Wanita dalam Al-Qur’an (Bag 1)

Dikisahkan, ada seorang Orientalis Barat yang telah mempelajari Al-Qur’an selama 10 tahun. Berbagai buku telah ia baca. Bermacam orang muslim telah ia temui. Tapi dia belum juga tersentuh dengan hidayah islam. Hingga suatu malam, dia sedang membuka-buka Kitab Hadist dari Rasulullah saw. Pandangannya terhenti sejenak pada salah satu Hadist Rasulullah yang membuatnya tercengang. Dia menutup Kitab itu dan kemudian bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Ya, dia masuk Islam setelah 10 tahun mempelajarinya. Dia mendapat hidayah melalui satu Hadist dari Rasulullah saw. Tahukah anda apa Sabda Rasulullah yang ia baca?

Rasulullah saw bersabda:

“WAHAI FATIMAH, SESUNGGUHNYA ALLAH MARAH DENGAN KEMARAHANMU DAN RELA DENGAN KERELAANMU”

Mendengar Sabda ini, seorang Orientalis itu terkagum-kagum. Dia berkata, “Agama Islam adalah agama yang paling Agung karena Allah menitipkan kerelaan-Nya pada seorang wanita. Sungguh, Islam begitu memuliakan wanita.”

Akhir-akhir ini, wanita berada di dua kondisi yang memprihatinkan. Di satu sisi, wanita dipenjara dalam kebodohan. Tidak boleh tau dunia luar, tidak boleh berinteraksi dengan masyarakat. Menjadi budak suaminya dan hidup dalam tekanan. Di sisi lain, wanita tergoda oleh kebebasan yang dijanjikan dunia barat. Mereka bebas melakukan apapun, bertemu siapapun dan bekerja dimanapun.

Dari dua kondisi ini. Seakan kita menilai bahwa kondisi kedua jauh lebih baik daripada kondisi pertama. Wanita mendapatkan kebebasan mutlak. Dia boleh melakukan apapun yang bisa dilakukan lelaki. Kondisi ini tak seindah dipandang mata, dunia barat mencetuskan kebebasan wanita hanya sebagai kedok untuk menggiring wanita melepaskan ke-wanitaanya.

Sementara Islam dituduh sebagai agama yang kolot, penuh dengan kekerasan dan merendahkan martabat wanita. Mengekang kebebasannya serta menggap wanita sebagai manusia nomer dua di alam ini.

Benarkah tuduhan itu?

Bagaimana sebenarnya sikap Al-Qur’an kepada seorang wanita?

Dalam beberapa hal yang prinsip, Allah menyamakan posisi wanita dengan lelaki. Allah sama sekali tidak membedakan lelaki dan wanita dalam pandang-Nya.

1. Sama dalam Asal Ciptaannya.
Ketika menciptakan manusia, Allah swt sama sekali tidak membedakan asal ciptaan lelaki dan wanita. Wanita tidak pernah di nomer duakan. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا -١-

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah Menciptakan kamu dari diri yang satu , dan (Allah) Menciptakan pasangannya darinya”

(An-Nisa’ 1)

Ayat ini cukup menjelaskan bahwa menurut Islam tidak ada kelas yang berbeda antara lelaki dan wanita.

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى -٣٦- أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى -٣٧- ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى -٣٨- فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى -٣٩-

“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah Menciptakannya dan Menyempurnakannya, lalu Dia Menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan.”

(Al-Qiyamah 36-39)

2. Sama dalam menerima Taklif.
Allah mengutus Rasul-Nya untuk lelaki dan wanita. Semua perintah dan larangan yang dibawa oleh Rasulullah adalah umum untuk lelaki dan wanita. Tidak ada pilih kasih dalam urusan syariat. Dalam perintah ibadah misalnya, dengan jelas Allah memerintahkan untuk keduanya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ -٢١-

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhan-mu yang telah Menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”

(Al-Baqarah 21)

Dalam perintah ibadah, Allah menggunakan kata manusia. Tidak khusus untuk lelaki saja. Hanya saja, dalam tata caranya ada perbedaan sesuai kondisi masing-masing.

