Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Sayyidah Zainab as, Srikandi Keadilan

1 Pendapat 05.0 / 5

Hari ini tepat tanggal 15 Rajab, kita memperingati

wafatnya Sayidah Zainab al-Kubra binti Ali bin Abi

Thalib as. Beliau adalah wanita agung yang memainkan

peran besar dalam perjalanan sejarah Islam saat

membela keadilan, kebenaran dan ajaran Allah dengan

penuh kesabaran. Ketabahannya menghadapi berbagai

musibah dan bencana sangat mengagumkan. Nama

Zainab selalu disebut kala kisah Karbala diungkap.

Beliaulah yang memikul misi melanjutkan perjuangan

Imam Husein dalam membela kebenaran dan agama

Allah. Perjuangan Zainab sarat dengan derita dan

musibah. Tak salah jika beliau menjadi simbol

ketegaran dalam perjuangan.
Saat terjadinya peristiwa pembantaian keluarga Nabi

di padang Karbala dan rangkaian peristiwa yang

terjadi setelahnya, Zainab as menunjukkan perilaku

yang bersumber dari keimanan dan makrifat yang

dalam. Semua yang dilakukannya dalam membela

kebenaran adalah demi mengharap ridha Allah Swt

dan karena kecintaannya kepada Sang Maha Esa.

Demi menjalankan perintah Allah, beliau rela

meninggalkan kehidupannya yang nyaman di Madinah

untuk pergi mengikuti saudaranya dalam sebuah safari

penuh duka.
Zainab menyertai Imam Husein dalam sebuah gerakan

kebangkitan besar untuk menghidupkan ajaran Nabi

yang sudah disimpangkan dan menegakkan amar

makruf dan nahi munkar. Imam Husein juga menyebut

kebangkitannya ini dimaksudkan untuk memperbaiki

kondisi umat Islam. Sebab, di masa itu dasar-dasar

pemikiran Islam terancam diselewengkan oleh

penguasa bani Umayah yang berkuasa atas nama

agama padahal mereka tidak patuh melaksanakan

perintah agama. Bisa dikata, gerakan Imam Husein

ibarat percikan api yang menggugah kesadaran umat

dan menggelora setelah Zainab al-Kubra dan Imam

Sajjad as mengungkap kebobrokan bani Umayah dan

menyadarkan umat akan ajaran Nabi yang benar.
Pidato-pidato yang disampaikan Zainab as setelah

peristiwa Karbala memiliki kesamaan dalam satu hal,

yaitu penekanannya pada logika dan rasionalitas.

Dengan itu, beliau menjelaskan kepada masyarakat

umum akan tujuan dari kebangkitan Imam Husein as

dengan disertai argumentasi yang kokoh. Di Kufah

maupun di istana Yazid di Damaskus, putri Ali ini

menjelaskan apa yang terjadi di tengah masyarakat

Islam saat itu dengan ungkapan yang indah dan tegas.

Beliau menggugah akal umat untuk menghakimi sendiri

apa yang terjadi. Zainab as meyakini bahwa Imam

Husein bukan milik kelompok, daerah atau waktu

tertentu. Husein as adalah gerakan sejarah. Untuk

itu, beliau dalam banyak kesempatan menerangkan

misi kebangkitan saudara dan imamnya itu untuk

menggugah umat dan mereka yang tertindas agar

bangkit melawan kezaliman.
Sekitar 14 abad sudah berlalu dari tragedi Karbala.

Namun sampai saat ini, peristiwa agung itu tetap

mengilhami kebangkitan kaum tertindas dan para

pejuang kebenaran. Tak syak bahwa kebangkitan

Islam yang kita saksikan saat ini di berbagai belahan

dunia Islam terinspirasi oleh gerakan Imam Husein as

di Karbala.
Keistimewaan lain dari gerakan pencerahan Zainab as

adalah ketepatan dalam mengenal waktu dan

kesempatan. Beliau mengenal dengan baik seluruh

dimensi peristiwa Karbala dan rangkaian peristiwa

setelahnya. Di saat banyak tokoh zaman itu yang

meski dikenal dengan kedalaman ilmu dan keberanian

meragukan misi gerakan Imam Husein sehingga

membuat mereka enggan terlibat dan membantu

beliau, Zainab justeru membulatkan tekad untuk

menyertai saudaranya dalam perjuangan ini. Zainab

tahu bahaya dan kesulitan yang ada. Namun semua itu

tak membuat tekadnya mengendur untuk tetap

mendampingi al-Husein as.
Zainab al-Kubra dikenal dengan kefasihan lisan dan

ketinggian makrifatnya. Dengan bekal kefasihan dan

makrifat itulah beliau memberikan pencerahan kepada

umat. Tema-tema yang dibicarakannya dalam

berbagai kesempatan di Kufah dan di Syam adalah

soal nilai-nilai agama yang sudah dilupakan atau mulai

dicampakkan oleh kaum Muslimin. Beliau mencela umat

yang bungkam menyaksikan kejahatan Bani Umayah.

