Mungkinkah Mewujudkan “Dunia Tanpa Konflik”?

Zaman telah memasuk detik-detik terakhirnya. Konflik,

pertikaian dan pertarungan tak kunjung mereda. Apinya

berkobar semakin dahsyat dan menjadi-jadi. Jiwa dan

darah pun menjadi barang murah yang mudah sekali

ditumpahkan.

Hati manusia semakin resah. Hidup mereka penuh dengan

kegelisahan dan rasa pesimis. Sampai kapan konflik ini

akan terus terjadi?

Kapan kegaduhan ini akan berakhir?

Rasa aman menjadi barang langka. Sebagian dari mereka

yang belum kuat imannya mengakhiri hidupnya dengan bunuh

diri. Lebih baik mati daripada melihat kekejian yang tak

kunjung habis ini, kata mereka.

Tapi mungkinkah menghapus konflik di muka bumi ini?

Sementara yang bertarung adalah antar pengikut haq dan

batil. Tak hanya itu, para pengikut kebatilan juga

saling menyerang. Dan yang paling menyedihkan, para

pengikut kebenaran yang sama-sama berucap syahadat juga

saling bertikai. Setiap berkumpul beberapa orang pasti

disitu ada konflik.

Lalu mungkinkah konflik di dunia ini dihapuskan?

 

Sejarah Munculnya Konflik

Didunia ini berjalan sistem yang amat teratur dan rapi.

Berputarnya bumi, terbitnya matahari dari timur dan

tenggelam dibarat. Api yang membakar, air yang mengalir

dan segala sesuatu yang berjalan sesuai aturan alam ini

disebut Sunnatullah.

Konflik adalah termasuk Sunnatullah yang pasti terjadi.

Bukan berarti Allah Ingin keburukan bagi hamba-Nya,

namun konflik ini adalah suatu kelaziman yang harus

terjadi. Tanpa adanya konflik, kehidupan manusia tidak

akan berjalan.

Awal mula munculnya konflik dimulai dari dalam diri

masing-masing. Manusia tercipta dengan dua unsur yaitu

materi dan non materi. Keduanya adalah perpaduan yang

sempurna namun saling tarik menarik untuk menuntut

“dipuaskan”.

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

“maka Dia Mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan

ketakwaannya.” (QS.Asy-Syams:8)

Didalam diri manusia terjadi pertarungan yang dahsyat.

Sisi materi menuntut untuk dipenuhi “keinginan” nafsunya

dan sisi ruh mengajak manusia untuk terbang tinggi dan

meraih kebahagiaan sejati. Keduanya saling tarik menarik

setiap waktu.

Manusia pertama yang bertikai adalah Qobil dan Habil.

Asal mula konfliknya adalah karena Qobil tidak bisa

menyelesaikan masalah dalam dirinya. Ia termakan oleh

penyakit iri hati sehingga mengikuti teriakan nafsunya

seperti yang digambarkan oleh Allah swt,

فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ

“Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh

saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya.”

(QS.Al-Ma’idah:30)

 

Berbeda dengan Habil yang mampu menyelesaikan masalah

konflik dalam dirinya, sehingga ia tidak melakukan

keburukan kepada saudaranya. Ia pun berkata,

لَئِن بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَاْ بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لَأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ

“Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu

kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan

tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada

Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS.Al-Ma’idah:28)

Jadi awal mula munculnya konflik diluar adalah karena

manusia tidak bisa menyelesaikan konflik didalam

dirinya. Dan selama masih ada konflik didalam diri pasti

akan muncul konflik di luar. Maka mengharapkan konflik

itu lenyap dari muka bumi adalah sesuatu yang MUSTAHIL.

Jadi jangan pernah berangan-angan untuk mewujudkan dunia

tanpa konflik sama sekali karena disaat masih ada

manusia pasti ada konflik didalamnya. Karena disetiap

diri mereka masing-masing ada dua sisi yang terus

bertarung.

Setelah kita menyadari bahwa melenyapkan konflik adalah

hal yang mustahil maka kita harus optimis untuk

menghadapinya. Tidak ada masalah yang tak memiliki jalan

keluar.