Syiah di bawah naungan Imam Mahdi aj

Intimidasi dan teror penguasa Abbasiah yang ditujukan kepada para imam Ahlul Bait as terns mengalami peningkatan, sebaliknya para imam Ahlul Bait as tetap teguh dan melakukan perlawanan sesuai dengan situasi dan kondisi yang memun­gkinkan.

Oleh karena itu, kita melihat bahwa kehidupan mereka selalu berakhir dengan pembunuhan, baik dengan pedang maupun dengan racun, di medan perang maupun di kegelapan penjara yang jauh dan kota dan negeri mereka.

Yang membisiki para penguasa Abbasiah untuk membunuh para imam Ahlul Bait as itu adalah kemunculan Al-Mahdi yang telah dijanjikan kemunculannya, yang telah dikabarkan oleh Rasulullah saw bahwasanya dia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi itu telah dipenuhi dengan kezaliman.

Meskipun langkah-langkah teror dan kekejaman telah diambil oleh para penguasa Abbasiah itu, Allah Swt telah menakdirkan, sebagaimana kehendak-Nya selalu terjadi, kelah­iran bayi yang telah dijanjikan itu pada pagi hari Jumat 15 Sya’ban yang agung tahun 255 H.

Tanggung jawab yang dipikul oleh Imam Al-Hasan Al­-Askari as terhadap bayi yang ditunggu-tunggu ini sangat berat dan sulit. Pada satu sisi, dia harus membuktikan keberadaannya kepada umat, sedangkan di sisi lain dia harus menjaga keselamatan anak ini.

Imam Al-Hasan Al-Askari as telah melaksanakan tanggun­g jawabnya itu dalam bentuk yang paling baik sehingga tidak ada lagi keraguan seputar Al-Mahdi ini, yaitu setelah bany­aknya kesaksian dari tokoh-tokoh yang terdekat kepada Imam Al-Hasan Al-Askari as dan orang-orang yang dipercaya oleh masyarakat luas.

Dan ketika Ja’far, yang dikenal sebagai pendusta, berupaya mengaku sebagai imam dengan mengumumkan bahwa dialah yang mewarisi saudaranya, Imam Al-Hasan Al-Askari as, dan berusaha mengukuhkan hal itu dengan menshalatkan jenazah Imam Al-Hasan Al-Askari as, tiba-tiba dia dikejutkan dengan munculnya anak kecil itu (Al-Mahdi) yang menghalanginya.

Maka, semua orang, termasuk penguasa, menyadari kebera­daan Imam Al-Mahdi yang kemudian segera menyembunyikan diri setelah selesai menunaikan tugasnya (kewajibannya) dalam membuktikan keberadaannya di hadapan orang banyak.

Kegaiban Imam Al-Mahdi ini dibagi dalam dua bagian, yaitu:

Pertama, kegaiban kecil (al-ghaibatush shughro). Ini dim­ulai dari 260. H sampai 329 H.

Dalam masa kegaiban kecil ini, Imam Al-Mahdi berhub­ungan dengan para dutanya yang bertugas secara berurutan selama masa itu. Mereka adalah: Utsman bin Sa’id Al-Amri, Muhammad bin Utsman Al-Amri, Al-Husain bin Ruh An-­Naubukhti, dan terakhir Ali bin Muhammad As-samiri yang telah diberi tahu (oleh Imam Al-Mahdi) bahwa dia adalah duta terakhir yang ditugaskan dengan kewafatannya, dan setelah itu mulailah kegaiban besar (al-ghaibatul kubro) yang tidak ada yang mengetahui sampai kapan kegaiban ini kecuali Allah Azza wa Jalla.

Kedua, kegaiban besar (al-ghaibatul kubro). Ini dimulai dari tahun 329 H sampai sekarang ini. Keberadaan Imam Al-Mahdi dalam kegaiban besar ini laksana keberadaan matahari di balik awan yang memberi cahaya kepada bumi, kehangatan, dan kehidupan meskipun ia tersembunyi di balik awan.

Sesungguhnya eksistensi AI-Mahdi adalah suatu keharusan sebagai harapan bagi orang-orang yang tertindas. Ini adalah suatu keharusan karena Al-Mahdi merupakan cermin yang memantulkan curahan ralunat Allah Swt.

Adapun mengapa sampai sekarang Imam Al-Mahdi as belum muncul-muncul juga, itu karena kita belum mempersiapkan kondisi yang sesuai bagi kemunculannya. Maka, sebagaimana kita menunggu kemunculannya, Al-Mahdi pun menunggu kita.

Kita menunggu kemunculan Imam Al-Mahdi sebagai penyelamat dan pemimpin yang akan menegakkan keadilan di dunia ini, maka dia pun menunggu ketetapan hati kita dan keinginan yang ikhlas dalam jalan penyelamatan ini.

Banyak sekali orang yang telah berjumpa dengan Imam Al-­Mahdi sepanjang sejarah yang panjang ini, dan kesaksian mereka ini telah dicatat oleh mereka sendiri, atau orang lain yang mencatatnya dari mereka. Kesaksian-kesaksian itu merupakan bukti yang jelas akan keberadaan Imam Al-Mahdi, yang kemunculan beliau telah ditunggu oleh orang-orang yang tertindas. Imam AI-Mahdi akan menjalankan pemerintahannya sesuai keadilan Tuhan.

“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu untuk berdirinya negara yang mulia, yang memuliakan Islam dan pemeluknya serta menghinakan kemunafikan dan ahlinya. Dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang menyerukan ketaatan kepada-Mu dan memimpin dijalan-Mu.” Amin.