Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kisah-Kisah Tentang Anak Bagian 5

0 Pendapat 00.0 / 5

Pengaruh Keturunan [Genetik]

Seseorang menceritakan; saya dalam perjalanan dan selama seharian belum sampai pada tujuan. Agar tidak menjadi santapan binatang buas yang ada di tengah-tengah padang sahara yang menakutkan, saya mampir berlindung di sebuah tenda yang ada di sekitar daerah itu. Di sana saya melihat seorang wanita berwajah masam dan tidak suka ketika melihat saya. Dengan sikap tidak peduli dia bertanya kepada saya, “Siapakah engkau?” saya katakan, “Aku seorang tamu.” Dia berkata, “Aku tidak suka tamu.”

Mengingat tidak ada tempat berlindung lagi, saya terpaksa duduk di sebuah sudut. Dia membuat sedikit adonan roti dan memasaknya, kemudian memakannya dengan susu tanpa menawarkan sedikitpun. Namun, tidak lama kemudian, seorang lelaki datang. Begitu matanya tertuju kepada saya, dia menyapa saya dengan wajah ceria dan ramah, “Siapakah Anda?” Saya katakan, “Saya seorang tamu.” Dia berkata, “Selamat datang.”

Dia bertanya, “Apakah wanita ini menjamu Anda?” Saya jawab, “Tidak.” Dengan marah dia menyerang istrinya dengan kayu yang ada di tangannya dan menyalahkannya karena sikapnya dan meminta maaf kepada saya seraya berkata, “Sekarang juga Anda akan dijamu.”

Pada saat itu juga dia keluar dari tenda dan menyembelih ontaku yang terikat di sana, seraya berkata, “Tamu adalah terhormat dan harus dijamu.”

Saya lebih sedih akan kejadian ini, sambil berguman, saya tidak punya kendaraan untuk melanjutkan perjalanan besok. Ya Allah! Betapa buruknya kejadian ini! Betapa besarnya kerugian ini!

Begitu saya menampakkan kesedihan, sate onta dan roti telah siap dan saya memakannya dengan tidak semangat. Kemudian saya tidur di sebuah sudut.

Pagi harinya saat saya mau pamitan kepada pemilik tenda, dia keluar dari tenda dan berkata kepada saya, tunggulah sebentar sampai saya kembali lagi.

Saya menunggu sebentar dan dia pergi dan segera kembali sambil membawa seekor onta betina dan menyerahkannya kepada saya dan meminta maaf, “Tadi malam tidak ada sesuatu untuk menjamu Anda, dengan terpaksa saya menggunakan onta Anda.”

Saya juga memaafkannya dan menunggangi onta tersebut. Setelah melewati jarak yang jauh, belum juga sampai ke tujuan. Cuaca mulai gelap. Saya berpikir malam ini harus ke mana? Tiba-tiba saya melihat sebuah tenda dari kejauhan. Saya ke sana dan melihat seorang perempuan yang sangat ramah. Saya mengucapkan salam kepadanya dan saya mendengarkan jawabannya. Dia berkata, “Siapakah Anda?” saya jawab, “Saya adalah seorang tamu.” Dia sangat senang dan berkata, “Silahkan! Langkah Anda penuh berkah untuk kami.”

Saya turun dari onta dan masuk ke dalam tenda. Dia menyambut saya dengan baik.

Pada saat itu datang seorang lelaki dengan wajah murung dan akhlak yang tidak baik. Dia bertanya kepada saya, “Siapakah Anda?” saya jawab, “Saya adalah seorang tamu.” Dia benar-benar tidak suka dan berkata, “Saya yakin istriku telah menjamu Anda.” Saya katakan, “Iya.” Dia langsung marah kepada istrinya.

Saya benar-benar takjub dan bertanya, “Tuan, saya ada satu pertanyaaan, “Kemarin malam saya sebagai tamu di sebuah tenda. Di sana saya melihat seorang wanita seperti Anda dan lelaki seperti wanita ini. Yakni lelaki itu marah kepada istrinya karena tidak menjamu saya dan memukulnya dan malam ini Anda memarahi istri Anda karena menjamu saya. Sungguh sangat menakjubkan.”

Dia berkata, “Wanita yang tidak menjamu Anda dan tidak suka pada tamu adalah saudara perempuan saya dan kami berasal dari ayah dan ibu yang tidak pernah mau menerima tamu. Sementara wanita yang menjamu Anda ini saudara perempuan lelaki yang tadi malah menjamu Anda. Mereka ini berasal dari ayah dan ibu yang suka menerima tamu.”

