Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Syiah di bawah naungan Imam Musa Al-Kazhim as

2 Pendapat 05.0 / 5

Terdapat persamaan antara kondisi masa Imam Musa Al­-Kazhim as dengan kondisi kehidupan Imam Al-Husain as.

Ar-Rasyid menjadi gimbal penyimpangan dan kerusakan dalam Pemerintahan Abbasiah. Hal itu tampak dalam kehid­upan Ar-Rasyid yang penuh dengan kemewahan dan keborosan serta istana-istana yang megah di sekitar tepian Sungai Dajlah.

Demikianlah Ar-Rasyid hidup dengan kemewahan dan segala kenikmatan yang diharamkan, di samping tindakannya yang zalim dan penuh dengan lumuran darah.

Di sisi lain, Imam Musa Al-Kazhim as memulai keimam­annya dalam situasi yang sangat sulit. Sebelumnya Ar-Rasyid telah mengeluarkan keputusan untuk membunuh imam yang menggantikan kedudukan Imam Ja’far Ash-Shadiq as.

Oleh karena itu, urusan keimaman ini tersembunyi selama beberapa waktu. Kemudian para pengikut Ahlul Bait as mulai berkumpul di sekeliling Imam Musa Al-Kazhim as dengan cara sembunyi-sembunyi karena khawatir terhadap kekejaman penguasa.

Imam Musa Al-Kazhim as tetap melaksanakan tanggung jawabnya meskipun dalam situasi yang sangat sulit tersebut, di antaranya:

Pertama, aktivitas pendidikan dan ilmiah. Imam Musa Al­-Kazhim as meneruskan kegiatan ayahnya, Imam Ja’far Ash-Shadiq as, meskipun situasinya tidak mendukung dan iklim politik yang mencekik. Bahkan, kita mendapatkan bahwa sebagian kerabat Imam Ja’far Ash-Shadiq as tidak mengetahui siapa penggantinya. Imam Ash-Shadiq as sengaja merahasiakan urusan ini karena khawatir akibat buruk yang dilakukan oleh penguasa Abbasiah.

Akan tetapi, hal ini tidak berlangsung lama karena ketenaran Imam Musa Al-Kazhim as segera menyebar kemana-mana. Para pencari ilmu berdatangan ke rumah beliau dan menden­garkan wejangannya. Para perawi hadis pun mencatat setiap fatwa Imam Musa Al-Kazhim as, bahkan setiap perkataan yang diucapkan olehnya karena beliau adalah sumber ilmu, makrifat, dan hakikat.

Kedua, menentang pemerintahan yang zalim dan posisinya yang tegas dalam mengecam kekuasaan pemerintahan saat itu serta pernyataannya yang gamblang bahwasanya dia adalah pemimpin Dunia Islam. Oleh karena itu, dia mencurahkan segala tenaga untuk memboikot pemerintahan. Bahkan, Imam Musa Al-Kazhim setelah melarang Shafwan Al-Jammal untuk memberikan pelayanan kepada Ar-Rasyid, termasuk larangan menyewakan untanya kepada Ar-Rasyid sekalipun dalam musim haji.

Imam Musa Al-Kazhim as lebih mendahulukan untuk dilempar dari tempat yang tinggi sehingga tubuhnya terpotong-­potong daripada mengadakan kerja sama dengan pemerintahan saat itu.

Meskipun demikian, Imam Musa Al-Kazhim as tidak mencegah sebagian gimbal pemerintahan dengan syarat pengur­angan tekanan terhadap kaum Mukmin dan memberikan bantuan kepada saudara-saudara mereka serta mengurangi penyimpangan kekuasaan.

Dan dalam dialognya dengan Ar-Rasyid seputar pengem­balian tanah Fadak, Imam Musa AI-Kazhim as menyatakan bahwa batasan tanah Fadak yang sebenamya telah keluar dari desa yang kecil itu di Hijaz yang mencakup seluruh Dunia Islam dalam perbatasannya yang resmi.

Pemyataan Imam Musa Al-Kazhim as ini telah mengagetkan Harun Ar-Rasyid dan dia pun segera menyusun rencana untuk melenyapkan Imam Musa Al-Kazhim as dengan berbagai cara.

Ketiga, mengawasi berbagai gerakan kaum Alawiyyin dan memberikan pengarahan kepada mereka.

Ini yang kita lihat jelas dalam pemberontakan yang dilak­ukan oleh Al-Husain bin Ali Al-Kubra yang gugur sebagai syahid di “Fukh” nama daerah yang terletak di antara Makkah Al-Mukarramah dan Al-Madinah Al-Munawwarah.

Imam Musa Al-Kazhim as telah memuji Al-Husain Asy-­Syahid di hadapan orang banyak dan menyifatkannya sebagai seorang Mukmin yang saleh’, yang berpuasa di siang hari dan bertahajud di malam hari.

Musa Al-Hadi, khalifah Abbasi, yang telah berhasil mengha­ncurkan pemberotakan Al-Husain itu dan menjatuhkan hukuman mati kepada seluruh anggota keluarganya di Baghdad dengan cara yang sangat kejam telah menyatakan secara terus terang, “Sesungguhnya Al-Husain tidaklah mengadakan pemberotakan kecuali dengan perintahnya (Imam Musa Al-Kazhim as).”! Yakni, dengan pengarahan dari Imam Musa Al-Kazhim as.

Imam Musa Al-Kazhim as menghabiskan sisa umurnya di beberapa penjara antara Bashrah dan Baghdad hingga menjumpai Tuhannya sebagai syahid setelah puluhan persekongkolan yang dirancang sendiri oleh Ar-Rasyid secara pribadi. Hal ini menunjukkan pengaruh Imam Musa AI-Kazhim as dalam kehidupan umat Islam.