Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

MEGAHNYA TAKBIR

2 Pendapat 05.0 / 5

Lebaran identik dengan takbir. Salah satu zikir penting dan syair adalah takbir. Ia adalah masdar (dasar kata) dari kata kabbara yang berarti membesarkan dan menganggap besar.
Takbir adalah pengucapan Allahu akbar. Sebagian besar orang mengartikannya “Allah (adalah) mahabesar.”
Takbir kadang wajib dan kadang mustahab. Takbir yang wajib diucapkan adalah takbiratul ihram; takbir yang diucapkan saat mulai shalat.
Disebut takbiratul ihram karena ia adalah takbir yang membuat semua aktivitas yang semula mubah di luar jadi haram secara temporal.
Karena itu shalat bisa dianggp puasa besar karena pelakunya tidak hanya dilarang makan, minum dan sebagainya tapi dikenai larangan-larangan tambahan seperti tidur, tertawa dan sebagainya.
Penerjemahan Allahu akbar Allah (adalah) mahabesar, menurut saya kurang tepat, karena Akbar (اكبر) berbeda dengan kabir (كبير), salah satu asmaNya, berarti besar (maha besar).
“Allahu akbar” mestinya bermakna “Allah adalah yang terbesar” atau “Allah lebih besar”. Tapi bila dipilih makna pertama, mestinya beri ال.
Bila yang dipilih makna kedua, itu sesuai dengan kaidah sharf, sehingga artinya “Allah lebih besar”, karena teks aslinya bebas dari alif dan lam.
Ketika dtanya tentang makna takbiratul ihram, Imam Sadiq (diriwayatkan) memaknainya sebagai deklarasi bahwa Ia lebih besar dari apapun di benak siapapun.
Kata “maha” yang selalu disandingkan sifat dan ism Allah mengisyaratkan adanya penyandang lain yang “bukan maha” seperti mahasiswa dan siswa.
Pengucapan Allah ‘maha” kuasa (القدير) misalnya terkesan mengkonfirmasi adanya kuasa lain tanpa “maha”. Padahal hanya Dialah yang kuasa.
Bila “akbar”(اکبر) dan ”alkabir”(الكبير) yang juga merupkan salah 1 Asma Husna, diterjemahkan “mahabesar”,urgensi perbedaan 2 kata tersebut hilang.
Terlepas dari unek-unek seperti “maha” dan makna “besar”,”terbesar”dan ”lebih besar”, yang jelas, takbir menempati urutan atas zikir setelah tahlil.
Saking utamanya takbir dalam zikir, sebagian riwayat menganjurkan zikir usai shalat dimulai dengan takbir lalu tahmid dan diakhiri dengan tasbih. Ini dikenal dengan Tasbihat Azzahra, putri suci Nabi SAW.
Urutan zikir pasca shalat ini mengikuti urutan bacaan dalam shalat, yaitu takbir, selanjutnya alfatihah (tahmid) lalu tasbih dalam rukuk.
Takbir juga termuat dalam Tasbihat al-arbaah (empat zikir) yang sangat dianjurkan untuk dibaca, yaitu tasbih, tahmid, tahlil lalu takbir. Dalam salah satu mazhab, alfatihah pada rakaat ketiga dan keempat shalat bisa diganti dengan empat zikir tersebut.
Zikir dengan urutan versi apapun tetap baik. Ini semua sekelumit tentang takbir sebagai zikir. Selanjutnya yang akan dibahas adalah takbir sebagai syiar.
Takbir sebagai syiar adalah pengucapan Allahu akbar dalam bermacam tujuan, misalnya memotivasi kawan, menggentarkan lawan dan meluapkan gembira.
Kemerdekaan bangsa Indonesia dan perlawanan terhadap penjajahan ditandai dengan takbir. Takbir adalah yel pahlawan-pahlawan sepanjang sejarah. Itu dulu.
Kini bila terdengar takbir, jangan keburu menganggapnya syiar pengagungan. Boleh jadi, itu yel pembakaran tempt takbir dikumandangkan, masjid.
Kadang takbir diteriakkan dengan 2 nada berbeda. Salah satu nya teriak takbir sambil menganiaya orang lain. Lainnya teriak takbir karena dianiaya.
Syiar takbir telah mengalami reduksi dan mutilasi makna. Ia bisa jadi sarana pembodohan politisi culas atau calon maling yang berkampanye.
Sebagian orang yang sudah menjadi korban intoleransi dan persekusi sektarian atau yang berpotensi jadi korban mengalami trauma hingga syiar mulia ini terkesan semacam yel kebuasan.
Ironis! Takbir yang semula bemakna pengagungan Tuhan dan pengerdilan selainNya malah dijadikan prolog “tuhan-tuhan mini” melakukan perusakan.
Selain dieksploitasi sebagai sarana pembenaran intimidasi, meraih kekuasaan dan modus koruptor, kalimat suci ini kadang jadi sarana hiburan.
Di malam lebaran (malam takbiran) misalnya, takbir dinyanyikan dengan aneka irama, nada dan vokal mulai gaya dangdut hingga rock dan rap.
Meski demikian, seharusnya kita sebagai muslim moderat dan toleran menyelamatkan syiar ini dan simbol-simbol Islam lainnya, tidak justru menjauhinya apalagi turut mencemoohnya karena kecewa kepada gerombolan ekstremis irrasional yang merampasnya dan melumurinya dengan teror dan perusakan.