Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Memperingati Kesyahidan Sayyidah Fathimah az Zahra; Biografi dan Kepribadiannya

4 Pendapat 05.0 / 5

RIWAYAT SINGKAT

Nama: Fatimah
Gelar: Az-Zahra’
Julukan: Ummu Aimmah, Sayyidatu nisâil `âlamîn, Ummu

Abihâ.
Ayah: Muhammad Rasulullah saw
Ibu: Khadijah Al-Kubra


Tempat/Tgl Lahir: Mekkah, hari Jum’at, 20 Jumadits Tsani
Hari/Tgl Wafat: Selasa, 3 Jumadits Tsani 11 H.
Umur: 18 tahun.
Makam: Baqi’, Madinah Al-Munawwarah.
Jumlah putera dan puteri: 2 laki-laki, dan 2 perempuan.
Laki-laki: Al-Hasan dan Al-Husein
Perempuan: Zainab dan Ummu Kaltsum.

 

KELAHIRAN

Fatimah (sa) adalah salah seorang puteri Rasulullah saw.

Ia merupakan
wanita yang paling mulia kedudukannya. Kemuliannya

diperoleh sejak
menjelang kelahirannya, ketika kelahirannya dibidani

oleh 4 wanita suci.

Ketika menjelang kelahirannya ibudanda tercintanya

Khadijah Al-Khubra
(sa) meminta tolong kepada wanita-wanita Qurays

tetangganya. Tapi
mereka menolaknya sambil mengatakan kepadanya bahwa ia

telah
mengkhianati mereka mendukung Muhammad. Saat itu ia

bingung kepada
siapa harus minta tolong untuk melahirkan puteri

tercintanya. Saat
kebingungan Khadijah (sa) mengatakan: “Aku terkejut luar

biasa ketika
aku menyaksikan empat wanita yang berwajah cantik

dilingkari cahaya,
yang sebelumnya aku tidak aku kenal mereka. Mereka

mendekatiku, Saat
aku dalam keadaan yang cemas, salah seorang dari mereka

menyapaku: Aku
adalah Sarah ibunda Ishaq; dan yang tiga yang

menyertaiku adalah
Maryam ibunda Isa, Asiah puteri Muzahim, dan Ummu

Kaltsum saudara
perempuan Musa. Kami semuanya diperintahkan oleh Allah

untuk
mengajarkan ilmu kebidanan kami jika anda bersedia.

Sambil mengatakan
hal itu, mereka duduk di sekitarku dan memberkan

pelayanan sampai
puteriku Fatimah (sa) lahir.”

Fatimah (sa) berbicara saat dalam Kandungan
Sejak masih dalam kandungan ibundanya Fatimah (sa)

sering menghibur
dan mengajak bicara ibunya. Rasulullah saw bersabda:
“Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari

surga, kemudian
aku memakannya lalu aku berhubungan dengan Khadijah lalu

ia mengandung
Fatimah. Khadijah berkata: “Aku hamil dengan kandungan

yang ringan.
Ketika engkau keluar rumah janin dalam kandunganku

ngajak bicara
denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku

mengirim utusan pada
perempuan-perempuan Quraisy untuk dapat membatu

melahirkan janinku,
tapi mereka tidak mau datang bahkan mereka berkata: Kami

tidak akan
datang untuk menolong isteri Muhammad. Maka ketika

itulah datanglah
empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya, dan

salah dari
mereka berkata: Aku adalah ibumu Hawa'; yang satu lagi

berkata: Aku
adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku

adalah Kaltsum
saudara perempuan Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku

adalah Maryam
binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk menolong

urusanmu ini.
Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah Fatimah dalam

kedaan sujud
dan jari-jarinya terangkat seperti orang sedang berdoa.”

(Dzakhâir
Al-`Uqbâ, halaman 44)


MASA KECIL

Menjelang usia 5 tahun, Fatimah (sa) ditinggal wafat

oleh ibunda
tercintanya. Sehingga ia harus menggantikan posisi

ibunya, berkhidmat
kepada ayahnya, membantu dan menolong Rasululah saw.

Sehingga ia
mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Tidak

jarang Fatimah
(sa) menyaksikan ayahnya disakiti orang-orang kafir

Quraisy. Ia
menangis saat-saat menyaksikan ayahnya menghadapi ujian

yang berat
akibat prilaku orang-orang kafir Quraisy. Bahkan tangan

Fatimah yang
berusia kanak-kanak yang membersihkan kotoran di kepala

ayahnya saat Rasulullah saw dilempari dengan kotoran.


KEISTIMEWAAN

Fatimah (sa) buah surga dan tidak pernah haid
Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ketika

aku
diperjalankan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu

berhenti di
sebuah pohon dari pohon-pohon surga, dan aku tidak

melihat yang lebih
indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih,

buahnya paling
harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan.

