Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Muthahhari dan kebangkitan Islam

3 Pendapat 05.0 / 5

Atmosfer sosial manusia dipengaruhi oleh berbagai

peristiwa besar maupun kecil, seperti gelombang laut

yang diguncang badai. Dalam konteks kehidupan sosial

masyarakat, gelombang sosial yang paling hidup adalah

gerakan religius yang berasal dari substansi kehidupan

dan fitrah manusia.

Gelombang kebangkitan Islam di Timur Tengah yang

disertai pekikan Allahu Akbar merupakan contoh nyata

dari gerakan tersebut. Kebangkitan rakyat di negara-

negara Islam tidak muncul simsalabim, tapi melalui

sebuah proses yang telah disiapkan sebelumnya. Para

pemikir dan ulama memainkan peran besar dalam

independensi bangsa-bangsa dunia, dan menghidupkan

pemikiran agama dalam konteks kekinian.

 

Syahid Muthahhari merupakan salah satu pemikir yang

telah menghadiahkan kehidupannya untuk menghidupkan

agama di era modern dewasa ini. Ia dikenal sebagai

orang yang sangat cerdas, santun dan tinggi ilmunya.

Beliau mempersembahkan kehidupannya demi kemuliaan

umat manusia.

 

Syahid Muthahhari lahir tanggal 13 Bahman 1298 HS(3

Februari 1920) di Fariman, Provinsi Khorasan dalam

sebuah keluarga agamis. Beliau menyelesaikan masa

kecilnya di Fariman dan menamatkan sekolah dasar di

sana. Pada usia 12 tahun beliau pergi ke Mashad dan

belajar di hawzah ilmiah. Kemudian melanjutkan

pendidikannya ke Qom. Selama 15 tahun tinggal di Qom

beliau belajar pada Ayatollah Boroujerdi, Imam

Khomeini dan Allamah Thaba’thaba’i.

 

Syahid Muthahhari piawai menjelaskan berbagai dimensi

Islam kepada generasi muda. Di bidang yang digelutinya

ini Syahid Muthahhari berhasil menarik banyak pemuda

dan kalangan akademik untuk mengenal keindahan

pemikiran Islam.

 

Karakteristik yang membedakan Syahid Muthahhari dari

para pemikir lainnya adalah beliau berbicara dengan

bahasa kontemporer dan menguasai fenomena yang ada

dalam bingkai situasi dan kondisi kekinian. Dengan

mencermati sebagian pemikiran khurafat dan menyimpang

telah mengotori wajah Islam, Syahid Muthahhari dengan

penjelasan argumentatifnya berusaha menjelaskan

hakikat Islam.

 

Selain sebagai seorang pemikir dan filosof, Syahid

Muthahhari juga dikenal sebagai seorang aktifis

Revolusi Islam. Ia bangkit berjuang untuk membela

Islam dengan pemikiran besarnya demi menghapus

penyelewengan dan upaya mencomot ajaran agama sesuai

selera.

 

Beliau menjelaskan ajaran-ajaran Islam baik lewat

metode rasional maupun tekstual sehingga membuatnya

menjadi seorang pembaharu besar dan simbol sempurna

pemikir Islam di masa ini. Syahid Muthahhari dapat

disebut arsitek terbesar bangunan pemikiran dan sistem

Islam. Berbagai tema dan kajian yang dibahasnya sangat

relevan dengan persoalan yang dihadapi umat Islam saat

ini dan bisa dijadikan sebagai solusi.

 

Arnold Tonybee, sejarawan Inggris pernah mengatakan,

“Apa yang menyebabkan sebuah peradaban mati adalah

karena para pemimpin dan penguasanya mengulang jawaban

lama untuk penyelesaian permasalah baru.”

 

Mutahhari senantiasa menampilkan jawaban terhadap

berbagai masalah kekinian dengan cara-cara baru dan

mencerahkan. Di bidang filsafat Islam, Muthahari

berhasil melakukan terobosan baru. Di bidang fiqih, ia

berijtihad mengenai berbagai persoalan hukum kekinian.

Muthahhari berkeyakinan bahwa agama adalah sumber

kehidupan yang jernih dan menyegarkan bagi manusia.

 

Menurut Muthahhari, ajaran Islam adalah yang paling

komprehensif, sempurna, dan terus hidup sepanjang

zaman. Ajaran Islam juga dapat disesuaikan dengan

tuntutan pada zamannya. Masalah inilah yang ditekankan

beliau dalam bukunya berjudul ‘Matahari Agama, Tidak

Akan Pernah Terbenam’. Ditegaskannya bahwa, fenomena

sosial dapat dikokohkan jika disesuaikan dengan

tuntutan masyarakatnya. Artinya, fenomena tersebut

harus muncul dari dalam hati dan fitrah setiap manusia

dan harus sesuai dengan tuntutannya.

 

Mengenai penyakit masyarakat, Muthahhari

mengkhawatirka dua hal yaitu kejumudan dan kebodohan.

Dia mengatakan, dua penyakit berbahaya yang mengancam

umat manusia adalah penyakit jumud dan kebodohan.

 

Muthahhari dalam karyanya, “Pengantar Pandangan Dunia

Islam” menyebutkan bahwa akar sistem Islam yang

independen dan kokoh mendorong gerakan masyarakat

menuju kebebasan dan kemerdekaan. Sejarah membuktikan

bahwa ajaran agama Islam dengan berbagai

karakteristiknya setiap abad semakin maju dan

berkembang dengan jumlah penganut yang semakin besar.

 

Al-Quran menjelaskan gerakan Islam dalam surat Fath

ayat 29, “… sifat-sifat mereka sebagaimana dijelaskan

dalam Injil, seperti tanaman yang mengeluarkan

tunasnya. maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas

pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-

penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati

orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang

mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara

mereka ampunan dan pahala yang besar.”

 

Terkait gerakan kebangkitan sebuah masyarakat,

Mutahhari mengungkapkan urgensi identitas bangsa.

Sebuah bangsa yang tidak memiliki identitas

kebangsaannya, maka mereka tidak akan pernah bangkit

untuk melakukan sebuah revolusi untuk memrjuangkan

kemerdekaaannya. Beliau mengatakan, “Tidak ada modal

lebih tinggi dari ini. Modal tertinggi bagi sebuah

masyarakat harus mengetahui mengenai filsafat hidup

merdeka dan bangga dengan itu. Pada dasarnya menjaga

heroisme dalam masyarakat terjadi dalam hal ini.

Merugilah sebuah masyarakat yang tidak memilikinya.”

(Koleksi karya Muthahhari jilid 17 hal-53.)

 

Di bagian lain, Muthahari mengungkapkan, “Jika bangsa

Aljazair berhasil merdeka  setelah lima puluh tahun

berjuang melawan imperialisme Prancis, itu disebabkan

karena mereka memiliki rasa herosime kebangsaan yang

tinggi. Ketika di benua lainnya sebuah bangsa berhasil

mengalahkan penjajah, itu juga disebabkan rasa

kebangsaan.”

 

Syahid Muthahhari menilai ajaran Islam sebagai faktor

pemicu utama gerakan melawan kezaliman dan

imperialisme. Beliau mengatakan, “Jangan melihat Islam

hanya sekedar agama yang terdiri dari lima huruf

belaka. Islam bertanggung jawab terhadap seluruh

masalah kerusakan sosial… Islam datang membentuk

sebuah masyarakat, membentuk pemerintahan dan

mereformasi dunia.” (Koleksi karya Muthahhari jilid 17

hal-53.)