Tafsir Surat Al-Ashr (Bag 1)

Demi Masa, sungguh manusia berada dalam kerugian. Begitulah firman Allah swt.
 
Surat Al-Ashr adalah salah satu Surat Al-Qur’an yang bergitu pendek. Ia hanya terdiri dari 3 ayat saja. Walaupun begitu singkat, Surat ini memiliki kandungan yang luar biasa. Dikatakan bahwa seluruh perjalanan hidup manusia terangkum didalamnya. Surat yang begitu pendek ini mampu mencakup semua jalan untuk terlepas dari kerugian dalam hidup.
 
Di zaman Rasulullah saw, disaat para sahabat berkumpul untuk membicarakan sesuatu, mereka tidak akan berpisah sebelum membaca Surat ini. Karena didalamnya terdapat cara untuk memperoleh kesuksesan dan terlepas dari kerugian.
 
Imam Syafi’i berkomentar, “Jikalau Al-Qur’an hanya memiliki Surat Al-Ashr, itu sudah cukup untuk menjadi pegangan bagi umat manusia.”
 
Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas secara singkat Orang-Orang yang Sukses Menurut Penciptanya. Kali ini kita akan membahas tentang kerugian.
 
Siapakah orang yang rugi itu? Bagaimana cara agar hidup kita selalu mendapat untung dan jauh dari kerugian?
 
وَالْعَصْرِ – إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ – إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ –
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS.Al-Ashr:1-3)
 
Demi Masa (وَالْعَصْرِ)
Allah swt sering menggunakan sumpah dalam Al-Qur’an. Tentunya, berita yang diawali dengan sumpah adalah berita yang sangat penting.
 
Ada banyak bentuk sumpah yang disebut dalm Al-Qur’an. Terkadang Allah bersumpah dengan Dzat Suci-Nya, seperti فَلَا وَرَبِّك (Fala wa Robbik) dan فَوَ رَبِّكَ (Fa wa Robbik). Dan para Nabi pun bersumpah dengan Nama-Nya, seperti kata تَاللهِ  (Tallahi) dalam Al-Qur’an.
 
Selain itu, Allah juga bersumpah demi Al-Qur’an seperti dalam Surat Yasiin, وَالقُرْاَنِ الحَكِيم. Juga bersumpah demi makhluk-Nya, seperti وَالتِّين , وَالشَّمْسِ, وَالفَجْرِ, dan lain sebagainya. Terkadang juga bersumpah demi para malaikat-Nya, seperti وَالصَّافَّات dan وَالنَّازِعَاتِ.
 
Namun Allah hanya sekali bersumpah demi kehidupan manusia. Dan sumpah demi kehidupan seseorang itu hanya berlaku untuk kehidupan Rasulullah saw, karena kemuliaan dan keagungan beliau.
 
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
(Allah Berfirman), “Demi umurmu (Muhammad), sungguh, mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan).” (QS.Al-Hijr:72)
 
Arti Al-Ashr
Makna asli dari kata Ashara-Ya’shiru adalah “mengeluarkan sesuatu dengan tekanan”. Karena itu, jus buah dalam bahasa arab disebut Ashir, karena berasal dari perasan buah.
 
Pada versi lainnya, kata ini memiliki arti “menekan sesuatu hingga keluar air atau minyak darinya”. Al-Qur’an juga menggunakan kata ini ketika menceritakan mimpi teman Nabi Yusuf as dalam firman-Nya,
 
قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْراً
“Salah satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur” (QS.Yusuf:36)
 
Saat menyebut awan yang menampung air, Allah juga menggunakan kata Ashr dengan bentuk Mu’shirot. Karena awan itu seperti diperas saat menurunkan air hujan.
 
وَأَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاء ثَجَّاجاً
“Dan Kami Turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya.” (QS.An-Naba’:14)
 
Kata Ashr juga memiliki arti zaman, masa atau waktu. Seperti dalam Surat Wal Asri tadi. Mengapa bisa memiliki arti “zaman”? Karena banyaknya tekanan dan kesulitan ditengah masa hidup manusia. Ia harus memeras tenaga dan pikirannya untuk bisa melewati zaman. Akhirnya, kata Ashr juga memiliki arti zaman atau masa.

