PERNIKAHAN AGUNG

Semua tahu bahwa alangkah berharganya Sayyidah Fathimah bagi Rasulullah saw, beliau adalah bidadari berwujud manusia yang ketika Nabi saw. rindu surga maka beliau mencium Fathimah untuk merasakan wanginya surga.
Para Sahabat tahu benar bahwa besarnya rasa sayang Rasulullah kepada pemimpin wanita seluruh alam Fathimah Azzara as. Beliau bersabda terkait putri tercintanya: “Fathimah dari ku dan aku dari Fathimah.” Kalimat pendek namun mengandung kedalaman makna yang menunjukkan hakikat Azzahra disampaikan oleh manusia paling sempurna. Para Sahabat pun sering mendengar bahwa Muhammad saw. sering memuji wujud Fathimah as. seraya mengatakan: “Fathimah merupakan manusia paling mulia, ia adalah darah dagingku, pelipur lara dan buah hatiku.”
Seiring berjalannya kehidupan, kini Fathimah telah mencapai masa pernikahan, namun siapakah yang pantas meminang wanita termulia ini? Siapa yang menjadi pendamping Fathimah yang keridoaannya adalah keridhoan Tuhannya?
Para pembesar Arab termasuk sahabat besar Abu Bakar dan Umar bin Khathab ra. berbondong-bondong ke rumah Rasulullah saw untuk melamarnya, namun Fathimah menolaknya dengan penuh kearifan dan akhlak mulia. Sampailah pada waktu dimana Rasul menyampaikan bahwa yang melamarnya adalah Ali al-Murtadho, ketika mendengarnya Fathimah pun dengan sifat pemalu nya menundukkan kepalanya dan terdiam. Nabi Muhammad faham bahwa diamnya merupakan tanda keridhoannya untuk menerima Lamaran anak dari paman Rasulullah tersebut.
Rasulullah saw dengan penuh kebahagiaan mengucapkan takbir seraya bersabda: “Allahu Akbar, Fathimah telah ridho (dengan lamaran Ali), diamnya adalah tanda keridhoannya.”
Siapakan yang paling layak menyandang kemuliaan sebagai Imam bagi pemimpin wanita seluruh alam? Siapa dari kalangan Sahabat yang lebih baika dari Ali as.?Hanya Ali yang pantas menyandang kemuliaan tersebut, karena dialah yang dimaksud dari nafs Nabi (diri Nabi) ketika turun ayat Mubahalah,

(فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ)
[Surat Ali ‘Imran 61]

“Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, katakanlah (Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrimu, kami sendiri dan kamu juga, kemudian marilah kita ber-mubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”

Imam Ja’far Ash-Shidiq as. berkata: “Sesungguhnya jika seandainya Ali as. Tidak melamar Bunda Fathimah salamulloh ‘alaiha, maka sampai hari kiamat pun dari zaman Nabi adam sampai setelahnya tidak akan ada yang sekupu/sepadan dengannya.”
Meskipun mahar yang diberikan Amirul Mukminin tidaklah banyak, namun seluruh alam bersaksi akan keagungan pernikahan dua insan paling mulia di sisi Rasulullah ini dan kecintaan beliau pada putri Rasulullah ini sangat besar. Amirul Mukminin berkata: “ketika melihat Fathimah, maka segala lara, duka dan rasa sedih pun hilang seketika.”
Inilah pernikahan agung dimana mempelai wanitanya adalah Al-Kautsar dan mempelai prianya adalah Haidar al-Qarrar, yang menikahkannya adalah Tuhan Semesta Alam, saksinya adalah utusan-Nya yang paling mulia penutup para Nabi, Arasy merupakan tempat terlaksananya pernikahan ini. Kebahagian meliputi seluruh alam dengan pernikahan dua insan sempurna ini.