Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bertindak yang Benar pada Orang-orang Jahil

1 Pendapat 05.0 / 5

“…dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (Qs. An Nahl: 125)
Kita heran dengan sikap sekelompok orang [yang herannya sama persis, seperti habis keluar dari pabrik yang sama] yang ketika diberikan bantahan dengan cara yang baik dan santun atas tuduhan-tuduhan tidak berdasar yang mereka gencarkan [itupun mereka sampaikan dengan berargumen dengan cara-cara yang kotor], mereka akan berkata, “Akh, jangan sok santun, jangan lebay, ketahuan kok, kau hanya mau menipu. Pura-pura baik itu karena minoritas, tapi kalau mayoritas, malah berbahaya.”


Tapi ketika tudingannya yang kadang irrasional tersebut ditanggapi dengan umpatan, caci maki dan olok-olok, mereka malah makin keranjingan, karena meyakininya, dihina dan dilecehkan itu resiko dari menyampaikan kebenaran. Padahal tidak semua orang yang dihina itu menunjukkan bahwa dia benar, sebab mereka yang melakukan hal-hal yang hina, juga memang sering dihina.Membalas tudingan dan penghinaan, juga dengan cara-cara yang kasar dan ungkapan-ungkapan yang melecehkan tidak dibenarkan. Bahkan membuat mereka makin menjadi-jadi.
So, bagaimana menyikapinya? Setidaknya ada empat hal yang mesti kita lakukan, sebagaimana petunjuk Al-Qur’an.


Pertama, berdoa.Dilecehkan ketika menyampaikan dakwah, juga pernah dialami oleh para Anbiyah As, dan itu telah menjadi sunnatullah bagi penerus dakwah Anbiyah As, untuk juga mengalami hal yang sama. Nabi Musa As ketika dilecehkan ummatnya, beliau berdoa, “”Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. [Qs. Al-Baqarah: 67]


Kedua, meyakini bahwa usaha untuk membuat semua orang harus sependapat dengan kita, adalah usaha yang sia-sia, bahkan dalam terminologi Al-Qur’an, berkeinginan keras agar semua orang dalam petunjuk yang dengan itu memaksa diri atau memaksa orang lain adalah termasuk keinginan jahiliyah. “Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.” [Qs. Al An’am: 35]Jadi tetaplah menjaga kesehatan akal dan berlaku rasional, bahwa kewajiban kita hanyalah menyampaikan, jika mereka tidak mau menerima, maka biarkan saja, sebab pada dasarnya ia siap menerima konsekwensi apapun yang terjadi setelah itu.


Ketiga, tetap mengucapkan kalimat yang mengandung keselamatan dan perdamaian.Salah satu akhlak Nabi Muhammad Saw adalah tetap berlaku baik hatta termasuk kepada orang yang menghina dan melecehkannya. Jadi jangan membalas perkataan buruk orang lain, dengan ungkapan buruk juga, sebab itu menunjukkan, tidak bedanya kita dengan mereka. Justru untuk menunjukkan bahwa kita makhluk mulia, maka hanya pemuliaan yang semestinya kita lakukan. Hargailah orang lain, bukan karena dia siapa, tapi karena kau siapa.
Allah Swt berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. [Qs. Al- Furqan: 63]


Keempat, langkah selanjutnya adalah meninggalkan. Kita jangan membuang-buang waktu untuk hal yang tidak bermanfaat. Jika kita sudah menyampaikan pendapat kita, namun dilecehkan dan tidak dibantah dengan cara yang argumentatif, maka berhentilah, jangan layani nafsu berdebatnya.
Seorang muslim, hanya ada dua pilihan baginya, berkata benar, atau diam. Diam terkadang jauh lebih baik daripada menjelaskan, karena akan menyakitkan, bila mereka bisa mendengarkan tapi tidak mau mengerti.Satu hal yang perlu kita yakini, kita tidak diminta pertanggungjawaban atas keyakinan dan amalan orang lain, kita hanya dimintai pertanggungjawaban mengenai metode dan cara kita menyampaikan pendapat kita pada orang lain.
Al-Qur’an menasehatkan, “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” [Qs. Al Qashash: 55]


So, inilah langkah Qur’ani yang semestinya kita tempuh. Kita bisa menambahkan dengan mendoakan yang bersangkutan agar bisa dibukakan hati dan pikirannya, agar mau menerima keberadaan pendapat yang berbeda.
Kalau ada yang mengencingi dinding masjid, maka biarkanlah sampai ia menyelesaikan hajatnya baru