3. Sama dalam perjalanan menuju puncak kesempurnaan.
Allah adalah Pencipta segalanya. Ketika Allah menciptakan sesuatu, tujuannya adalah agar ciptaan itu sampai pada kesempurnaan. Begitu pula ketika menciptakan lelaki dan wanita. Keduanya Allah ciptakan agar sama-sama dapat mencapai tingkat kesempurnaannya. Ini bukan lagi berbicara tentang jasad. Bagian diri kita yang menyempurna adalah ruh. Dan ruh itu tidak lagi berupa lelaki ataupun wanita.

Bahkan, Allah beberapa kali menceritak tentang para wanita yang bisa sampai pada puncak kesempurnaan manusia. Allah abadikan nama mereka di dalam Al-Qur’an. Seperti istri Fir’aun dan Sayyidah Maryam. Allah menjadikan keduanya contoh bagi lelaki ataupun wanita. Karena kesempurnaan manusia adalah kesempurnaan ruh, bukan jasadi lagi.

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِندَكَ بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ -١١- وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ -١٢-

Dan Allah Membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhan-ku,bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,”

Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami Tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (Ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhan-nya dan kitab -kitab-Nya; dan dia termasuk orang-orang yang taat.

(At-Tahrim 11-12)

Bayangkan, betapa Islam mengagungkan wanita. Sampai Allah sendiri yang menjadikan wanita sebagai contoh bagi lelaki maupun wanita. Bahkan, seorang Nabi bisa terheran-heran dengan tingginya tingkat kesempurnaan seorang wanita seperti Maryam. Padahal Zakaria adalah seorang Nabi.

كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقاً قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَـذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللّهِ إنَّ اللّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ -٣٧-

Setiap kali Zakariyya masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah Memberi rezeki kepada siapa yang Dia Kehendaki tanpa perhitungan.

(Ali Imran 37)

Teringat Rasulullah saw ketika ingin menampakkan kesempurnaan putrinya, beliau bersabda:

“ANDAI KEBAIKAN ITU BERWUJUD SESEORANG, MAKA DIA ADALAH FATIMAH”

Ditengah Arab Jahiliyah yang begitu merendahkan wanita. Disaat anak perempuan adalah aib. Rasulullah datang untuk mendobrak tradisi itu. Ketika putrinya datang, beliau menghormatinya dengan berdiri lalu memeluk dan mencium tangan putrinya. Apakah ini yang disebut ajaran yang merendahkan wanita?

 

4. Sama dalam memperoleh keadilah Allah.
Allah menciptakan Alam dan menegakkanya dengan keadilan. Para Nabi pun diutus untuk menegakkan keadilan di bumi. Allah berfirman:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ -٢٥-

“Sungguh, Kami telah Mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami Turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.”

(Al-Hadiid 25)

إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ -٤٢-

“Sesungguhnya Allah Menyukai orang-orang yang adil.”

(Al-Ma’idah 42)

إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ -٩٠-

“Sesungguhnya Allah Menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.”

(An-Nahl 90)

Mungkinkah dengan Maha Adil-Nya, Allah membedakan antara lelaki dan wanita? Bahkan dengan gamblang Allah memberi pahala kepada lelaki dan wanita tanpa membeda-bedakan. Allah memberi pahala sesuai perbuatannya bukan karena ia lelaki atau wanita.

أَنِّي لاَ أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى -١٩٥-

“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan”

(Ali Imran 195)

Dengan Keadilan Allah ini, mustahil ada ajaran Islam yang merendahkan wanita dibawah pria.

Namun, bukankah banyak hal lain yang seakan membedakan perempuan dan lelaki? Seperti perbedaan dalam warisan, anak perempuan hanya mendapat separuh dari anak lelaki?

Bukankah banyak juga riwayat yang menyebut wanita ini kurang akal? Kurang agamanya? Seakan wanita ini adalah pangkal masalah kehidupan?

Bukankah istri harus tunduk pada suaminya dalam islam?

Apakah hal-hal diatas tidak berarti Islam sangat merendahkan martabat wanita?

Simak Jawabannya di Wanita dalam Al-Qur’an (Bag 2)