Ini Adalah Tempat Perlindunganku

Pasca peristiwa tragis Karbala dan Syahadahnya Imam Husein as, warga Madinah bangkit melawan Yazid dan mengeluarkan penguasa yang ditetapkan oleh Yazid untuk kota Madinah dan mempersulit Bani Umayah sedemikian rupa sehingga kebanyakan mereka melarikan diri meninggalkan rumah dan kehidupannya.
Warga Madinah juga mengancam Marwan musuh bebuyutan keluarga Rasulullah agar segera meninggalkan Madinah. Namun karena Marwan punya banyak istri, anak dan kekayaan, ia takut akan jiwa dan harga dirinya serta keluarganya. Ia takut bila dirinya tidak ada maka warga Madinah akan menciderainya karena marah. Dengan demikian, Marwan memutuskan untuk menyerahkan keluarganya kepada salah satu pembesar Madinah untuk menjaga jiwa mereka. Pertama ia mendatangi Abdullah putranya Umar, namun Abdullah tidak menerimanya. Setelah itu ia mendatangi satu persatu rumah semua pembesar Madinah, namun karena beragam alasan, mereka tidak mau menerima Marwan dan keluarganya. Ketika ia merasa putus asa dari semuanya, Marwan mendatangi Imam Sajjad as.
 
Meski Marwan banyak menyakiti keluarga Rasulullah Saw, namun Imam Sajjad as melindungi keluarganya. Dengan demikian, Aisyah; istrinya Marwan yang juga putrinya Usman, bersama para wanita dan anak-anak Marwan berlindung di rumah Imam Sajjad as. Sementara Marwan sendiri keluar dari Madinah sampai kondisi tenang.
 
Setelah beberapa waktu Yazid mengutus pasukannya untuk menumpas warga Madinah. Pasukan Yazid mengepung kota dan kebangkitan warga hampir kalah. Semua tahu bahwa bila pasukan Yazid masuk ke dalam kota, maka tidak akan mengasihani siapapun. Dalam kondisi seperti ini, mayoritas wanita Madinah bersama anak-anaknya berlindung ke rumah Imam Sajjad as. Disebutkan bahwa dalam kekacauan ini, empat ratus orang wanita bersama anak-anaknya berada di rumah Imam Sajjad as. Beliau mengeluarkan para wanita ini dari Madinah dan pasukan Yazid tidak mampu menghalanginya karena kedudukan spiritual Imam Sajjad as.
 
Selama pertempuran berlangsung, makanan dan pakaian serta apa yang diperlukan para wanita dan anak-anak dijamin oleh Imam Sajjad as. Ketika fitnah itu berakhir, salah seorang wanita berkata, “Demi Allah! Aku tidak pernah mendapatkan ketenangan di sisi ayah dan ibuku dan suami sebagaimana yang akau dapatkan saat ini di bawah naungan Imam yang terhormat ini.”
 
Catatan Amal
 
Imam Sajjad as di rumahnya memiliki beberapa budak lelaki dan perempuan yang mengerjakan pekerjaan sehari-hari beliau. Sikap Imam Sajjad as terhadap para pembantunya sangat menarik dan penuh pelajaran. Misalnya, di bulan Ramadhan, beliau mencatat setiap kesalahan yang mereka lakukan. Setelah bulan Ramadhan, beliau mengumpulkan semua budaknya dan mengambil pengakuan dari mereka, apakah dalam hari-hari tertentu mereka melakukan kesalahan ataukah tidak?
 
Mereka juga tahu bahwa Imam Sajjad mengetahui perincian perilaku mereka, sehingga mereka mengakuinya. Imam Sajjad juga berdiri di antara mereka dan berkata, “Katakan dengan suara keras; Hai Ali bin Husein! Tuhanmu telah mencatat apa yang telah engkau lakukan di dalam catatan amalmu, sebagaimana engkau menulis kesalahan-kesalahan kami; Namun ketahuilah bahwa buku catatan yang ada di sisi Tuhanmu akan berbicara dengan benar padamu. Sebuah buku catatan yang memuat amal-amalmu baik yang kecil maupun yang besar, sebagaimana buku catatan kami yang memuat amal-amal kami yang kecil maupun yang besar. Untuk itu, Hai Zainul Abidin, Maafkanlah kami dan kesalahan-kesalahan kami, sebagimana engkau suka Allah memaafkan amal-amalmu...”
 
