Berkah Makanan Sayyidah Khadijah a.s.

Tiga tahun berlalu dari masa kenabian, ayat 214 dari surat Asy-Syu’ara turun kepada Nabi saw. untuk memulai dakwah secara terang-terangan:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 214)
Nabi saw. mengundang sekitar 40 orang dari paman, saudara sepupu, dan seluruh Bani Hasyim untuk makan siang di rumah Abu Thalib. Beliau saw. memerintahkan Ali a.s. yang saat itu berusia 13 tahun untuk menyiapkan makanan lezat dan minuman nikmat.
Tamu-tamu undangan berdatangan. Setelah menikmati jamuan makan, Nabi saw. ingin menyampaikan dakwahnya. Namun Abu Lahab berdiri terlebih dahulu dan membubarkan perkumpulan tersebut dengan perkataannya yang asal-asalan dan sembarangan. Hari itu berlalu tanpa meraih hasil yang diharapkan.
Keesokan harinya Nabi saw. mengundang kembali sanak saudara untuk makan siang. Seperti sebelumnya Ali a.s. menyiapkan makanan dan minuman. Tamu-tamu undangan berdatangan. Nabi saw. telah mengantisipasi segala sesuatunya. Beliau lalu mulai menyampaikan dakwahnya dan berkata:
“Tiada seorang pun yang membawa sesuatu kepada keluarganya lebih baik dari apa yang aku bawa kepada kalian ini. Aku menginginkan kebahagiaan kalian di dunia dan akhirat. Allah swt telah memberikan firman kepadaku supaya mengajak kalian untuk mengakui keesaan-Nya dan menerima risalahku. Siapa di antara kalian yang bersedia membantuku di jalan ini sehingga akan menjadi saudaraku, washiku, dan khalifahku?”
Suasana mendadak menjadi sunyi. Tiba-tiba Ali a.s. berdiri dan memecahkan kesunyian dengan ucapannya, “Aku yang akan membantumu, wahai Nabi utusan Allah.”
Kemudian Ali a.s. menyodorkan tangannya kepada Nabi saw. untuk berbaiat dan menyatakan kesetiaan.
Nabi saw. berkata, “Duduklah, wahai Ali!”
Ali pun duduk kembali di tempatnya.
Nabi saw. mengulang permintaannya untuk yang kedua kalinya, tetap Ali yang bangkit menyahut seruan beliau saw. sambil mengulangi ucapan pertamanya. Dan jawaban Nabi saw. pun sama.
Untuk ketiga kalinya pun tidak ada seorang juga yang menyahut dan menyatakan kesediaannya selain Ali a.s. Maka saat itu Nabi saw. memegang tangan Ali atau menurut sebagian riwayat meletakkan di atas pundaknya. Lalu Nabi saw. mengucapkan kata-kata berikut ini di hadapan Bani Hasyim:
“Sesungguhnya ini adalah saudaraku, washiku, dan khalifahku di tengah-tengah kalian, maka dengarkanlah (ucapannya) dan taatilah (perintahnya).”
Dalam riwayat lain ditambahkan, “wazirku dan pewarisku.”
Yang menarik dari jamuan makan siang ini dan sesuai dengan tema di atas: Makanan para tamu undangan dimasak langsung oleh Sayyidah Khadijah Kubra a.s. setelah Imam Ali a.s. menyampaikan pesan Nabi saw. kepada Sayyidah Khadijah supaya menyiapkan makanan.
Sayyidah Khadijah lalu segera menyiapkan makanan. Hidangan yang biasa disediakan untuk 3 atau 4 orang, cukup untuk dimakan oleh 40 orang dan tetap lebih.
Abu Jahal berkata, “Muhammad telah menyihir kalian. Hidangan untuk 3 atau 4 orang, dapat dimakan oleh 40 orang dan itu pun masih banyak sisanya. Demi Tuhan! Ini adalah sihir.”
Begitulah, Sayyidah Khadijah a.s. ikut berperan dalam kejadian yang luar biasa ini. Beliau bersama Ali a.s. selalu membela Nabi saw. dan mengorbankan semua yang dimilikinya di jalan Allah swt. untuk penyebaran agama Islam.