APA PERBEDAAN DOA DAN SERUAN?


«وَ اسْمَعْ نِدائِی إِذا نادَیتُک  وَ اسْمَعْ دُعائِی إِذا دَعَوْتُک »

“(Ya Allah) Dengarkanlah doaku ketika aku berdoa kepadamu dan penuhilah seruanku ketika aku menyerumu”

Panggilan atau seruan adalah penyebutan nama dengan suara yang keras dan terkadang dari jarak yang jauh. Imam Ali as dengan dua pernyataan diatas ingin menjelaskan bahwa selayaknya manusia selalu menyeru tuhannya baik dari kejauhan maupun dekat,  dengan suara keras ataupun pelan. Karena manusia memiliki keadaan yang bermacam-macam, kadang dalam keadaan gembira dan di saat yang lain dalam keadaan sedih, kadang ingin menyeru tuhan dengan berteriak dan terkadang dengan suara yang pelan.

Nabi Musa as walaupun telah mencapai kedudukan yang tinggi dalam mengenal tuhannya, dia bertanya kepada Allah swt :

«أَقَرِیبٌ أَنْتَ مِنِّی فَأُناجِیک، أَمْ بَعِیدٌ فَأُنادِیک؛ فَأَوْحَی اللّه عزّوجلّ إِلَیهِ: یامُوسی! أَنَا جَلِیسُ مَنْ ذَکرَنِی. »

“Apakah engkau ini dekat dariku sehingga aku berbisik padamu ataukah jauh sehingga aku harus menyerumu ?”. kemudian Allah swt bersabda : “Wahai Musa ! sesungguhnya aku adalah teman duduk (selalu berada disamping) orang-orang yang mengingatku.” (Biharul anwar jilid 13 hal 342)

Dan di waktu yang lain Nabi Musa as berkata :

“Wahai Tuhanku, terkadang aku berada dalam kondisi-kondisi dimana saat itu adalah saat yang lebih baik untuk mengingatmu.”. kemudian Allah swt menjawab : “Wahai Musa ! Sesungguhnya mengingatku itu sangat baik dalam setiap keadaan.” (Biharul anwar jilid 13 hal 343)

Dan karena berdoa juga merupakan salah satu bentuk dari mengingat Tuhan, maka ketika manusia menyeru Tuhan dengan memenuhi syaratnya, dia akan didengarkan. Doa memiliki ciri yang lain dimana para Imam as menginginkan manusia dengan doa tersebut dapat menarik perhatian Ilahi dan dengan amalan tertentu bisa merasa lebih dekat dengan Tuhan, dan juga dengan pernyataan tertentu bisa lebih merendahkan dirinya dihadapan-Nya, yang mana keadaan seperti itulah yang harus dimiliki manusia ketika menghadap kepada-Nya.

Bahkan Allah swt pernah berkata kepada Nabi Isa as :

«یا عیسی! إعلَمْ أَنَّ سُروری أن تُبَصْبِصَ إلَی، وَکن فِی ذلِک حَیا ولاتکن مَیتا »

“Wahai Isa, Ketahuilah ! Sesungguhnya kegembiraanku adalah ketika engkau berharap padaku (seperti seekor anjing yang berharap atau takut pada tuannya dengan mengibaskan ekornya), dan hiduplah dengan keadaan seperti ini, dan bukanlah mati.” (Biharul anwar jilid 14 hal 298)

Dan juga bersabda : “Wahai Isa ! serulah aku layaknya seruan orang yang sedang tenggelam dan tidak ada yang satupun yang mendengar teriakannya.” (Biharul anwar jilid 14 hal 295)

Jika seorang hamba menginginkan hubungan yang langgeng dan kekal dengan Tuhannya maka dia hendaknya berdoa dengan penuh cinta dan pengharapan, sebagaimana Tuhan juga dengan keagungan dan kebesaran-Nya membuka diri-Nya dengan cinta dan kasih sayang.

“Ya Allah, Jadikanlah aku diantara orang-orang yang berdoa dan menyerumu yang mana engkau menjawab seruan dan doanya”

Dari sisi yang lain setelah munculnya kesiapan untuk mendengar seruan tuhan dan pengaruhnya dalam diri seorang hamba, di akhir munajatnya dia akan meminta :

“Ya Allah, Jadikanlah aku diantara orang-orang yang engkau seru dan dia menjawab seruan-Mu.”