Betapa Lelaki Ini Punya Semangat

Seorang lelaki beberapa saat memperhatikan Imam Hasan as. Imam Hasan sedang menunggang kuda muda dan bagus.  Dengan penuh kasih sayang dan senyuman manis, beliau menjawab salam anak-anak yang sedang sibuk bermain dan beramah tamah dengan mereka.
Lelaki itu bergumam, “Sungguh ajaib! Betapa lelaki ini punya semangat dan kewibawaan! Dengan semua masalah dan kesibukannya, dia tidak sampai lupa tersenyum pada anak-anak. Oh iya! Dia juga punya kuda yang begitu bagus. Para pria Arab berharap punya kuda semacam ini!
“Salamun Alaikum”
Lelaki itu terkejut. Imam terlebih dahulu mengucapkan salam. Lelaki itu salah tingkah dan berkata, “Salam dan kesejahteraan Allah untukmu, Wahai Putra Rasulullah!
Lelaki itu tercengang melihat kuda. Imam Hasan merasa bahwa lelaki ini benar-benar tertarik pada kudanya. Namun beliau bersabar sampai lelaki ini berbicara. Sebentar kemudian lelaki itu berkata kepada Imam Hasan, “Tuan! Betapa bagus kuda Anda! Selama ini saya tidak pernah melihat kuda sebagus ini.”
Imam Hasan as berkata, “Baru aku beli kuda ini.”
Pada saat itu beliau turun dari kudanya dan memberikan tali kendalinya kepada lelaki itu seraya berkata, “Kuda ini mulai saat ini adalah milikmu.”
Lelaki itu kebingungan dan berkata, “Tuan! Apa yang Anda katakan?”
Dengan penuh kasih sayang Imam Hasan berkata, “Bahagiakanlah saudaramu dan terimalah hadiahnya.”
Lelaki itu tetap saja belum paham apa yang sedang terjadi. Dia memandang Imam Hasan tanpa mengedipkan matanya. Suasana menjadi hening sejenak. Kemudian lelaki itu berkata, “Dengan alasan apa kuda ini Anda hadiahkan kepada saya?”
Imam Hasan berkata, “Engkau tertarik pada kuda ini, dan aku menghadiahkannya kepadamu karena aku ingin menyenangkanmu. Untuk itu senangkanlah aku dengan menerima hadiah ini.”
Imam mengatakan hal ini dan berjalan menuju rumahnya. Tali kendali kuda ada di tangan lelaki ini dan dia memandang Imam Hasan sedang berbelok ke gang.
Tuan! Mengapa Anda Menjadi Demikian!?
Seorang lelaki, sejak dia datang ke rumah Imam Hasan as, dia tertarik pada akhlak dan perilaku beliau. Keduanya sedang berbincang-bincang, kemudian mendengar suara azan. Imam Hasan as yang sedang menunggu saat-saat seperti ini, segera bangkit dan berwudhu. Tamu lelaki itu pun bangkit mengikuti Imam Hasan. Wajah Imam Hasan menjadi pucat pasih seperti kapur dan beliau gemetaran. Air matanya menetes dan jatuh.
Lelaki itu tertegun dan menyaksikan gerakan Imam Hasan as. Akhirnya dia membuka mulut dan berbicara, “Tuan! Mengapa Anda menjadi demikian?!”
Dengan penuh kasih sayang, Imam Hasan as berkata, “Apakah gerakan dan perilaku ini tidak mungkin terjadi pada orang yang mau berdiri di hadapan Allah dan berbicara dengan-Nya?!”
Imam Hasan mengatakan hal ini dan berdiri mengerjakan salat. Lelaki itu juga berdiri di belakang beliau dan mengucapkan takbiratul ihram. Selama mengerjakan salat, badan Imam Hasan as bergetar.
Mengapa Anda Tidak Makan Makanan Ini?!
Mudrik bin Ziyad salah satu sahabat Imam Hasan menukil sebuah kenangan dari beliau:
“Suatu hari kami berada di kebun Ibnu Abbas. Imam Hasan dan Imam Husein as bersama para putra Ibnu Abbas datang ke kebun itu untuk istirahat dan piknik dan mereka duduk di tepi sungai. Pada saat itu Imam Hasan berkata kepada saya, “Hai Mudrik! Engkau punya makanan yang bisa kau bawa ke sini?!”
Saya ada sedikit roti dan lalapan. Saya memberikannya kepada beliau. Imam Hasan as makan roti dan lalapan itu dan berkata, “Hai Mudrik! Aku tadi sangat lapar, roti dan lalapan ini sangat lezat.”
Beberapa saat kemudian, budak Ibnu Abbas membawa makanan yang lezat untuk Imam. Imam Hasan as berkata, “Panggillah para budak dan buruh kebun untuk datang dan makan makanan ini.”
Atas perintah Imam Hasan para budak dan buruh datang dan makan makanan yang ada. Aku berkata, “Tuanku! Mengapa Anda tidak makan makanan ini?”
Imam Hasan as berkata, “Aku suka makanan yang sederhana, yaitu makanan orang-orang saleh dan miskin.”