Ashr Menurut Ahli Tafsir
Para Ahli Tafsir memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang makna Ashr.
 *Ashr bermakna zaman atau masa secara mutlak, zaman kapanpun dan siapapun.
 *Ashr bermakna khusus zaman diutusnya Rasulullah saw.
  *Ashr bermakna waktu ashar, karena waktu ashar adalah waktu yang harus diperhatikan. Waktu Asar adalah waktu yang mendekati pergantian siang dan malam. Dikatakan bahwa perumpamaan umur manusia hanya seperti jarak antara Asar dan Maghrib, begitu dekat dan pendek.
  *Ashr bermakna Solat Asar. Karena Solat Asar adalah Solat pertengahan diantara 5 solat.
 
Dan masih ada arti-arti lain tentang makna Al-Ashr. Namun makna yang akan kita ambil adalah makna pertama. Zaman secara mutlak dan Masa secara umum. Karena kita meyakini bahwa ayat itu juga ditujukan untuk zaman kita. Demi Masa, sungguh manusia berada dalam kerugian.
 
Kenapa Allah swt bersumpah demi Masa?
Dibalik setiap sumpah, pasti ada maksud tertentu dalam pilihan katanya. Allah menggunakan kata demi masa, karena waktu itu sangat nyata namun seakan tiada.
 
Waktu itu begitu mahal namun sering dianggap murahan. Waktu adalah hal paling berharga yang dimiliki manusia, tapi kebanyakan manusia melupakannya. Waktu juga penuh dengan keajaiban sebagaimana setiap zaman memiliki berbagai macam kejadian yang menakjubkan.
 
Ada seorang sahabat datang kepada Imam Ali bin Abi tholib, “Wahai Imam, Aku ingin bertanya 4 masalah.”
 
“Tanyakanlah walau 40 masalah.”kata beliau.
 
“Aku hanya ingin bertanya, Apa yang wajib dan apa yang lebih wajib? Apa yang dekat dan apa yang lebih dekat? Apa yang sulit dan apa yang lebih sulit? Apa yang mengherankan dan apa yang lebih mengherankan?”
 
Kemudian Imam menjawab, “Yang wajib adalah taat kepada Allah dan yang lebih wajib adalah meninggalkan maksiat.
 
Yang dekat adalah Hari Kiamat dan yang lebih dekat adalah kematian.
 
Yang sulit adalah kuburan dan yang lebih sulit adalah pergi kesana tanpa bekal.
 
Yang mengherankan adalah zaman dan yang lebih mengherankan adalah kelalaian manusia didalamnya.” 
 
Karena itu, setelah Allah bersumpah demi masa. Ayat ini langsung disusul dengan kalimat sungguh manusia berada dalam kerugian. Mengapa?
 
Agar tidak ada yang menyalahkan zaman. Agar tidak ada yang menganggap kerugian itu ada di zaman. Karena banyak manusia yang menyalahkan zaman. Mereka berkata zaman ini bejat, zaman ini bobrok dan zaman ini rusak.
 
“Jangan salahkan zaman !” Sabda Rasulullah saw. Sebenarnya bukan zamannya yang rusak, namun manusia yang hidup di zaman itu yang penuh dengan kebejatan. Paman nabi, Abu tholib pernah bersyair,
 
Kita menyalahkan zaman padahal aib itu ada pada kita.
Zaman ini tak memiliki celah kecuali kita sendiri.
Seekor serigala pun enggan untuk memakan saudaranya.
Tapi manusia dengan mudah memakan satu sama lainnya.

