Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengajarkan Bersyukur Pada Anak, Sebagai Penguat Karakter Di Masa Mendatang

2 Pendapat 05.0 / 5

Bersyukur adalah pedoman yang tak semata ritualiah ucapkan dari lisan semata, namun ia juga harus di bangun dan di kuatkan dalam pondasi nurani dan pembiasaan, karena dengannya kebaikan akan muncul dengan sendirinya.

Mengajarkan Bersyukur pada anak – Tak sedikit daripada anak yang mengeluh dan merasakan cepat bosan terhadap segala-sesuatu yang di berikan kepadanya. Padahal, sebelumnya ia justru merengek menginginkan benda tersebut. Sebagian dari kita sebagai orang tua mungkin menganggapnya adalah hal yang biasa saja. Alhasil demi mendiamkan rengekan sang anak, sang bunda memberikannya barang-barang yang dimaksud dalam rengekan anak tersebut. “Yah namanya anak-anak, ga tega ngelihat nangis mulu sist, jeng, bun”

Ya bener juga sih, jika dilihat-lihat. Namun tentu ada konsekuensi lain daripada hal yang dibiasakan dengan cara seperti ini. Konsekuensi positif mungkin sang anak menghentikan rengekannya, dan para bunda bisa kembali asyik, ber WhatsApp ria dengan grup arisannya. Namanya juga masih mamah-mamah imut ketjeh yang hidup di eranya generasi Millenial masa kini. Katanya bang yoris Sebastian sih Generasi Langgas gitu.

Nah tapi, jika ini di biarkan kessian anaknya bunda :(. Bayangin aja, jika mereka terbiasa melakukan hal tersebut, akhirnya mereka menjadi sulit untuk membiasakan diri untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya.

Berulang hal tersebut terjadi, “mah bosan mah minta mainan baru”, “mah bosan mah ini sudah copot”, “mah bosan mah minta papa baru” UPSS. dengan segera orang tua khususnya sang bunda atau ayahnya menuruti, hingga anda tak sadar ternyata buah hati anda tersebut telah beranjak dewasa, dan anda tak tau harus bagaimana cara menghentikannya. Terlambat? Entahlah, hanya Allah yang tau selanjutnya.

Ayah-bunda yang baik hati. Yuk berfikir sejenak. Mungkin menuruti anak adalah bagian dari rasa kasih sayang terhadapnya. mungkin juga apa yang dilakukan tersebut adalah bagian dari manifestasi rasa tidak inginnya anda melihat anak merasakan kegetiran hidup seperti yang pernah anda rasakan. Namun akan lebih baik lagi cobalah untuk memperhatikan setiap permintaan anak itu. Sudah tepat atau belum.

Jika memang mendesak maka Anda bisa berusaha sebaik-baiknya untuk menuruti namun jika tidak, sebaiknya untuk memberikan pengertian mengapa permintaan mereka belum bisa dituruti atau tidak.

Hal itu mudah? Tentu saja tidak, karena memberikan pengertian terhadap anak yang masih kecil tidak sama dengan memberi tau kepada orang dewasa.

Cara memberi taunya pun harus dengan bahasa yang mudah dimengerti misalnya, sang anak merengek minta mainan baru “mah minta belikan mainan baru”, “nak mainan ini kam masih bagus, masih bisa di pake ini (menunjukkan bukti/contoh)…… sembari anda memberikan pengertian bahwa sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang dianut”

Perlu secara perlahan dan konsistensi dalam membiasakan anak untuk menerima dan menghargai apa saja pemberian dari orang lain. Termasuk hal kecil ini, yaitu menghargai dan merawat mainan yang diberikan kepadanya. Hal ini penting agar di masa depannya ia terhindar dari permasalahan dengan adaptasinya untuk menghargai orang lain.

Karena jika hal ini di biarkan saja, hal inilah yang akan menjadikan sang anak mengalami permasalahan dalam hubungan sosial dirinya dengan orang lain. Jika hubungan sosialnya saja bermasalah, maka permasalahan lain pun akan muncul dan merembet ke segala dimensi sosial yang ada. Mulai dari permusuhan, pertikaian, perceraian, hingga saling bunuh-membunuh. Aduh serem ya, padahal muaranya cuma akibat dari kurannya rasa syukur dan menghargai.

Demi anak kita, mulailah untuk para bunda tidak abai terhadap rengekan anak. Menganggap tidak remeh dan cepat menyuap dengan aneka barang yang disuka saat ia meminta juga tidak mencerminkan kasih sayang. Karena kasih sayang itu sifatnya meningkatkan kapasitas, kualitas kehidupan bukan memanjakan, dan melenakan. Dan dengan mengajarkan bersyukur pada anak semoga anak kedepannya dapat menjadi manusia yang lebih peka terhadap sesamanya.