Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bersiap-siaplah Untuk Safar

1 Pendapat 05.0 / 5

Imam Hasan mendekati ajalnya. Semua mengetahui bahwa mereka akan kehilangan wujud beliau yang penuh berkah. Pada saat itu salah satu sahabat Imam ingin memanfaatkan keberadaan beliau yang terakhir kalinya. Ia mendatangi Imam Hasan dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah! Nasihatilah saya sehingga saya punya peninggalan dari Anda.”


Imam Hasan as berkata, “Siapkan dirimu untuk safar akhirat. Kumpulkan bekal dari dunia ini sebelum datang kematianmu. Kematian sedang mencarimu sebagaimana engkau sedang mencari dunia.  Jalanilah hari ini. Jangan rakus untuk mendapatkan apa yang sudah ditetapkan untuk hari esokmu. [maksud beliau adalah untuk mendapatkan rezeki, harus berusaha. Namun rakus dan tamak secara berlebihan tidak bagus. Karena Allah akan memberikan rezeki hamba-hamba-Nya tidak kurang dan tidak lebih] Dan ketahuilah bahwa bila engkau berpikir untuk menumpuk-numpuk harta kekayaan lebih dari apa yang diberikan oleh Allah kepadamu, maka engkau hanya sebagai bendahara saja bagi orang lain. [yakni orang yang rakus dalam mengumpulkan harta kekayaan dengan tujuan mengumpulkan harta lebih dari rezeki yang ditetapkan untuknya, maka kelebihan harta itu akan jatuh di tangan anak-anaknya dan tidak ada faedah baginya sama sekali].


Bila engkau mendapatkan harta kekayaan dari jalan yang halal, maka pada Hari Kiamat akan diperhitungkan. Bila engkau dapatkan dari jalan yang haram, maka engkau akan disiksa karenanya dan harta yang engkau dapatkan dari jalan yang tidak jelas, maka ia akan menjadi belenggu bagimu dan karenanya engkau akan disalahkan. Dengan demikian, senangilah harta kekayaan sesuai dengan kebutuhanmu, bila engkau melakukannya. Bila harta kekayaan itu halal dan engkau tidak mempedulikannya, maka engkau tidak merugi. Bila harta kekayaan itu haram [dan engkau tidak mempedulikannya], maka engkau telah menjauhi dosa.


Hiduplah sedemikian rupa seakan-akan engkau hidup selamanya. Terkait urusan akhirat, amalkan sedemikian rupa seakan-akan besok engkau akan meninggal dunia. [yakni seseorang harus senantiasa berharap dan berusaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dari sisi lain, jangan lupa bahwa akhirnya juga harus mati dan di sana akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya].


Bila engkau ingin jangan sampai hina di mata orang lain, maka jangan pernah berbohong. Kokohkan dan kuatkan dirimu dengan menaati perintah Allah.
Bergaullah dengan orang-orang di tengah-tengah masyarakat yang membuatmu bangga dan ketika engkau mengalami kesusahan, dia akan menjadi penolong dan pendampingmu  dalam kesusahan. Bila engkau berbuat salah, maka dia akan memaafkanmu. Dia tidak akan melupakan kebaikanmu. Dia tidak akan pelit saat engkau membutuhkan sesuatu padanya. Dia akan mendekatimu, bila ada masalah di antara kalian. Dia tidak akan merugikanmu. Tidak menyusahkanmu dan menganggapmu sebagai kerabat.


Syarat Persabahatan
Seorang asing datang kepada Imam Hasan as dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah! Saya adalah penggemar akhlak dan perilaku Anda yang indah dan ikhlas. Saya ingin berada di sisi Anda dan bangga menjadi sahabat Anda.”
Imam Hasan as berkata, “Dari sejak saat ini aku dan engkau akan menjadi teman yang baik dengan syarat; jangan memujiku tanpa alasan. Karena aku lebih mengenal diriku sendiri. Jangan engkau menganggapku sebagai pembohong. Karena tukang bohong tidak layak untuk dijadikan teman. Jangan menggunjing seseorang di sisiku. Karena menggunjing adalah sebuah kezaliman yang besar dan tidak dimaafkan...”


Kaidah Persahabatan
Beberapa orang  dari sahabat Imam Hasan bekerjasama dalam hal perkebunan. Mereka menjalani kehidupannya dari hasil menjual buah-buahan yang dihasilkan. Dalam beberapa waktu mereka mengalami kesulitan finansial dan benar-benar memerlukan uang. Mereka memutuskan untuk menjual kebun itu untuk menutupi kebutuhannya. Imam Hasan as tahu bahwa harga kebun tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka semua. Karena saham mereka tidak seberapa. Imam Hasan membeli kebun mereka seharga empat ratus ribu dirham.


Beberapa waktu kemudian, para pemilik kebih ini bertambah miskin karena tidak punya penghasilan. Imam Hasan melihat kondisi mereka demikian, beliau memberikan kebun itu kepada mereka.


Tawadhu Ini Untuk Apa?!
Seorang lelaki datang menemui Imam Hasan as dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah! Anda di kalangan para pecinta keluarga Rasulullah termasuk orangyang tawadhu. Tawadhu ini untuk apa? Padahal kedudukan Anda di tengah-tengah masyarakat sangat tinggi dan Anda sebagai pemimpin mereka?


Imam Hasan as berkata, “Orang yang tawadhu, adalah orang yang mengenal hak masyarakat dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka. Barang siapa yang bersikap tawadhu di dunia ini, maka di dunia sana [akhirat] maka di sisi Allah sebagai orang yang jujur dan benar perilakunya dan termasuk sebagai pengikut Ali bin Abi Thalib. Para pengikut Ali as juga semuanya akan dibangkitkan bersamanya.


Pertanyaan Yang Baik; Setengah Dari Pengetahuan
Imam Hasan as senantiasa berpesan kepada anak-anaknya, “Carilah ilmu. Karena kalian tidak selalu menjadi anak-anak tapi menjadi besar. Untuk hidup lebih baik, memerlukan ilmu. Ajarkan ilmu kalian pada orang lain dan belajarlah ilmu dari mereka. Dengan demikian kalian sedang menjaga ilmu kalian dan menambahkan ilmu orang lain pada ilmu kalian. Ketahuilah bahwa pertanyaan yang baik adalah setengah dari pengetahuan dan bertanya adalah seni...”


Sifat-Sifat Buruk
Salah satu sahabat Imam Hasan bertanya kepada beliau, “Wahai Putra Rasulullah! Apakah sifat terburuk manusia?”
Imam menjawab, “Tiga hal yang mencelakakan manusia; takabbur, rakus dan hasud.”


Kemudian beliau melanjutkan penjelasannya, “Takkabur menyebabkan rusaknya agama. Karena sifat inilah setan diusir oleh Allah [menolak perintah Allah untuk bersujud di hadapan manusia]. Rakus adalah musuh jiwa manusia. Karena inilah Adam diusir dari surga karena melanggar perintah Allah. Hasud bisa menyeret manusia pada perbuatan buruk. Karena inilah Qabil membunuh saudaranya; Habil.