 
 
Sungguh manusia berada dalam kerugian. (إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ)
Ayat kedua ini mengandung banyak penekanan didalamnya. Allah menekankan dengan kata Inna, La, Fii dan disebut dengan bentuk nakirah. Serta menggunakan jawab Ismiyah. Setidaknya ada 5 penekanan dalam ayat ini, hal ini menunjukkan betapa manusia benar-benar berada dalam kerugian.
 
Dalam bahasa arab, kata Khusr (rugi) itu memiliki makna berkurangnya modal. Jika kita hendak berdagang, kemudian setelah transaksi ternyata modal kita tidak bertambah, bahkan berkurang maka kita disebut Khusr (rugi).
 
Pertanyaannya, apakah sebelumnya kita telah diberi modal oleh Allah sehingga bisa disebut orang yang merugi?
 
Ya, manusia telah diberi modal oleh Allah swt. Kita telah diberi fitrah serta akal dan yang terpenting adalah umur. Umur adalah modal kita yang terus berkurang setiap waktu. Jika kita tidak mendapatkan untung dengan umur ini, maka modal kita akan segera habis tanpa ada sesuatu yang kita dapatkan. Inilah yang disebut orang merugi.
Imam Ali As-Sajjad pernah berkata bahwa usia yang paling tua dari seseorang adalah di waktu kelahirannya. Manusia sering merayakan bertambahnya umur tanpa sadar bahwa sebenarnya umurnya sedang berkurang. Jika jatah umurnya 60 tahun sementara dia telah berumur 30, maka modalnya hanya tersisa 30 tahun dan akan terus berkurang. Sebenarnya, dia sedang merayakan ulang tahun atau kurang tahun?
 
Imam Ali Al-Hadi pernah berkata,
“Dunia adalah pasar, ada seorang yang mendapat untung dan ada pula yang merugi.”
 
Karena itu pula, Hari Kiamat juga disebut Hari Penyesalan. Tidak hanya penghuni neraka yang menyesal, penghuni surga pun menyesal. Andai amal mereka lebih banyak pasti mereka mendapat kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah swt.
 
Seluruh gerak-gerik kita menuju kepada kehancuran dan kerugian. Orang yang sadar tidak akan menyia-nyiakan setiap detik dari kehidupannya. Orang yang sadar dengan umurnya, tidak akan melewatkan satu pun kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Dia akan mengisi setiap nafasnya dengan sesuatu yang dapat menguntungkannya di rumah abadinya kelak.
 
Setelah Allah memberi modal, Allah selalu menawarkan untuk bertransaksi dengan-Nya. Jangan sampai modal umur kita telah habis sebelum keuntungan diraih. Karena sekecil apapun yang kita lakukan, akan dia tuai di Hari Akhir kelak.
 
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ -٧- وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ -٨-
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (ba-lasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (ba-lasan)nya.” (Al-Zalzalah 7-8)
 
Umur kita terlalu mahal jika dijual untuk dunia yang begitu murah dan begitu singkat masanya. Harga diri kita adalah surga, jangan sampai kita jual dengan selainnya. Begitulah pesan Rasulullah saw.
 
Yang dapat membeli dengan surga adalah Sang Pemilik Surga. Allah telah menjanjikan balasan yang berkali lipat kepada hamba-Nya yang mau bertransaksi dengannya. Perbanyak transaksi amal baik kita, jika tidak kita akan terus menjadi orang yang rugi. Hati-hati dengan kelalaian terhadap umur kita, jangan sampai kita tergolong sebagai orang yang menyesal ketika kematian telah didepan mata.
 
حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ – لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحاً فِيمَا تَرَكْتُ
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhan-ku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” (QS.Al-Mu’minun:99-100)
 
Imam Ali pernah berkomentar,
“Manusia itu tidur dan ketika mati dia baru bangun.”
 
Manusia selalu berada dalam kerugian. Namun Allah memberi pengecualian. Demi Masa, sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali? Bagaimana cara terlepas dari kerugian itu? Siapa saja yang mampu merubah kerugian itu menjadi keuntungan? Simak Jawabannya pada Tafsir Surat Al-Ashr (Bag 2)