Dengan kepiawaiannya dalam berpidato, Zainab

mencegah pemutarbalikan fakta yang dilakukan oleh

penguasa Syam dan kaki tangannya.
Kisah masuknya rombongan tawanan Karbala yang

terdiri dari keluarga suci Nabi yang rata-rata

perempuan dan anak kecil dalam kondisi kaki dan

tangan terbelenggu ke kota Kufah merupakan pentas

kesedihan tersendiri. Beberapa tahun sebelumnya,

kota itu adalah markas para pencinta Ahlul Bait. Di

sanalah Zainab al-Kubra menangkis konspirasi

Ubaidillah bin Ziyad yang berusaha mengesankan

keluarga Nabi sebagai kelompok pemberontak yang

memecahbelah persatuan umat. Dengan kesabaran

yang tiada tara, Zainab menjelaskan kepada umat

akan apa sebenarnya yang terjadi dan misi apa yang

diperjuangkan oleh Imam Husein as. Kesabaran putri

Ali itu adalah bagian dari perjuangan dan aksinya

dalam melawan penguasa yang zalim.
Dalam khotbahnya, Zainab menerangkan kedekatan

hubungannya dengan Nabi Saw dengan menyebut

beliau dengan sebutan ayah. Dengan cara ini, Zainab

menggugah kesadaran umat akan siapa sebenarnya

tawanan Karbala ini yang tak lain adalah anak cucu

Nabi Saw. Beliau lantas menyinggung pengkhianatan

warga Kufah. Dengan kata-kata yang indah memukau

dan tajam, Zainab menjelaskan kejahatan besar apa

yang telah dilakukan warga Kufah terhadap keluarga

Nabi. Dalam salah satu penggalan khotbahnya yang

menjelaskan pedihnya tragedi Karbala, Zainab

berkata, "Hampir saja langit terbuka, bumi terbelah

dan gunung berhamburan. Bukan hal yang

mengherankan jika langit menurunkan tetesan-tetesan

darah karena kepedihan duka ini."
Hal lain yang dilakukan Zainab dalam mengenalkan

misi pengorbanan Imam Husein adalah dengan

menggelar acara berkabung saat berada di Syam,

pusat kekuasaan Bani Umayah. Acara berkabung itu

menimbulkan kesan yang sangat dalam sehingga

mereka yang menyaksikan atau mendengarnya

terbakar kesedihan yang berujung pada gejolak umum

untuk menyerang Yazid bin Muawiyah. Untuk

menunjukkan kesedihan yang dalam, Zainab

memerintahkan untuk memasang kain hitam supaya

masyarakat mengetahui bahwa putra-putri Fathimah

sedang berkabung.
Bagi pihak musuh, apa yang dilakukan srikandi Karbala

ini terkesan kecil dan remeh. Namun tanpa mereka

sadari, kesan yang ditimbulkannya sangat besar dan

berhasil melahirkan gelombang penentangan terhadap

kekuasaan Bani Umayah. Zainab hanya bertahan hidup

setahun setelah peristiwa Karbala. Namun dalam masa

yang singkat itu, setiap kesempatan selalu beliau

manfaatkan untuk menerangkan misi kebangkitan

Imam Husein yang berujung pada kesyahidan beliau di

Karbala. Sosok Zainab menjadi teladan sepanjang

sejarah untuk rasionalitas, ketegaran, keberanian,

semangat, ketegasan dan kebesaran jiwa.
Dengan mengucapkan bela sungkawa atas peringatan

wafatnya wanita suci cucu tercinta Nabi ini, sangat

tepat bila kita menyimak bersama penggalan dari

kata-kata Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah

al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengenai Zainab al-

Kubra as. Beliau mengatakan, "Zainab adalah sosok

wanita Muslimah teladan dalam bentuknya yang

sempurna. Artinya, ini adalah teladan yang

diperkenalkan Islam kepada semua orang dalam

mendidik perempuan. Zainab memiliki kepribadian

multi dimensi. Beliau adalah sosok yang pandai,

berpengalaman, memiliki makrifat yang tinggi dan

manusia yang menonjol. Siapa saja yang berhadapan

dengannya akan tertunduk menyaksikan keagungan ilmu

dan jiwanya... Zainab mengkombinasikan antara emosi

dan afeksi dengan keagungan dan kekokohan hati

seorang insan yang mukmin... Keberserahandirinya

kepada rahmat Ilahi yang memberinya keagungan

telah membuat segala derita dan musibah besar

nampak kecil dan kerdil di matanya. Musibah besar

seperti yang terjadi di hari Asyura tak mampu

melumpuhkan Zainab.