Kemudian menghadap ke arah para budak lelaki dan perempuan seraya berkata, “Aku memaafkan kesalahan-kesalahan kalian. Apakah kalian juga memaafkan aku?”
 
Secara serempak mereka mengatakan, “Iya kami maafkan, wahai pemimpin kami!”
 
Kemudian Imam Sajjad as berkata, “Katakan; Ya Allah! Ampunilah Ali bin Husein! Sebagaimana Dia telah memaafkan kami dan jauhkanlah dia dari api neraka Jahannam!”
 
Menepati Janji
 
Imam Sajjad mengalami kesempitan dalam keuangan. Beliau pergi menemui salah satu kerabatnya untuk meminjam uang. Lelaki itu menyiapkan uang yang diinginkan Imam Sajjad as dan berkata, “Apa yang Anda jadikan jaminan atas uang ini?”
 
Imam Sajjad pada saat itu tidak punya sesuatu yang berharga sebagai jaminan. Oleh karena itu, beliau mengeluarkan benang dari ujung jubahnya dan memberikannya kepada lelaki tersebut seraya berkata, “Benang jubah ini sebagai amanat di sisimu.”
 
Lelaki itu mengambil benang dan memberikan uangnya kepada Imam Sajjad as. Tidak berapa lama, masalah keuangan Imam Sajjad terselesaikan. Beliau membawa uang untuk membayar hutangnya kepada lelaki tersebut. Ketika sampai pada pemilik uang, beliau berkata, “Hai lelaki, uangmu sudah siap. Berikan amanatku dan ambillah uangmu!”
 
Lelaki itu berkata, “Beberapa waktu telah berlalu dan aku tidak tahu benang itu aku letakkan di mana?!”
 
Imam Sajjad as berkata, “Kita berdua telah berjanji; mengambil uang di hadapan mengambil amanat. Bila engkau telah menghilangkan amanatku, maka jangan berharap aku akan mengembalikan uangmu.”
 
Ketika ucapan Imam Sajjad sampai di sini, lelaki itu dengan teliti mencari-cari [benang] di antara barang-barangnya, sampai akhirnya ia menemukan benang itu di antara kaleng kecil dan memberikannya kepada Imam Sajjad. Imam Sajjad memberikan uang lelaki itu dan membuang benang itu. 
 
Tolonglah Kijang Ini
 
Imam Sajjad as sedang duduk bersama para sahabatnya dan membicarakan beragam masalah. Tiba-tiba seekor kijang mendatangi mereka dalam keadaan galau dan menghentak-hentakkan kakinya bagian depan ke tanah. Imam Sajjad dengan ilmu keimamahannya mendengarkan bahwa kijang itu sedang menjerit minta tolong kepada mereka.
 
Para sahabat Imam Sajjad penasaran; apa yang sedang dilakukan oleh kijang ini di situ dan apa yang diinginkannya. Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh kijang ini?
 
Orang-orang yang hadir di situ berkata, “Tidak. Kami tidak tahu.”
 
Imam Sajjad berkata, “Dia mengatakan, seorang pemburu telah mengambil anakku. Aku meminta kepada kalian untuk mengambilkan anakku supaya aku susui.”
 
Kemudian beliau berkata, “Mari kita pergi bersama-sama dan meminta sang pemburu itu untuk membebaskan anaknya kijang ini.”
 
Semuanya pergi dan ketika sampai pada sang pemburu, Imam berkata kepadanya, “Demi Allah! Bawalah ke sini anak kijang yang engkau buru hari ini, supaya disusui oleh induknya.”
 
Sang pemburu segera mengambil anak kijang dan membawanya kepada Imam Sajjad. Imam Sajjad as berkata, “Berikan anak kijang ini padaku.”
 
Pemburu memberikan anak kijang itu kepada Imam Sajjad as dan Imam membawanya ke padang sahara dan menyerahkannya kepada induknya. Induk kijang menyusui anaknya kemudian pergi bersama anaknya. Ketika pergi, kijang itu dengan senang menggoyangkan ekornya.
 
Imam Sajjad as berkata, “Tahukah kalian apa yang dikatakan kijang itu?”
 
Orang-orang yang hadir berkata, “Tidak. Kami tidak tahu.”
 
Imam Sajjad berkata, “Dia mengatakan, semoga Allah mengembali para musafir kalian kepada kalian, sebagaimana kalian telah mengembalikan anakku kepadaku dan semoga Allah mengampuni Ali bin Husein.”