Menangis, Berduka dan Memukul Dada Sunnah Siapa? (Bagian 2)

Ibn Taimiyah meyakini menangis, membuat Majelis duka dan memukul dada adalah hal tolol dan Bidah yang diada-adakan. Untuk itu perlu kiranya kita melihat menangis dan meratap dalam kacamata syariat Islam.

Menangis dalam Kacamata Al-Quran
Allah swt Berfirman dalam Surat Taubah 82:
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.”
Allah swt berfirman pula dalam surat Maryam 58:
إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.”
Allah swt berfirman dalam surat Al-Isra 109:
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu”
Allah swt berfirman dalam surat Maidah 83:
وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَىٰ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui.”
Meratap dan Berduka dalam Al-Quran
Hakikatnya, menangis dan meratap tidak ada masalah selama tidak berburuk sangka kepada Allah swt. Sebagaimana tangisan dan ratapan Nabi Yaqub as ketika berpisah dengan Nabi Yusuf as.
Allah swt berfirman didalam surat Yusuf 84:
وَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ
“Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Owh…. duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).”
Allah swt berfirman didalam surat Yusuf 86:
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ya'qub menjawab: "Owh….Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya".
Thabari menafsirkan,
وَحَدَّثَنَا مُجَاهِدٌ قَالَ: ثنا يَزِيدُ قَالَ: أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: «غَابَ يُوسُفُ عَنْ أَبِيهِ فِي الْجُبِّ وَفِي السِّجْنِ حَتَّى الْتَقَيَا ثَمَانِينَ عَامًا، فَمَا جَفَّتْ عَيْنَا يَعْقُوبَ، وَمَا عَلَى الْأَرْضِ أَحَدٌ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ مِنْ يَعْقُوبَ» . وَقَالَ آخَرُونَ: كَانَتْ مُدَّةُ ذَلِكَ ثَمَانَ عَشْرَةَ سَنَةً
“Yaqub menangisi dan meratapi Yusuf selama 80 tahun hingga matanya memutih dikarenakan banyaknya menangis dan meratap.”
(Jamiul bayan an tawilil quran, Juz.13, hal.361, penerbit: Darul Hajar li Thibaah, Cetakan pertama 1422 H)
Tidak hanya Yaqub, Qurthubi meriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Yusuf ketika dimasukan kedalam penjara, banyak menangis sehingga dinding-dinding penjara ikut menangis.
Qurthubi dalam tafsirnya berkata,
وَيَبْكِي حَتَّى تَبْكِيَ مَعَهُ جُدُرُ الْبُيُوتِ
“Dan Yusuf menangis sampai dinding penjara ikut menangis bersamanya.”
(Tafsir Qurthubi, Juz.9 hal.188, Penerbit Darul Kutub Mesir, Cetakan kedua, tahun 1384 H)
Islam adalah agama rahmat dan kasih sayang. Untuk itu Allah swt tanpa “malu” mencantumkan tangisan dan ratapan didalam Al-Quran sebagai bentuk bahwa Islam tidak bertolak belakang dengan fitrah kemanusiaan, bahkan seiring dengan fitrah manusia.
Jika agama bertolak belakang dengan akal dan fitrah kemanusiaan, bagaimana mungkin agama tersebut diterima oleh manusia? Terlebih agama tersebut adalah agama sempurna dari berbagai dimensi sebagai penutup agama-agama?
Tentu kita balik bertanya kepada para penentang akal dan fitrah kemanusiaan atas nama agama, apa bukti bahwa menangis, meratap dan berduka adalah sesat dan bid’ah?
Bersambung…..