Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Fathimah Tidak Pernah Berbohong

1 Pendapat 05.0 / 5

Fathimah Tidak Pernah Berbohong

Aisyah mengatakan, “Sepanjang umurku aku tidak pernah melihat seorang lelaki yang lebih menyenangkan dari Ali dan seorang perempuan yang menyenangkan dari istrinya; Fathimah.”

Dia juga berkata, setiap kali terjadi pembahasan dan perselisihan antara Rasulullah dan istrinya; Aisyah, Aisyah kepada Rasululullah Saw berkata, “Terkait masalah ini tanyakan kepada putrimu Fathimah, karena ia tidak pernah berbohong sama sekali dan tidak pernah membela seseorang kecuali berdasarkan kebenaran.”

Aku Lebih Mencintai Keluarga Ini Dari Semuanya

Aisyah; istrinya Rasulullah Saw berkata, “Aku di sisi Rasulullah membicarakan tentang Ali. Rasulullah Saw berkata, “Hai Aisyah! Di dunia ini tidak ada orang yang lebih aku cintai dari Ali, istrinya dan anak-anaknya; Hasan dan Husein.”

Hai Aisyah! Tahukah engkau, dengan mata hatiku apa yang aku lihat pada putriku dan suaminya?”

Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Katakanlah supaya saya tahu!”

Dan beliau berkata, “Putriku adalah penghulu para wanita surga dan suaminya tidak bisa dibandingkan dengan siapapun, kedua putranya bunga-bungaku di dunia dan di akhirat.”

Hai Aisyah! Di surga, aku, Fathimah, Hasan dan Husein, putra pamanku; Ali akan berada di sebuah tempat yang pilar-pilarnya di atas rahmat Allah dan sekelilingnya ditutupi oleh ridha ilahi. Antara Ali dan cahaya Allah ada sebuah pintu dimana Ali melihat Allah dan Allah melihat Ali dari pintu tersebut. Di atas kepala Ali ada mahkota cahaya yang menyinari Timur dan Barat. Dia memakai dua baju berwarna merah dan melangkah dengan pelan dan wibawa.” Pada saat itu Allah berfirman, “Hai Muhammad! Engkau dan Ali aku ciptakan dari tanah arsy-Ku dan para pecinta dan anak-anak para pecinta kalian aku ciptakan dari tanah bawahnya arsy dan musuh-musuh kalian aku ciptakan dari tanah khabal [Jahannam].”

Hai Ali! Engkau Adalah Suami Yang Baik Bagiku

Sayidah Fathimah sangat mencintai suaminya; Sayidina Ali as. Sebelum kematiannya, beliau berpesan kepada suaminya seraya berkata, “Ali sayang! Engkau adalah suami yang sangat baik bagiku. Aku sangat gembira karena hidup di sisi hamba pilihan Allah dan sahabat terbaik ayahku! Namun ayahku di akhir kehidupannya berkata kepadaku, “Putriku, jangan sedih atas kematianku. Bersabarlah. Karena engkau segera menyusulku.”

Ali sayang! Detik-detik perpisahan sudah dekat. Aku akan meninggalkanmu pergi ke sisi ayahku. Namun setiap suami memerlukan teman sehati. Untuk itu aku berwasiat kepadamu, setelah kematianku menikahlah dengan putri saudariku “Ummi Hani”. Dia adalah wanita yang penuh kasih sayang dimana dia tidak akan membiarkan engkau dan anak-anak kita sendirian tanpa siapa-siapa...”

Ada surat wasiat yang ditinggalkan oleh Sayidah Fathimah Zahra terkait pemakamannya:

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang!

Ini adalah surat wasiat yang ditulis oleh Fathimah putri Rasulullah. Dalam kondisi bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Dan bersaksi bahwa surga dan neraka adalah benar dan kiamat juga akan datang dan bersaksi bahwa Allah akan membangkitkan para mayit dari kuburannya.”

Hai Ali! Lakukan sendiri acara pengkafanan dan pemakamanku dan salatilah aku. Kuburkan aku di malam hari dan jangan beritahukan kepada siapapun. Aku serahkan engkau kepada Allah. Sampaikan salamku kepada anak-anak dimana pertemuan kita akan jatuh di Hari Kiamat.”

Engkau Segera Datang Menemui Ayahmu Di Surga

Rumah Rasulullah tenggelam dalam duka dan kesedihan. Beberapa hari warga Madinah berduka karena sakitnya Rasulullah Saw. Tidak seorangpun tahu apakah Rasulullah Saw akan sembuh ataukah tidak. Sejumlah orang mengatakan bahwa detik-detik perpisahan telah tiba dan hati-hati akan segera mengalami duka karena kepergian Rasulullah Saw. Sejumlah orang lainnya mengatakan, Rasulullah akan sembuh dan akan memberikan keberkahan pada negeri Hijaz dengan kehangatan nafasnya seperti semula.

Para sahabat dan umat Islam Madinah senantiasa bertamu menemui beliau dan menanyakan kondisinya. Rasulullah Saw berkata kepada mereka, “Jibril telah mengabarkan kepadaku bahwa aku akan segera pergi dari sisi kalian.”

Dalam saat seperti ini, Sayidah Fathimah Zahra benar-benar mengkhawatirkan kondisi ayahnya. Beliau tidak tenang memikirkan kepergian ayahnya. Rasulullah memanggil putrinya dan dalam kondisi menangis beliau berkata, “Putriku! Setelah kematianku, orang yang terburuk dari umatku akan menzalimi kamu dan anak-anakmu. Dari mulai saat ini aku melihat bahwa engkau memanggil ayahmu karena kezaliman mereka. Namun tidak seorangpun akan menolong kamu dan anak-anakmu.”

Pada saat itu Sayidah Fathimah menangis tersedu-sedu. Rasulullah Saw berkata, “Putriku! Jangan menangis, Allah bersamamu.”

Sayidah Fathimah berkata, “Tangisan saya bukan karena kezaliman masyarakat padaku setelah kematian Anda. Saya menangis karena perpisahan dengan Anda.”

Rasulullah Saw berkata, “Jangan menangis. Masa perpisahanku denganmu hanya sedikit.”

Kemudian beliau berkata, “Putriku sayang! Engkau akan menyusul ayahmu dalam selisih yang sangat pendek dari kematianku dan pada saat itu engkau akan kembali berada di sisiku.”

Sayidah Fathimah merasa tenang dengan ucapan ayahnya dan tersenyum karena gembira. Tujuh puluh lima hari kemudian Sayidah Fathimah mencapai syahadah karena kezaliman para penguasa zaman dan terbang menuju kepada ayahnya.

Terkait waktu syahadahnya Sayidah Fathimah, ada dua riwayat; berdasarkan satu riwayat menyebutkan bahwa beliau mencapai syahadah tujuh puluh lima hari setelah kematian Rasulullah Saw dan berdasarkan riwayat kedua, beliau mencapai syahadah sembilan puluh lima hari setelah kematian Rasulullah Saw.