Hitam-Putih Asyura: Mengapa Kita Baca Kisah Karbala dari Halaman Hitamnya Saja? (Bagian Pertama)

Allamah Murtadha Muthahari adalah sedikit di antara ulama yang tanpa tedeng aling-aling berani mengkritisi penyimpangan ma’nawi (makna/pemahaman) dan lafzhi (teks/lafal) terhadap peristiwa Karbala. Muthahari memberikan perhatian khusus terhadap tragedi Karbala dan menyorotinya secara kritis dan ilmiah. Dan melalui ceramah dan orasinya yang luar biasa yang kemudian dibukukan dalam tiga jilid kitab yang berjudul “Hamasah Husaini” yang diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan judul “al-Malhamah al-Husainiyyah”, beliau mengkritik habis penyimpangan pemahaman terhadap peristiwa Karbala.

Tulisan ini adalah saduran dan terjemahan bebas dari kitab tersebut yang semoga bisa menyadarkan mereka yang hanya hanyut dalam warna hitam Karbala dan melalaikan warna putihnya yang lebih terang.

Seringkali peristiwa Asyura dikupas dan dibahas hanya dari aspek kejahatan dan kriminalitasnya alias aspek hitamnya. Dan hadirin “diprovokasi” dan “disentil” emosinya dengan ma’tam (pembacaan syair duka) dan maqtal (narasi sedih kronologis tragedi Karbala). Bahkan tidak jarang syair-syair duka yang dibuat ternyata mengada-ngada alias palsu/bohong, tidak sesuai fakta dan cenderung hiperbolis. Demikian juga pembacaan maqtal pun tidak luput dari episode-episode yang tidak jelas sumbernya alias tidak muktabar serta dibumbui dengan penyimpangan dan pemutarbalikan fakta.

Misalnya, dalam suatu syair ma’tam dikatakan: Tanpa kepala tubuh berserak tak dikafani tak dishalati tak dimandikan tak dikuburkan.

Perhatikan, ada yang ganjil/aneh tidak dengan syair di atas? Ya, ada. Kata yang miring di atas itu yang salah kaprah. Bukankah menurut fikih dalam bab ahkam syahid (hukum-hukum orang yang syahid) dijelaskan bahwa memandikan mayit Muslim dan mengkafaninya itu hukumnya wajib tapi syahid yang gugur di medan perang di jalan Allah dikecualikan dari hukum ini?!

Tragedi Asyura dan sejarah Karbala memiliki dua halaman: Satu halaman putih yang bercahaya dan satu halaman lagi gelap dan pekat (hitam). Dan kedua halaman tersebut tidak ada tandingannya atau nyaris tidak ada lawannya.

Kisah Karbala adalah kisah yang berisi dua halaman dan halaman salah satunya harus lebih banyak ditelaah.

Halaman ini (aspek putih) mengandung sisi positif dan merupakan pertunjukan dari keagungan dan kebesaran insaniah, juga penampakan dari  keluhuran budi dan penuh dengan kisah epik dan heroik. Dan kisah tersebut mendemontrasikankan  kedahsyatan, keberanian, dan pembelaan kebenaran dan kesetian kepada kebenaran.

Dalam sudut pandangan ini, pahlawan cerita ini bukan putra Muawiyah (Yazid), juga bukan anak Ziyad (Ubaidillah), dan bukan pula anak Sa’ad (Umar). Pahlawan dan pemenang kisah ini adalah anak-anak Ali bin Abi Thalib–karramallah wajhah, yaitu: Husain bin Ali, Abbas bin Ali dan Zainab binti Ali. (Murtadha Muthahari).

Husain adalah seorang hamasi (penuh spirit dan semangat). Spirit yang ada pada Husain adalah spirit kemanusiaan,bukan spirit golongan/kelompok. Perkataan Husain,perbuatan Husain, peristiwa yang dialami Husain, ruh Husain, dan seluruh hal yang terkait dengan Husain pasti menggocangkan dan menggetarkan. Ya, Husain senantiasa menggerakkan dan mengoyang. Husain selalu berbagi pelajaran dan tindakannya mencipratkan energi.

