Mungkinkah Nabi Muhammad saw Pernah Bersalah?

Sebagian orang meyakini bahwa Rasulullah saw pernah melakukan kesalahan. Mereka berpendapat bahwa beliau maksum (terjaga dari salah dan dosa) hanya ketika diutus sebagai nabi, sebelum itu beliau dikatakan “tidak terjaga” dan bisa saja melakukan kesalahan. Bahkan sebagian lagi berpendapat bahwa Nabi Muhammad itu tidak beriman sebelum menjadi nabi.
Untuk mencari jawaban dari pernyataan ini, marilah kita renungkan sejenak ayat-ayat berikut ini….
Sejak Nabi Musa as lahir, Allah telah Merencanakan skenario yang begitu indah untuk menyelamatkan nabi-Nya dari keganasan Fir’aun. Dia Memerintahkan ibu Musa untuk menghanyutkannya di sungai hingga diselamatkan oleh istri Fir’aun sendiri.Hingga dewasa pun, Fir’aun tidak pernah mampu menggagalkan dakwah Nabi Musa kepada umatnya.
Semua ini dapat terjadi karena Musa berada langsung dibawah pengawasan dan penjagaan Allah swt. Seperti dalam Firman-Nya,
وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي
“Dan agar engkau (Musa) diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS.Thaha:39)
 
Sekarang kita mulai akan menyimpulkan bahwa ternyata Nabi Musa as telah berada dalam “penjagaan” dan “pengawasan” Allah sejak masih bayi. Sementara kita tau bahwa Nabi termulia dari deretan para Nabi adalah Nabi Muhammad saw.
Mungkinkah Nabi Musa berada dalam pengawasan Allah sejak bayi sementara Nabi Muhammad baru memdapatkannya setelah menjadi Nabi?
Mungkinkah Nabi Musa “dijaga” oleh Allah sejak awal kelahirannya sementara Nabi Muhammad baru mendapat penjagaan setelah diutus sebagai Rasul?
Sungguh hal yang mustahil… Karena Allah pun menggunakan kata yang sama seperti yang digunakan kepada Nabi Musa, yaitu dengan kata عَلَى عَيْنِي (dibawah “Penglihatan” atau “Pengawasan”-Ku) seperti dalam Firman-Nya,
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا
“Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu Ketetapan Tuhan-mu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami.” (QS.At-Thur:48)
 
Jika Nabi Musa dibawah pengawasan Allah sejak bayi, maka Nabi Muhammad pasti mendapat kemuliaan yang lebih agung dari Musa. Beliau telah terjaga dari segala kesalahan, bahkan ketika masih kanak-kanak dan belum diutus sebagai Nabi.
Bagaimana Nabi Muhammad akan melakukan kesalahan sementara beliau adalah Makhluk termulia dan Ciptaan paling sempurna yang telah mendapat stempel dari Allah sebagai Uswatun Hasanah, contoh bagi seluruh umat manusia.
“Allah telah mendidikku dan itulah sebaik-baik didikan” (Rasulullah saw)
Dalam berbagai Firman-Nya, Allah selalu Mengagungkan Nabi Muhammad saw. Lalu mengapa kita pelit untuk mengagungkan seorang yang telah Diagungkan oleh Allah dengan kemuliaan yang tak terhingga?