Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hidup Seimbang antara Dunia dan Akhirat

1 Pendapat 05.0 / 5

Dalam Alquran dikatakan bahwa seorang muslim di samping harus memikirkan kehidupan akhiratnya, ia juga harus memikirkan dunianya. Ia harus memperhatikan kebutuhan tabiatnya. Allah swt berfirman:

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللهُ عَلَيْكُمُ النَّهارَ سَرْمَداً إِلى‏ يَوْمِ الْقِيامَةِ مَنْ إِلٰهٌ غَيْرُ اللهِ يَأْتيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فيهِ أَفَلا تُبْصِرُونَ

Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”[1]

Gunakanlah harta, kekuatan, akal dan perbuatan untuk kebaikan akhirat. Tapi berhati-hatilah jangan sampai akhirat membuat kita melupakan dunia, karena menghindari dunia merupakan sebuah kesalahan, jadi selain memperhatikan akhirat, kita juga harus memperhatikan dunia.

Dalam sebuah riwayat dikatakan tiga wanita datang menemui Rasulullah saww, salah satunya berkata: “Wahai Rasulullah, suami saya telah mengambil keputusan bahwa ia tidak akan lagi hidup bersama wanita”. Wanita lainnya berkata: “Wahai Rasulullah, suami saya telah memutuskan untuk tidak makan daging lagi”. Dan wanita ketiga berkata: “Wahai Rasulullah, suami saya telah memutuskan untuk tidak memakai wewangian lagi”. Kemudian Rasulullah saww bergegas ke masjid sampai sebagian jubah suci beliau menjulur ke tanah. Beliau saww meminta kaum muslimin untuk berkumpul. Rasulullah saww tidak berdiri diatas mimbar, melainkan menunggu kaum muslimin di tangga masjid, kemudian beliau bersabda: “Aku telah mendengar kabar tentang cara berfikir yang keliru di tengah-tengah sahabatku. Beliau melanjutkan: “Saya adalah seorang rasul, namun saya juga makan daging dan makan makanan yang lezat. Saya seorang Rasul, dan saya juga mengenakan pakaian yang baik dan juga mengenakan wewangian, serta hidup bersama isteri, siapa saja yang tidak menghendaki sunnahku, bukanlah ia dari golonganku” (Wasail As-Syiah J. 14 H. 74)

Dalam riwayat lain dikatakan seseorang menemui Imam Shadiq as ia berkata: “wahai putra Rasulullah, saya telah tua , saya telah membebaskan tangan saya dari pekerjaan, sekarang saya selalu ke masjid dan hanya berfikir tentang akhirat”. Imam Shadiq as berkata: “Itu adalah perbuatan Syetan” Orang itu berkata : “Apa yang harus saya lakukan?” Imam Berkata:  “Selama kau mampu, wajib bagimu untuk bekerja, dan hasil pekerjaanmu dapat kau gunakan untuk mempermudah kehidupanmu dan anak isterimu. Jika telah cukup dan tidak membutuhkan lagi, maka berikanlah kepada tetanggamu dan yang lainnya”. Kemudian Imam as berkata: “Berhati-hatilah kamu, janganlah akhiratmu kamu korbankan untuk duniamu begitupun sebaliknya, pada waktu shalat tinggalkanlah pekerjaanmu dan laksanakanlah shalat. Pada waktu beribadah beribadahlah. Pada waktu kerja, bekerjalah”.

Amirul mukminin Ali as tercatat dalam sejarah sebagai singa di siang hari dan abid di malam hari. Siang hari beliau bekerja keras bagaikan singa dan malam hari beliau menghamba selayaknya abid. waktu ibadah beliau gunakan untuk ibadah dan waktu bekerja beliau gunakan untuk bekerja. Dalam kurun waktu waktu 25 tahun beliau telah menghibahkan banyak sekali perkebunan kurma kepada para faqir dan dhuafa.

Untuk itu cahaya Islam telah mengajarkan kita untuk hidup seimbang dalam menjalani kehidupan yaitu dengan mengejar akhirat tapi tidak meninggalkan dunia, dan mencari dunia tapi tidak melupakan akhirat. Kita telah banyak mengetahui bagaimana kehidupan para Nabi dan Para Imam as, mereka selain beribadah dan memberikan petunjuk kepada umat manusia, mereka menjalani kehidupan dengan bekerja, seperti Nabi Zakaria yang bekerja sebagai tukang kayu, nabi Ya’kub yang bekerja sebagai penggembala, begitupun Imam Ali as yang bekerja di ladang kurma.

 

CATATAN :

 

[1] Surah Al-Qashas ayat 77