Ajaran Berhemat dalam Al-Qur’an (bag2)

Sebelumnya kita telah melihat bahwa islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan. Tidak kurang dan berlebihan. Begitu juga dalam urusan Infaq (sedekah). Islam mengajak kita untuk tidak kikir tapi juga tidak memberikan semua yang kita miliki.
 
Allah berfirman,
وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوماً مَّحْسُوراً –٢٩-
“Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra’ 29)
 
Namun kita dihadapkan pada beberapa pertanyaan, Bukankah Sayyidah Khodijah memberikan seluruh hartanya untuk perjuangan islam hingga beliau tak memiliki apa-apa?

Bukankah Sayyidah Fatimah menyedekahkan semua makanan yang ia miliki selama tiga hari berturut-turut ketika hendak berbuka puasa hingga Allah mengabadikan kedermawanan ini dalam Al-Qur’an?

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيناً وَيَتِيماً وَأَسِيراً
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (Al-Insaan 8)

Bukankah para pecinta Rasulullah juga banyak yang memberi yang mereka miliki walau sedang dalam posisi membutuhkan? Bukankah Allah berfirman dalam ayat lain tentang mendahulukan orang lain,
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan.” (Al-Hasyr 9)

Apakah ayat ini kontradiksi dengan ayat-ayat sebelumnya?
 
Jawaban !
Tentu tidak ada yang kontradiksi didalam Al-Qur’an. Kita semua tau bahwa tidak ada batas dalam berbuat baik. Bahkan apapun yang kita sedekahkan akan diganti berkali lipat oleh Allah swt.

Tapi mengapa Allah juga melarang untuk berlebihan dalam bersedekah? Dan diwaktu lain, Allah juga memuji keluarga Rasulullah yang menyedekahkan semua yang mereka miliki untuk orang lain?
Perlu kita perhatikan, bahwa undang-undang umum yang berlaku adalah
“Tidak kikir dan tidak berlebihan dalam memberi”
Namun kenapa pada orang-orang yang kita sebutkan diatas malah memberikan semua yang mereka miliki. Apakah mereka salah?
Tentu mereka juga tidak salah karena Allah juga memuji kedermawanan mereka. Dan ternyata jawaban dari pertanyaan ini ada pada ayat yang pertama kali kita sebutkan.

وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوماً مَّحْسُوراً -٢٩-
“Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra’ 29)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa efek dari berlebihan dalam berinfaq adalah akan tercela dan menyesal. Tercela yakni ia akan terhina karena sudah tidak memiliki apa-apa. Apalagi jika akhirnya ia harus meminta minta dan merepotkan orang lain.
Dan bisa saja ia akan menyesal karena telah memberikan semua yang ia miliki pada orang lain. Pada akhirnya, pahala berinfaq akan habis karena penyesalannya itu.

Nah, kita akan ambil kesimpulan bahwa mendahulukan orang lain itu juga memiliki syarat. Apa saja syaratnya?
Pertama, ketika kita memberikan semuanya, kita tidak akan terhina ataupun tercela. Kita juga tidak akan menyesali perbuatan itu.
Kedua, kita tidak melupakan kebutuhan keluarga. Jangan sampai kita sangat peduli dengan orang lain sementara keluarga dirumah sangat tersiksa dan kekurangan.

Kedua, syarat ini membuktikan bahwa tidak semua orang mampu mendahulukan orang lain. Kisah keluarga Sayyidah Fatimah yang selama 3 hari berturut-turut memberikan makanan berbuka kepada orang tentu telah memenuhi kedua syarat diatas.
Sayyidah Fatimah dengan ikhlas memberikan makanan berbukanya tanpa ada rasa menyesal sedikitpun. Perbuatan ini juga tidak menjadikan beliau tercela dan terhina walau hanya berbuka dengan kurma dan air saja. Dan yang terpenting, seluruh keluarga ikhlas dan sepakat dengan perbuatan ini. Hingga Allah swt mengabadikan kisah kedermawanan ini dalam Al-Qur’an yang suci.

Islam tak pernah membenani umat dengan hal yang berat. Ketika para sahabat bertanya, “apa yang harus kami infakkan?” Allah menjawab mereka dalam firman-Nya,
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ -٢١٩-
Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” (Al-Baqarah 219)
 
Inilah Islam yang memberi pedoman hidup hingga hal terkecil sekalipun. Tapi jangan pernah kita samakan antara kikir dan hemat. Hemat adalah mengatur pemasukan dan pengeluaran dengan seimbang sementara kikir adalah mencegah hak orang lain yang Allah titipkan ditangan kita.
“Tidak akan ada kemiskinan kecuali ada orang kaya yang sedang merampas hak” (Ali bin Abi tholib)
Semoga kita tidak tergolong sebagai orang yang kikir ataupun boros. Karena keduanya hanya akan menghasilkan kehinaan dan penyesalan.