Mungkinkah Mewujudkan “Dunia Tanpa Konflik”?
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. muhamad bin alwi
- Sumber:
- khazanhalquran.com
Zaman telah memasuk detik-detik terakhirnya. Konflik,
pertikaian dan pertarungan tak kunjung mereda. Apinya
berkobar semakin dahsyat dan menjadi-jadi. Jiwa dan
darah pun menjadi barang murah yang mudah sekali
ditumpahkan.
Hati manusia semakin resah. Hidup mereka penuh dengan
kegelisahan dan rasa pesimis. Sampai kapan konflik ini
akan terus terjadi?
Kapan kegaduhan ini akan berakhir?
Rasa aman menjadi barang langka. Sebagian dari mereka
yang belum kuat imannya mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri. Lebih baik mati daripada melihat kekejian yang tak
kunjung habis ini, kata mereka.
Tapi mungkinkah menghapus konflik di muka bumi ini?
Sementara yang bertarung adalah antar pengikut haq dan
batil. Tak hanya itu, para pengikut kebatilan juga
saling menyerang. Dan yang paling menyedihkan, para
pengikut kebenaran yang sama-sama berucap syahadat juga
saling bertikai. Setiap berkumpul beberapa orang pasti
disitu ada konflik.
Lalu mungkinkah konflik di dunia ini dihapuskan?
Sejarah Munculnya Konflik
Didunia ini berjalan sistem yang amat teratur dan rapi.
Berputarnya bumi, terbitnya matahari dari timur dan
tenggelam dibarat. Api yang membakar, air yang mengalir
dan segala sesuatu yang berjalan sesuai aturan alam ini
disebut Sunnatullah.
Konflik adalah termasuk Sunnatullah yang pasti terjadi.
Bukan berarti Allah Ingin keburukan bagi hamba-Nya,
namun konflik ini adalah suatu kelaziman yang harus
terjadi. Tanpa adanya konflik, kehidupan manusia tidak
akan berjalan.
Awal mula munculnya konflik dimulai dari dalam diri
masing-masing. Manusia tercipta dengan dua unsur yaitu
materi dan non materi. Keduanya adalah perpaduan yang
sempurna namun saling tarik menarik untuk menuntut
“dipuaskan”.
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“maka Dia Mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan
ketakwaannya.” (QS.Asy-Syams:8)
Didalam diri manusia terjadi pertarungan yang dahsyat.
Sisi materi menuntut untuk dipenuhi “keinginan” nafsunya
dan sisi ruh mengajak manusia untuk terbang tinggi dan
meraih kebahagiaan sejati. Keduanya saling tarik menarik
setiap waktu.
Manusia pertama yang bertikai adalah Qobil dan Habil.
Asal mula konfliknya adalah karena Qobil tidak bisa
menyelesaikan masalah dalam dirinya. Ia termakan oleh
penyakit iri hati sehingga mengikuti teriakan nafsunya
seperti yang digambarkan oleh Allah swt,
فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ
“Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh
saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya.”
(QS.Al-Ma’idah:30)
Berbeda dengan Habil yang mampu menyelesaikan masalah
konflik dalam dirinya, sehingga ia tidak melakukan
keburukan kepada saudaranya. Ia pun berkata,
لَئِن بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَاْ بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لَأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
“Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu
kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan
tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada
Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS.Al-Ma’idah:28)
Jadi awal mula munculnya konflik diluar adalah karena
manusia tidak bisa menyelesaikan konflik didalam
dirinya. Dan selama masih ada konflik didalam diri pasti
akan muncul konflik di luar. Maka mengharapkan konflik
itu lenyap dari muka bumi adalah sesuatu yang MUSTAHIL.
Jadi jangan pernah berangan-angan untuk mewujudkan dunia
tanpa konflik sama sekali karena disaat masih ada
manusia pasti ada konflik didalamnya. Karena disetiap
diri mereka masing-masing ada dua sisi yang terus
bertarung.
Setelah kita menyadari bahwa melenyapkan konflik adalah
hal yang mustahil maka kita harus optimis untuk
menghadapinya. Tidak ada masalah yang tak memiliki jalan
keluar.