Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ajaran Berhemat dalam Al-Qur’an

1 Pendapat 05.0 / 5

Islam adalah agama yang seimbang. Islam membawa manusia untuk berlaku adil dan tak melampaui batas. Karena segala sesuatu yang melampaui batas itu buruk. Bahkan umat islam juga disebut Ummatan Wasatho yang bermakna umat yang berada ditengah.


Islam menolak segala bentuk Ifrot dan Tafrit, tidak berlebihan dan tak juga kurang. Agama ini juga menolak segala bentuk Rohbaniyah seperti yang dilakukan oleh rahib-rahib dengan tidak menikah atau perilaku sufi ekstrem yang menolak hal-hal duniawi secara mutlak.


Begitu juga tentang masalah sedekah. Islam telah mengatur tata cara bersedekah untuk tidak kikir dan tidak berlebihan dalam memberi. Imam Ali bin Abi tholib pernah berkata,
“Tidak akan ada kemiskinan kecuali ada orang kaya yang sedang merampas hak”


Artinya, jika orang kaya mengeluarkan harta sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan maka tidak akan ada orang yang kelaparan. Namun Allah juga tidak menyukai orang yang “berlebihan” dalam memberi atau biasa disebut boros.


Dan Al-Qur’an memiliki cara yang indah untuk menggiring manusia agar tidak terjebak dalam sifat boros ini. Dengan bertahap Allah ingin menjelaskan bahwa sifat boros hanya akan merugikan manusia.


Pada awalnya Allah menyarankan untuk memikirkan pemasukan dan pengeluaran. Ingatlah bahwa kita juga memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarga dan kebutuhan yang lainnya. Allah berfirman,
وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوماً مَّحْسُوراً -٢٩-
“Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra’ 29)
 
Ayat ini diperjelas dengan ayat lain yang menceritakan hamba Allah yang sebenarnya seperti dalam firman-Nya,
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَاماً -٦٧-
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.” (Al-Furqon 67)
 
Pada tahap selanjutnya, Allah mulai memberi warning bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang boros. Allah berfirman,
وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ -٣١-
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berlebih- lebihan.” (Al-Isra’ 31)
 
Tidak disukai Allah berarti dibenci. Hingga pada peringatan terakhir, Allah menyebut orang yang boros dan suka menghamburkan harta sebagai orang kawan setan.
وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيراً -٢٦- إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ -٢٧-
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan.” (Al-Isra’ 26-27)
 
Allah tidak menyukai orang yang boros. Mungkin kita ingin mencari pahala dengan memberikan semua yang kita miliki kepada orang lain, tapi bukan pahala yang didapat malah tergolong sebagai golongan yang tidak disenangi-Nya. Bahkan tidak hanya dibenci Allah, orang yang boros akan menjadi kawan setan. Sungguh seburuk-buruk kawan yang menyeret pada kesengsaraan.


Kita pasti menerima jika Allah membenci orang yang boros dan menghamburkan harta untuk hal-hal yang buruk dan sia-sia. Tapi jika untuk kebaikan, bukankah sebanyak apapun harta yang kita keluarkan akan diganti oleh Allah?
Bukankah Sayyidah Khodijah memberikan seluruh hartanya untuk perjuangan islam hingga beliau tak memiliki apa-apa?
Bukankah Sayyidah Fatimah menyedekahkan semua makanan yang ia miliki selama tiga hari berturut-turut ketika hendak berbuka puasa hingga Allah mengabadikan kedermawanan ini dalam Al-Qur’an?


وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيناً وَيَتِيماً وَأَسِيراً
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (Al-Insaan 8)
Bukankah Allah berfirman dalam ayat lain yang berbunyi,
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan.” (Al-Hasyr 9)
Apakah ayat ini kontradiksi dengan ayat-ayat sebelumnya? Temukan jawabannya dalam Cara Berhemat dalam Al-Qur’an