Mengetahui Batin Hisyam dan Karamah Imam Musa Kazdim as

Mengetahui Batin Hisyam

Ibnu Syahr Asyub menukil dari Hisyam bin Salim:

Setelah syahadahnya Imam Shadiq as, aku dan Abu Jakfar Muhammad bin Nu’man berada di Madinah. Masyarakat berkumpul menyatakan bahwa Abdullah bin Jakfar adalah seorang imam. Aku dan Abu Jakfar juga masuk dalam perkumpulan itu dan bertanya kepadanya [Abdullah bin Jakfar], “Berapakah yang wajib dizakati dari harta?”

Dia menjawab, “Lima dirham dari setiap dua ratus dirham.”

Aku berkata, “Berapakah dalam setiap seratus dirham?”

Dia berkata, “Dua dirham setengah.”

Aku berkata, “Demi Allah! Marhabah [nama sebuah golongan] juga tidak mengatakan sebagaimana yang engkau katakan.”

Allah mengangkat tangannya ke arah langit dan berkata, “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh marhabah.”

Kemudian kami pergi keluar dan bingung sambil menangis dan mengatakan, “Kita pergi menuju ke Marhabah atau ke Qadiriyah atau ke Mu’tazilah ataukah ke Khawarij?”

Pada saat itu aku melihat seorang lelaki tua yang tak kukenal. Dia mengisyaratkan dengan tangannya, ke sinilah.

Kami juga ketakutan, jangan-jangan seorang mata-mata dari Manshur. Karena dia memilih sejumlah mata-mata dan memenggal kepada setiap pecinta Ahlul Bait yang sepakat untuk seseorang. Aku berkata kepada Muhammad bin Nu’man berpisahlah dariku menjauhlah. Karena aku mengkhawatirkan jiwaku dan jiwamu dan aku akan pergi, apa yang akan terjadi. Aku pergi bersama lelaki tua itu dan tak terpikirkan sama sekali kalau aku selamat darinya. Lelaki itu membawaku ke rumahnya Imam Musa bin Jakfar kemudian dia pergi. Begitu saya masuk rumah, di sana ada Imam Musa as. Pertama beliau berkata kepadaku, “Tidak ke Marhabah, tidak ke Qadariyah, tidak ke Mu’tazilah juga tidak ke Khawarij, ke saya...ke saya...ke saya.

Aku berkata, “Saya menjadi tebusan Anda. Ayah Anda telah meninggal dunia.”

Beliau berkata, “Iya.”

Aku berkata, “Saya menjadi tebusan Anda! Siapa imam kita setelah beliau?”

Imam Musa as berkata, “Bila Allah menghendaki. Maka engkau akan diberi petunjuk.”

Aku berkata, “Aku menjadi tebusanmu. Abdullah menganggap dirinya [sebagai imam] setelah ayah Anda.”

Imam Musa as berkata, “Abdullah ingin Allah tidak disembah.”

Aku bertanya kembali, “Siapakah imam setelah ayah Anda?”

Beliau menjawab dengan jawaban yang sama.

Aku memahani berbagai kewibawaan dan keagungan dari Imam Musa dan hanya Allah yang tahu. Lebih banyak dari yang aku dapatkan dari ayahnya. Aku menjadi tebusan Anda. Saya akan bertanya kepada Anda sebagaimana yang pernah saya tanyakan kepada ayah Anda. Beliau berkata, tanyakanlah dan dapatkan jawabannya, tapi jangan diungkapkan karena bila engkau ungkapkan maka khawatir engkau dibunuh. Kemudian aku bertanya dan mendapatkan beliau bak lautan yang luas.

Hisyam berkata, “Aku menjadi tebusan Anda, para pengikut ayah Anda dalam kesesatan dan kebingungan, apakah saya harus menyampaikan masalah Anda kepada mereka? Dan saya beritahu tentang kepemimpinan Anda?”

Beliau berkata, “Bila engkau melihat ada perkembangan dan kebaikan, maka beritahukanlah dan mintalah kepada mereka untuk  berjanji menyembunyikannya. Bila mengungkapkannya, maka kematian bagi mereka adalah sebuah kepastian. Lalu Hisyam keluar dan mengabarkan kepada semua pengikut Ahlul Bait dan mereka datang menemui Imam Musa as dan meyakini kepemimpinannya. Dari sejak saat itu masyarakat tidak lagi pergi ke Abdullah bin Jakfar kecuali hanya segelintir orang. Ketika Abdullah bertanya tentang sebabnya, dijawab; Hisyamlah yang menjauhkan masyarakat dari anda.

Hisyam mengatakan, “Hisyam mengutus sekelompok orang untuk memukul saya, kapan mereka melihat saya.”

Karamah

Imam Musa as sedang melewati Mina. Beliau melihat seorang ibu bersama beberapa anaknya sedang menangis. Imam Musa mendekati perempuan itu dan menanyakan sebab tangisannya.

Perempuan itu menjawab, “Saya punya beberapa anak yatim dan satu sapi. Saya memenuhi kehidupan mereka dengan susu sapi itu. Tapi sekarang sapi itu mati.”

Imam Musa as berkata, “Maukah engkau, aku hidupkan sapi itu?”

Perempuan itu berkata, “Iya. Wahai hamba Allah!”

Imam Musa as pergi menepi dan mengerjakan salat dua rakaat. Kemudian berdoa. Setelah selesai berdoa, beliau mendekati jasad sapi itu. Beliau menyentuh sapi itu dengan kayu, lalu sapi itu bangun. Ketika perempuan itu melihat sapinya hidup kembali, dia  menjerit dan berteriak, “Demi Tuhannya Ka’bah! Ini adalah Isa bin Marya as.”

Masyarakat datang berkumpul dan ketika kondisinya sudah ramai, Imam Musa as pergi meninggalkan mereka tanpa mereka tahu.