Buah itu
menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi

aku berhubungan
dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah

itu setiap aku
rindu bau surga aku mencium bau Fatimah.” (tafsir Ad-

Durrul Mantsur
tentang surat Al-Isra': 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3:

156)


GELAR

Fatimah (sa) digelari Az-Zahra’
Abban bin Tughlab pernah bertanya kepada Imam Ja’far

Ash-Shadiq (sa):
Mengapa Fathimah digelari Az-Zahra’? Ia menjawab:

“Karena Fathimah
(sa) memacarkan cahaya pada Ali bin Abi Thalib tiga kali

di siang
hari. Ketika ia melakukan shalat sunnah di pagi hari,

dari wajahnya
memancar cahaya putih sehingga cahayanya memancar dan

menembus ke
kamar banyak orang di Madinah dan dinding rumah mereka

diliputi cahaya
putih. Mereka heran atas kejadian itu, lalu mereka

datang kepada
Rasulullah saw dan menanyakan apa yang mereka saksikan.

Kemudian Nabi
saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah. Lalu

mereka
mendatanginya, ketika sampai di rumahnya mereka melihat

Fathimah
sedang shalat di mihrabnya. Mereka melihat cahaya di

mihrabnya, cahaya
itu memancar dari wajahnya, sehingga mereka tahu bahwa

cahaya yang
mereka saksikan di rumah mereka adalah cahaya yang

terpancar dari
wajah Fathimah (sa).

Ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di tengah

hari cahaya
kuning memancar dari wajahnya, cahaya itu menembus ke

kamar rumah
orang banyak, sehingga pakaian dan tubuh mereka diliputi

oleh cahaya
berwarna kuning. Lalu mereka datang kepada Rasulullah

saw dan bertanya
tentang apa yang mereka saksikan. Nabi saw menyuruh

mereka datang ke
rumah Fathimah (sa), saat itu mereka melihat dia sedang

berdiri dalam
shalat sunnah di mihrabnya, cahaya kuning itu memancar

dari wajahnya
pada dirinya, ayahnya, suaminya dan anak-anaknya,

sehingga mereka tahu
bahwa cahaya yang mereka saksikan itu adalah berasal

dari cahaya wajah
Fathimah (sa).

Ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di

punghujung siang saat
mega merah matahari telah tenggelam wajah Fathimah

memancarkan cahaya
merah sebagai tanda bahagia dan rasa syukur kepada Allah

Azza wa
Jalla. Cahaya itu menembus ke kamar orang banyak

sehingga dinding
rumah mereka memerah. Mereka heran atas kejadian itu.

Kemudian mereka
datang lagi kepada Rasulullah saw menanyakan kejadian

itu. Nabi saw
menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah (sa). Ketika

sampai di rumah
Fathimah mereka melihat ia sedang duduk bertasbih dan

memuji Allah,
mereka melihat cahaya merah memancar dari wajahnya.

Sehingga mereka
tahu bahwa bahwa cahaya yang mereka saksikan itu berasal

dari cahaya
wajah Fathimah (sa). Cahaya-cahaya itu selalu memancar

di wajahnya,
dan cahaya itu diteruskan oleh putera dan keturunannya

yang suci
hingga hari kiamat.” (Bihârul Anwar 43: 11, hadis ke 2)

Fatimah (sa) digelari penghulu semua perempuan
Fatimah (sa) mendapat gelar penghulu semua perempuan

(sayyidatu nisâil
`alamîn).
Aisyah berkata: Fatimah (sa) datang kepada Nabi saw

dengan berjalan
seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw

mengucapkan: “Selamat
datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan

duduk di
sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik

kepadanya lalu
Fatimah menangis. Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya:

“Mengapa kamu
menangis?” Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya.

Lalu ia tertawa
dan berkata: Aku tidak pernah merasakan bahagia yang

paling dekat
dengan kesedihan seperti hari ini. Lalu aku (Aisyah)

bertanya kepada
Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw.

Fatimah menjawab:
Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw

sehingga beliau
wafat. Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata:

(Nabi saw
berbisik kepadaku): “Jibril berbisik kepadaku

(Rasulullah saw),
Al-Qur’an akan menampakkan padaku setiap setahun sekali,

dan ia akan
menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak

melihatnya kecuali
datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari

Ahlul baitku
yang menyusulku.” Lalu Fatimah menangis. Kemudian

Rasulullah saw
bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua

perempuan ahli
surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang

beriman?” Kemudian
Fatimah tertawa.
(Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda

kenabian
dalam Islam;
Musnad Ahmad 6: 282, hadis ke 25874)


MENYERUPAI AYAHNYA

Fatimah (sa) menyerupai Nabi saw
Aisyah Ummul mukminin berkata: Aku tidak pernah melihat

seorangpun
yang paling menyerupai Rasulullah saw dalam sikapnya,

berdiri dan
duduknya kecuali Fatimah puteri Rasulullah saw.