Anda tidak akan temukan di dunia seorang yang memiliki spirit (dari sisi kemanusiaan yang universal, bukan kefanatikan kelompok dan golongan yang sempit) setinggi dan sehebat Husain. Husain adalah pionir kemanusiaan dan melodi kemanusiaan. Dan karena alasan inilah saya berani katakan bahwa Husain tidak ada tandingannya. Anda tidak akan pernah temukan spirit ala Husain ini baik dari sisi kekuasaan dan kekuatannya maupun dari sisi ketinggian dan keagungan insaniahnya.Dan sayangnya, kita sebagai masyarakat biasa tidak mampu mengenal dan memahami spirit ini.

Mengapa kita jarang menelaah kisah Karbala dari aspek dan warna putihnya yang bercahaya? Padahal, aspek spirit dan warna putih kisah Karbala seratus kali lebih dahsyat daripada aspek hitamnya (kejahatannya)? Pada hakikatnya, sisi putih Asyura mengungguli sisi hitamnya. Harus kita akui bahwa salah satu penjahat terhadap Husain bin Ali adalah kita sendiri yang menelaah dan membaca sejarah Karbala hanya dari satu halaman saja, yaitu halaman hitamnya dan kita tidak mau membaca halaman putihnya. Maka, penjahat yang menzalimi Imam Husain adalah mereka yang berupaya memutarbalikkan dan menyimpangkan fakta sejarah Karbala dari tujuan yang hakiki.

Satu hari mereka telah membunuh Husain dan mereka bahkan memisahkan kepalanya dari badannya.Tapi Husain bukan hanya badan ini.Husain bukan seperti saya dan Anda. Husain adalah ideologi.Husain adalah madrasah. Husain justru “lebih hidup” setelah kematiannya. Rezim Bani Umayyah mengira bahwa setelah mereka membunuh Husain maka tamatlah riwayatnya. Ternyata mereka baru memahami bahwa Husain “lebih mengganggu” setelah kesyahidannya. Makam Imam Husain tidak pernah sepi dari peziarah dan pencintanya. Demikianlah yang dikatakan oleh Siti Zainab kepada Yazid: Anda telah melakukan kesalahan besar.

«كِدْ كَيْدَكَ وَ اسْعَ سَعْيَكَ، ناصِبْ جَهْدَكَ، فَوَاللَّهِ لا تَمْحو ذِكْرَنَا وَلا تُميتُ وَحْيَنا»

Maksimalkan tipu dayamu dan optimalkan usahamu serta peras keringatmu. Demi Allah, engkau tidak akan pernah mampu menghapus nama kami dan tidak akan pernah bisa memadamkan citra/pelita kami.

Saya tidak katakan bahwa halaman gelapnya harus dilupakan dan tidak dilihat, ia harus dibaca dan dilihat. Tapi kasidah kesedihan dan syair duka ini harus dicampur dengan hamasah (spirit). Bahwa benar syair duka ini harus tetap dihidupkan—sebagaimana dihimbau oleh Nabi saw dan para imam ahlul bait. Syair duka dan kisah musibah ini tidak boleh dilupakan dan harus tetap dibaca sehingga masyarakat tersentuh hatinya dan menangis,tapi mereka menangisi dan meratapi sang pahlawan. Karena itu, kepahlawanannya dan perjuangannya harus menjadi jelas bagi Anda. Bila tidak, Anda hanya meratapi seorang yang tak berdaya yang kehilangan tangan dan kaki. Dan tangisan seperti ini tak bermakna. Mestinya Anda menangisi seorang pahlawan supaya Anda merasakan kepahlawanannya, supaya Anda mengalami spiritnya, supaya Anda pada batas-batas tertentu juga mempunyai semangat juangnya dalam membela kebenaran dan menegakkan keadilan serta mengibarkan kebebasan.