Harakah Jawhariyah Dalam Perbincangan

1. Pengantar
Untuk mengenal lebih jauh tentang teori transformasi substansi (harakah jawhariyah) ada dua  ilustrasi yang mungkin dapat mendekatkan dan melihat signifikansinya :
 
a. Sebagian besar manusia, bahkan mungkin seluruh manusia mengira bahwa matahari yang selalu menyinari bumi mereka adalah matahari yang sama dengan matahari ribuan tahun silam. Padahal matahari selalu berubah dan berganti. Yang mengecoh kita adalah kemiripannya. Karena mirip antara matahari ribuan tahun lalu dan matahari yang sekarang kita menganggap itu sebagai matahari yang sama. Substansi (jawhar) matahari selalu berubah secara bertahap.[1]
 
b. Jika seorang individu manusia menikah bersamaan waktunya dengan pernikahan jin, tetangganya dan kemudian kedua keluarga yang berbeda itu melahirkan anak, kira-kira anak siapakah yang lebih cepat pertumbuhannya? Anak-anak jin dan setan  akan cepat tumbuh, sementara manusia terutama tubuh materinya membutuhkan tiga hal: tempat,waktu dan potensi. Sang Sufi Sa’id al-Bar pernah mengatakan bahwa setan dalam satu waktu bisa berada di tempat dan waktu yang berbeda.
 
 
2. Pendukung Transformasi Substansi (Harakah Jawhariyah)
Perubahan adalah hal yang alami di dunia ini. Alam (materi) identik dengan perubahan itu sendiri.  Jika tidak berubah maka ia tidak bisa disebut materi. Krena selalu berubah-ubah materi tidak bisa diketahui dan identik dengan ketiadaan pengetahuan, serta tetutup karena berdimensi. Sisi yang atas tidak mengetahui sisi yang bawah atau sisi samping dan begitu pula sebaliknya.  Materi ini berubah tidak hanya aksidennya tapi juga substansinya.  Selalu bergerak dan senantiasa berubah (moving)  dan bukan menjadi berubah atau digerakan (being moved).
 
Ada beberapa kata kunci yang menjadi elemen dari teori trasformasi substansi (harakah jawhariyah) Mulla Sadra. Kunci-kunci itu adalah  hayula yang menjadi lokus (mawdhu’) dari  harakah jawhariyah, Kerjasama antara akal dan indera dalam menyerap gerakan(harakah), Harakah itu berlaku untuk wujud yang paling  rendah yang ingin menyempurna,  Harakah bukan hanya dalam tataran kulit, luaran tapi dalam tataran substansi. Harakah adalah aktualitas yang berproses mejadi mewaktu.
 
 
 
3. Pandangan Para Filsuf Secara Umum tentang Gerakan
 
Seperti yang Anda ketahui dalam filsafat atau sejarah pemikiran secara umum ada tiga tokoh yang berbicara tentang gerakan. Yang pertama diwakili oleh Parmedines dan Zeno  yang memandang tidak ada gerakan, gerakan atau perubahan  adalah ilusi. Yang kedua Heraklitus yang memandang bahwa dunia ini seperti air sungai yang terus mengalir, selalu baru (panta rei). Dan yang ketiga mayoritas para filsuf yang mempertahankan tentang adanya  gerakan (harakah) dan adanya juga diam (sukun).
 
4. Rival teori transformasi substansi (harakah jawhariyah) yaitu teori Heraklitus dan tajadud Amtsal Ibnu Arabi dan Teori Darwin
 
 
Prinsip transformasi substansi (harakah jawhariyah)  sebenarnya bukan isu yang baru sebelum Mulla Sadra pandangan ini sudah diterima oleh sebagian tokoh seperti Heraklitus dan Ibnu Arabi.
 
Perbandingan teori Heraklitus dan Ibnu Arabi adalah bahwa dalam teori Heraklitus  observer itu tidak bergerak sementara dalam teori Mulla Sadra bahkan observer juga bergerak. Adapun dalam teori tajadud amtasal Ibn arabi ada diskontinuitas karena selalu ada wujud baru. Sementara teori Mulla Sadra mempertahankan kontinuitas (labsun ba’da labsin).
 
 
 
  Transformasi Substansi (harakah jawhariyah) Tajadud Amtsal
Subyek (mawdhu’) Substansi materi Wujud
Keluasan, cakupannya Hanya wujud materi Seluruh wujud baik materi dan non materi
Penciptaan (ja’l) Dua i’tibar, i’tibar wujud dan i’tibar tajadud Penciptaan basith
   
 
 
Ada sebagian yang melihat kesamaan antara transformasi substansi (harakah jawhariyah) dan teori Darwin  ‘the origin of species’ Namun menurut  Kazem Misbah Musawi dalam disertasinya ‘substantion motion of Mulla Sadra’  minimal ada tiga perbedaan antara keduanya. Pertama transformasi substansial terkait dengan  seluruh eksistensi individual (all individual existence) , sementara evolusi Darwin hanya terkait  species saja, yaitu populasi yang lebih baik dalam beradaptasi, Kedua transformasi substansi (harakah jawhariyah) bersifat universal, sementara evolusi Darwin hanya untuk makhluk-makhluk hidup saja (living creatures) dan ketiga transformasi substansi  (harakah jawhariyah)  adalah perubahan dalam substansi (jahwar) sedang dalam evolusi Darwin perubahan dalan sifat/karakterindividu (traits of individual) melalui mekanisme seleksi.   .
 
Menurut Dr. Muhammad Kamal, “Sensible world actual in some way and potential in other, yet change from potential to actual, but not complete.” Menurut Mulla Sadra,  alam dunia ini tidak benar-benar materi seperti yang diklaim Aristoteles yang meniscayakan hubungan bersifat mekanis. Tapi alam materi  not builtd  in blind  and created by perfect cause.[2]
 
Dengan kata lain, transformasi substansi (harakah jawhariyah) terjadi pada wujud yang paling rendah dan karena rendahnya wujud ini hanyalah potensi saja. Wujud yang terbatas dan hanya potensi ini ingin terus aktual; berproses dari satu aktual ke aktual lain dan terus begitu untuk mencapai aktualisme murni. Transformasi dari wujud yang rendah menuju wujud yang lebih sempurna (evolusi) terjadi di luar hanya saja pikiran membagi menjadi dua yaitu potensi (hayula) dan aktual (shurah).
 
 
 
 
CATATAN :
 
 
[1]Kazem Misbah Musawi dalam disertasinya dengan judul ‘substantion motion of Mulla Sadra’ dari Mc Ghill University Canada.
 
[2]Muhammad Kamal, Mulla Sadra Transcendent Philosophy, ( USA : Ashgate Publishing, 2006)