Selanjutnya Aisyah
berkata: Jika Fatimah datang kepada Nabi saw, beliau

berdiri menyambut
kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat

duduknya. Demikian
juga jika Nabi saw datang kepadanya ia berdiri menyambut

kedatangan
beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya…”

(Shahih
At-Tirmidzi 2: 319, bab keutamaan Fathimah; Shahih

Bukhari, bab Qiyam
Ar-Rajul liakhihi, hadis ke 947; Shahih Muslim, kitab

Fadhil
Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah)


SABDA RASUL

1. Marah Fatimah (sa) Marah Rasulullah saw
Rasulullah saw bersabda:
“Fatimah adalah bagian dari diriku, barangsiapa yang

membuatnya marah
ia telah membuatku marah.”
(Shahih Bukhari, kitab awal penciptaan, bab manaqib

keluarga dekat
Rasulullah saw; Kanzul Ummal 6: 220, hadis ke 34222)

2. Sakit Fatimah (sa) Sakit Rasulullah saw
Rasulullah saw bersabda:
“Fatimah adalah bagian dari diriku, menggoncangkan aku

apa saja yang
menggoncangkan dia, dan menyakitiku apa saja yang

menyakitinya.”
(Shahih Bukhari, kitab Nikah; Shahih Muslim, kitab

Fadhil
Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah; Musnad Ahmad bin

Hanbal 4: 328,
hadis ke 18447)


KARAMAH

Sebagian Karamah Fatimah Az-Zahra’ (sa)
Jabir Al-Anshari, salah seorang sahabat Nabi saw

berkisah bahwa
beberapa hari Rasulullah saw tidak makan sedikit pun

makanan sehingga
dirinya lemas, kemudian beliau mendatangi isteri-isterinya

untuk
mendapatkan sesuap makanan, tapi tidak mendapatkannya di

rumah mereka.

Lalu beliau mendatangi Fatimah (sa) dan berkata: “Wahai

puteriku,
apakah kamu punya makanan untuk aku? aku lapar. Fatimah

(sa) berkata:
Demi Allah, demi ayahku dan ibuku, aku tidak punya

makanan.

Ketika Rasulullah saw keluar dari rumah Fatimah (sa),

ada seorang
perempuan mengirimkan dua potong roti dan sepotong

daging, lalu
Fatimah (sa) mengambilnya dan meletakkannya dalam

mangkok yang besar
dan menutupinya. Fatimah (sa) berkata: Sungguh makanan

ini aku akan
utamakan untuk Rasulullah saw daripada diriku dan

keluargaku. Padahal
mereka juga membutuhkan sesuap makanan.

Fatimah (sa) berkata: Lalu aku mengutus Al-Hasan dan

Al-Husein kepada
kakeknya Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw datang

padaku. Aku
berkata: Ya Rasulallah, demi ayahku dan ibuku, Allah

telah
mengkaruniakan kepada kami sesuatu, lalu aku

menyimpannyan untuk
kupersembahkan kepadamu.

Fatimah (sa) berkata: Ada seseorang mengantarkan makanan

padaku, lalu
aku meletakkannya dalam mangkok besar dan aku

menutupinya. Saat itu
juga dalam mangkok itu penuh dengan roti dan daging.

Ketika aku
melihatnya aku ta’ajjub. Aku tahu bahwa itu adalah

keberkahan dari
Allah swt, lalu aku memuji Allah swt dan bershalawat

kepada Nabi-Nya.

Rasulullah saw bertanya: “Dari mana makanan ini wahai

puteriku?”
Fatimah menjawab: Makanan ini datang dari sisi Allah,

sesungguhnya
Allah mengkaruniakan rizki kepada orang yang

dikehendaki-Nya dari arah
yang tak terduga. Kemudian Rasulullah saw mengutus

seseorang kepada
Ali (sa) lalu ia datang. Rasulullah saw, Ali, Fatimah,

Al-Hasan,
Al-Husein (sa) dan semua isteri Nabi saw makan makanan

itu sehingga
mereka merasa kenyang, dan makanan itu tetap penuh dalam

mangkok itu.

Fatimah (sa) berkata: Lalu aku juga mengantarkan makanan

itu pada
semua tetanggaku, Allah menjadikan dalam makanan itu

keberkahan dan
kebaikan yang panjang waktunya. Padahal awalnya makanan

dalam mangkok
itu hanya dua potong roti dan sepotong daging,

selebihnya adalah
keberkahan dari Allah swt.

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw

pernah bersabda
kepada Fatimah dan Ali (sa): “Segala puji bagi Allah

yang tidak
mengeluarkan kalian berdua dari dunia sehingga Allah

menjadikan bagimu
(Ali) apa yang telah terjadi pada Zakariya, dan

menjadikan bagimu
wahai Fatimah apa yang telah terjadi pada Maryam. Inilah

yang
dimaksudkan juga dalam firman Allah swt: “Setiap

Zakariya masuk untuk
menemui Maryam di mihrabnya, ia dapati makanan di

sisinya.”
(Ali-Imran: 37).

Kisah dan riwayat ini terdapat di dalam:
1. Tafsir Al-Kasysyaf, Az-Zamakhsyari, tentang tafsir

surat Ali-Imran: 37.
2. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang ayat ini.

 

 

Ini adalah hanya sebagian dari pribadi Fatimah Az-Zahra

(sa) yang bisa
kami ungkapkan. Masih banyak lagi tentang keutamaan dan

karamahnya tak
mungkin diungkapkan dalam tulisan yang sangat singkat

ini, karena akan
membutuhkan buku yang sangat tebal jika hendak

diungkapkan secara
lebih detail.

Wassalam