilmuan
Imam Ja’far Ash-Shadiq as adalah seorang ulama yang
paling utama dari ulama-ulama yang lain dari sisi
kejeniusan, keilmuwan, keutamaan dan kecerdasan.
Beliau pernah mengikuti berbagai pelajaran ayahnya
seperti fiqih, hadis, tafsir al-Quran, filsafat,
kimia, kedokteran dan ilmu perbintangan. Saat itu umur
beliau belum mencapai 3 tahun. Dan itu merupakan
mukjizat di masa itu. Ketika khalifah Bani Umayyah,
Al-Walid bin Abdul Malik berkunjung dari Syam ke
Madinah, ia masuk ke Masjid Nabawi dan melihat Imam
Al-Baqir as berada di atas mimbar sedang menyampaikan
pelajarannya. Al-Walid mengucapkan salam kepadanya,
kemudian beliau pun menjawab salam tersebut. Kemudian
beliau menghentikan pelajarannya sejenak untuk
menghormati Al-Walid. Lalu Al-Walid mempersilahkan
Imam untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajarnya,
yang mana saat itu adalah pelajaran geografi. Al-Walid
pun ikut sibuk mendengarkan pelajaran tersebut. Tiba-
tiba Imam dikejutkan dengan pertanyaan dari Al-Walid:
“Apa nama pelajaran ini?” Imam pun menjawab: “Ini
adalah pelajaran yang membahas tentang bumi, langit,
matahari dan bintang-bintang.” Kemudian pandangan Al-
Walid jatuh kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq yang saat
itu sedang duduk di antara ulama. Lalu ia bertanya
kepada Umar bin Abdul Aziz pejabatnya yang memegang
kota Madinah. Umar menjawab: “Dia adalah Ja’far bin
Muhammad Ash-Shadiq.” Al-Walid kemudian berkata:
“Apakah ia mampu untuk memahami pelajaran ini,
sedangkan umurnya belum mencapai 3 tahun?” Umar bin
Abdul Aziz menjawab: “Dia orang yang paling cerdas di
antara yang hadir dalam pelajaran Imam. Dan ia orang
yang paling banyak bertanya dan mengkritik di antara
mereka.”
Al-Walid memanggil Imam Ja’far as. Ia bertanya perihal
nama Imam dan mulai ingin mengujinya. Ia bertanya
kepada Imam: “Apakah engkau tahu siapakah pencetus
ilmu mantiq (logika)?” Lalu beliau menjawab:
“Aristoteles adalah orang yang mencetuskan ilmu mantiq
(logika). Para murid dan pengikutnyalah yang menamakan
ia sebagai pencetus ilmu tersebut.” Lalu Al-Walid
menyampaikan pertanyaan keduanya kepada Imam:
“Siapakah yang menciptakan ilmu ma’az (gugusan
bintang)?” Imam tidak membenarkan pertanyaanya, lalu
Imam berkata: “Ini bukanlah nama seseorang, akan
tetapi itu adalah nama dari gugusan bintang.” Dan
tercenganglah Al-Walid dengan jawaban tersebut. Al-
Walid terdiam dan sibuk berpikir untuk mengajukan
pertanyaan selanjutnya. Setelah beberapa saat ia
bertanya kembali kepada Imam: “Apakah engkau tahu
siapakah pencipta sikat gigi?” Lantas Imam menjawab:
“Itu adalah gelar Abdullah bin Mas’ud sahabat kakekku
Rasulullah Saw.” Al-Walid pun sangat terkejut dengan
jawaban Imam. Lalu ia memegang tangan Imam as seraya
berkata dan mengucapkan selamat pada Imam Al-Baqir as:
“Sesungguhnya putramu ini kelak akan menjadi orang
paling berilmu di zamannya.”
Pada hakikatnya Imam Ja’far Ash-Shadiq as adalah
seorang ulama yang paling alim sepanjang sejarah.
Para sejarawan dan pemikir memuji akan keluasan
ilmunya. Mereka menyaksikan peranannya dalam
mengembangkan berbagai keilmuan, cakrawala pemikiran
Islam dan berbagai ilmu pengetahuan di zamannya. Di
sisi lain beliau adalah seorang pendiri sekolah-
sekolah filsafat Islam. Sesungguhnya Allah swt lebih
mengetahui bagaimana ia menjadikan risalah-Nya.