Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ilmu dan Pemahaman Agama

1 Pendapat 05.0 / 5

Syeikh Muhsin Qiraati bercerita:
” Suatu hari saya berkunjung ke rumah seorang kakek renta yang telah mengorbankan ketiga anaknya untuk Syahid dijalan Allah swt (Perang 8 th Irak-Iran)
Setelah berbincang-bincang panjang lebar, saya meminta izin untuk berwudhu dan menanyakan kamar mandi untuk berwudhu.
“Maaf tuan, tempat berwudhu disebelah mana yah? ”
Kakek Syahid itu menjawab:
“Anda turun ke ruangan bawah tanah dua tingkat, disana tempat wudhu berada.”
Akhirnya saya turun kebawah dan berwudhu, lalu tiba-tiba kakek itu dengan wajah keletihan membawa handuk untuk saya dan berkata, “Silahkan keringkan wajah dan tangan anda dengan handuk ini.” ujar kakek renta itu.
Saya menjawab:
“Maaf, kita memiliki riwayat ketika berwudhu dan membiarkan anggota wudhu basah, maka pahalanya 30 kali lipat kakek.”
Kakek tiga anak syahid itu berkata:
“Owh..begitu…ada tidak riwayat yang mengatakan bahwa seorang kakek renta dengan susah payah turun membawa handuk ke lantai bawah tanah menuruni tangga untuk berkhidmat kepada tamunya? “
Kemudian saya terkejut dan cepat-cepat mengambil handuk tersebut dan berkata,
” Maaf kakek, Saya memiliki banyak Ilmu agama, namun pemahaman agama, saya tidak punya.”
(Sumber: Khaterat Agha Muhsin Qiraati)
Berapa banyak Alim ulama berkata tentang agama paling terdepan, namun tidak memahami hakikat beragama.
Berapa banyak ulama yang ilmunya hanya ada dalam tataran teoritis, namun nihil dalam tataran praktis.
Ulama yang hanya pintar ber-orasi, menjajakan nilai-nilai akhlak, menangis tersedu-sedu dihadapan “Mic” dan berkoar berjihad, namun ketika syahadah didepan mata, enggan turun dari pesawat adalah fenomena ulama zaman sekarang yang “memiliki Ilmu agama namun nihil pemahaman beragama.”
Jika barometer ulama adalah kepintaran, maka Iblis lebih pintar dari siapapun.
Jika ulama baru bisa membuktikan keberadaan tuhan, maka Iblis tidak hanya membuktikan keberadaan tuhan, melainkan mendebat tuhan.
Ulama tidak hanya pintar dan cerdas, melainkan berakhlak luhur dan mampu membawa masyarakat menuju cahaya ilahi.
Disegani kaum kaya karena akhlak dan ilmunya.
Dicintai faqir miskin karena kesederhanaan dan ketawadhuannya.
Rasulullah saww bersabda:
Jika ulama telah rusak, maka alam pun (tatanan sosial ) ikut rusak.