Membaca kisah ini, perlu kalian ketahui bahwa sifat terpuji dan tercela ayah dan ibu akan berpengaruh pada anak dan tidak ada yang bisa menghalanginya. (Vaez Khanevadeh, hal 320)

Para Pemuda Yang Mulia, Bacalah!

Ibrahim Mahzam mengatakan:

Saya berada bersama Imam Shadiq as. Malamnya saya kembali ke rumah. Di rumah terjadi percekcokan antara saya dan ibuku. Saya agak keras berbicara dengan ibuku. Keesokan harinya saya menemui Imam Shadiq as. Saat itu saya belum berbicara apa-apa, Imam Shadiq as berkata, “Ada apa engkau berkata agak keras kepada ibumu? Apakah engkau tidak tahu bahwa rahimnya adalah tempat tinggalmu? Dan pangkuannya adalah ayunan yang membelaimu dan payu darahnya adalah wadah yang engkau pakai minum susu?” (Bihar, jilid 74, hal 76)

Bab 4: Wasiat Amirul Mukminin Ali as Kepada Anak-Anaknya

1. Aku berwasiat kepadamu, wahai Hasan dan semua anak-anak dan keluargaku dan orang-orang yang sampai kepadanya surat wasiat ini, agar bertakwa kepada Allah; Tuhan kalian!

2. Kalian jangan meninggalkan dunia kecuali dalam keadaan beragama Islam, berpegang teguhlah pada tali Allah dan janganlah kalian berpecah belah. Dan ingatlah nikmat Allah yang diberikan kepada kalian saat kalian bermusuhan, maka Dia telah menjadikan hati kalian saling mengasihi [karena berkat Rasulullah dan al-Quran].

3. Sesungguhnya aku mendengar dari Rasulullah Saw berkata bahwa mendamaikan dua pihak lebih utama dari salat dan puasa [sunnah] selama satu tahun.

4. Sesungguhnya kebencian dan permusuhan di tengah-tengah masyarakat akan menghancurkan agama dan masyarakat, dan tiada daya dan kekuatan selain daya dan kekuatan Allah.

5. Takutlah kepada Allah terkait al-Quran, jangan sampai orang lain lebih dahulu dari kalian dalam mengamalkan hukum al-Quran.

6. Takutlah kepada Allah terkait tetangga, sesungguhnya Allah dan rasul-Nya telah mewanti-wanti dalam hal ini.

7. Takutlah kepada Allah terkait rumah Allah, jangan biarkan kosong selama kalian masih hidup. Karena Allah tidak akan memberikan kesempatan kepada orang yang meninggalkan haji dan pahala yang paling minim yang diberikan kepada jemaah haji adalah mengampuni dosa-dosanya yang lalu.

8. Takutlah kepada Allah terkait salat, karena sesungguhnya ia adalah amal yang paling baik dan tiang agama.

9. Takutlah kepada Allah terkait zakat, karena sesungguhnya ia akan memadamkan kemarahan Allah.

10. Takutlah kepada Allah terkait puasa bulan Ramadhan, karena ia adalah tameng yang menghalangi api neraka.

11. Takutlah kepada Allah terkait orang fakir dan miskin dan tetapkan mereka sebagai bagian dari kalian dalam penghidupan kalian.

12. Takutlah kepada Allah terkait berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian, karena sesungguhnya, dua oranglah yang berjuang di jalan Allah; seorang imam yang menjadi pembimbingnya dan orang yang mengikutinya.

13. Takutlah kepada Allah terkait keluarga nabi kalian, jangan sampai mereka dizalimi di hadapan kalian sementara kalian bisa membelanya.

14. Takutlah kepada Allah terkait para wanita dan budak kalian.

15. Jangan takut pada orang-orang yang mencela kalian. Karena Allah yang akan menolak keburukan dan serangan mereka.

16. Jangan meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar, karena Allah akan membuat kalian mampu berkuasa untuk memberikan hukuman pada para pelaku kezaliman dan tidak menerima kutukan yang diharapkan mereka untuk kalian.

17. Selamat untuk kalian wahai anakku, karena saling menjalin ikatan dengan sesama  dan tidak bermalas-malasan untuk saling memberi dan berbuat baik.

18. Jangan sampai kalian memutus hubungan dan saling berpaling dan berpecah belah.

19. Salinglah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, karena sesungguhnya azab Allah sangat pedih. (Bihar, jilid 42, hal 248. Man La Yahdhurul Fakih, jilid 4, hal 190)