Bagaimana Cara Menghadapi Konflik?

Sebelumnya kita telah membahas tentang “Mungkinkah Mewujudkan “Dunia Tanpa Konflik” ? Dan jawaban singkatnya adalah mustahil karena dalam diri manusia masing-masing ada dua kubu yang selalu bertarung dan saling tarik menarik. Satu kubu mengajak kepada kebaikan dan satunya mengajak kepada keburukan. Selama pertarungan didalam diri masih ada maka konflik diluar juga pasti akan muncul.

Setelah menyadari bahwa konflik itu tidak bisa dihapuskan, kita akan beralih pada pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara menghadapi konflik?

Apakah kita akan lari ? Apakah kita akan pesimis lalu bunuh diri ?

Sadarilah bahwa hidup ini seperti alat deteksi detak jantung. Jika datar tanpa ada gerakan naik dan turun maka manusia akan mati. Allah swt Berfirman,

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ

“Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak Mengujinya (dengan perintah dan larangan).” (QS.Al-Insaan:2)

Selama kita berdiri tegak pasti ada angin yang menerpa. Jika kita berdiri di jalan kebenaran, angin kebatilan tak akan diam. Jika kita bergabung dengan kebatilan pun akan selalu berhadapan dengan para pengikut kebenaran. Lalu akan lari kemana?

Orang yang lari dari konflik berarti ia telah memutuskan untuk kalah. Maka solusi satu-satunya adalah hadapi ! Tidak ada kata pasrah tanpa usaha, karena tidak ada masalah yang akan selesai tanpa perjuangan.

Untuk lebih meyakinkan kita agar jangan pernah lari dari masalah dan konflik, mari kita simak kisah dalam Al-Qur’an berikut ini.

Dalam surat Al-Ma’idah 21-26, dikisahkan bahwa Nabi Musa as bersama Bani Israil diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke tanas suci (Palestina) untuk menghadapi musuh.

يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأَرْضَ المُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ

Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah Ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.

 

Allah telah Memperingatkan bahwa jika mereka tidak mau masuk dan menghadapi musuh maka mereka akan rugi. Namun ternyata, Bani Israil yang terkenal suka mencari alasan ini berkata kepada Nabi Musa.

قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْماً جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّىَ يَخْرُجُواْ مِنْهَا فَإِن يَخْرُجُواْ مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ

Mereka berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, maka kami akan masuk.”

 

Ada masalah dan konflik didepan mata, tapi mereka tidak mau menghadapi dan memilih untuk lari. Hingga dua orang bertakwa diantara mereka ikut angkat bicara,

قَالَ رَجُلاَنِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُواْ عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”

 

Dari ayat-ayat diatas, Allah telah Menjanjikan kemenangan jika mereka mau menghadapi musuh dan tidak lari dari masalah. Allah hanya Ingin melihat usaha mereka karena tidak ada sesuatu yang didapatkan tanpa usaha. Namun Bani Israil kembali berkata,

قَالُواْ يَا مُوسَى إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا أَبَداً مَّا دَامُواْ فِيهَا فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhan-mu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.”

 

Mendengar perkataan itu, Nabi Musa pun kehabisan kata-kata dan berdoa kepada Allah swt,

قَالَ رَبِّ إِنِّي لا أَمْلِكُ إِلاَّ نَفْسِي وَأَخِي فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhan-ku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.”

 

Lalu apa akibat yang diterima oleh Bani Israil yang lari dari masalah. Allah Mengakhiri kisah ini dengan Firman-Nya,

قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي الأَرْضِ فَلاَ تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

(Allah) Berfirman, “(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.”

 

Akibatnya Bani Israil tidak bisa memasuki wilayah tersebut selama 40 tahun. Seakan Allah Ingin menghabiskan generasi ini agar bisa digantikan oleh generasi selanjutnya yang lebih baik dan siap menghadapi masalah.

Kisah ini mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat diraih tanpa usaha. Masalah dan konflik akan selalu ada dalam sejarah manusia, namun tidak ada solusi lain selain menghadapinya. Tentunya tak cukup hanya maju berhadapan dengan musuh, tapi harus dengan strategi dan persiapan yang matang.

Menghadapi konflik bukan berarti harus melawan dengan fisik. Menghadapi konflik artinya mencari jalan terbaik untuk menyelesaikannya. Bisa dimulai dengan dialog, diskusi, saling memaafkan dan berdamai. Strategi penyelesaian konflik itu amat diperlukan.

Namun ingat, jangan pernah lari dari masalah. Jika kita lari dari masalah dan konflik, maka tidak akan ada yang didapat kecuali kerugian demi kerugian. “Dan janganlah kamu berbalik ke belakang nanti kamu menjadi orang yang rugi.”

Lalu sampailah kita pada pertanyaan terakhir. Manusia diciptakan dalam keadaan lemah, lalu kenapa mereka masih harus berusaha menghadapi konflik dan bermacam kesulitan? Apa hikmah dibalik semua itu?

Temukan jawabannya di Hikmah Dibalik Konflik.