Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pengorbanan nan Indah di Mata Al-Aqilah

1 Pendapat 05.0 / 5

Tawanan syuhada Karbala digiring Ibnu Saad ke Kufah. Tiba di kedatangan masuk kota yang dulu menjadi pusat pemerintahan Amirul Mu`minin Ali bin Abi Thalib as ini, penduduk berkerumun untuk melihat kafilah yang datang itu. Seorang wanita menghampiri tawanan itu dan bertanya, Dari manakah kalian?
Dijawab, Kami adalah tawanan, berasal dari keluarga Nabi Muhammad saw.
Wanita itu berinisiatif mengumpulkan kain untuk diberikan kepada para wanita tawanan yang mulia ini. Penduduk pun histeris dan menangis.
Imam Ali Zainul Abidin as berkata: ا تنوحون وتبكون من اجلنا فمن قتلنا؟; “Apakah kalian meratap dan menangis karena kami? Lalu siapakah yang telah membunuh kami?” Kemudian beliau menyeru di hadapan penduduk:
“Hai orang-orang.. Siapa yang tidak mengenalku, maka ketahuilah bahwa aku Ali bin Husein bin Ali. Akulah putra orang yang disembelih di dekat sungai Efrat; akulah putra orang yang dirampas kehormatan, ketentraman dan harta bendanya; dan yang ditawan keluarganya.. Menjadi nistalah kalian! Bagaimana kalian nanti saat menjumpai Rasulullah (saw), dan beliau mengatakan, Kalian bukanlah umatku karena telah membunuh itrahku?
Penduduk menjawab, Wahai putra Rasulullah, perintahkan kami, tentulah kami akan mendengarkan dan mematuhi Anda!
“Haihât…sekali-kali tidak!, kata beliau dengan tegas. Telah ada tipu muslihat di antara diri kalian dan hawa nafsu kalian, hai kaum penipu dan pemakar! Apakah kalian ingin mendatangiku seperti dulu ketika kalian telah mendatangi para pendahuluku?لما يندمل كلا ورب الراقصات فإن الجرح; “Tidak mungkin! Demi Tuhan, luka ini belum terobati!”

Zainab Bersyair Saat Melihat Kepala Al-Husain as
Ketika para penggiring tawanan akan sampai istana Ibnu Ziyad, saat itu seorang tukang sedang menghias pintu istana penguasa, dan mendengar suara ramai dari luar. Ia bertanya, Ada apa gerangan?
Dijawab, Kepala seorang “khawarij yang menentang Yazid sudah datang!”
Kepala siapa?, tanya ia penasaran.
Al-Husain bin Ali!. Terkejut mendengar itu, ia menampari wajahnya sendiri. Lalu keluar untuk melihat tawanan husaini yang digiring.. Anak-anak dibawa naik di atas tunggangan. Penduduk memberi mereka makanan, kurma dan roti.
Ummu Kultsum teriak, يا اهل ان الصدقة علينا حرام; “Hai penduduk, sedekah itu haram bagi kami..” Ia langsung mengambili makanan dari tangan dan di mulut anak-anak itu, dan membuangnya ke tanah.
Lalu datang lagi, para penggiring membawa kepala-kepala (syuhada), dan di depan sendiri adalah kepala al-Husain, yang bercahaya bak purnama, berwajah sangat mirip dengan Rasulullah… Zainab ketika melihat kepala abangnya, bersyair (yang artinya kira-kira demikian):
Duhai hilal kala menjadi purnama, terampas gerhana menambah kehilangan
Namun kutak ragu duhai Raka hatiku, bahwa ini telah menjadi suratan
Duhai abangku, ajaklah adik Fatim bicara. Hatinya terkikis oleh luka
Duhai kanda, apa daya hatimu yang menyayangi kami karena duka dan derita
ما اذل اليتيم حين ينادي بأبيه ولا يراه مجيبا
Alangkah lemah anak yatim ini kala memanggil ayahnya, tak dengar lagi sahutannya.

“Tak Kulihat itu Kecuali Indah”
Di dalam istana, Ibnu Ziyad telah bduduk di singgahsananya. Seseorang maju dengan membawa kepala al-Husain untuk diletakkan di hadapannya. Ketika itu tawanan terdiri dari para wanita dan anak-anak syuhada masuk ke dalam.
Mata Ibnu Ziyad tertuju pada Zainab putri Ali bin Abi Thalib, dan berkata, Segala puji bagi Allah yang telah menghinakan kalian!
Zainab membalas, Sesungguhnya yang fasik akan tersingkap aibnya
“Hai, bagaimana kau melihat perbuatan Allah terhadap saudaramu dan keluargamu?, tanya Ibnu Ziyad.
Zainab menjawab, ما رأيت الا جميلا; “Aku tidak melihat kecuali itu indah!” Lalu berkata, “Telah Allah tetapkan bagi mereka dalam terbunuh, maka mereka pergi ke tempat peristirahatan mereka. Kelak Allah akan mengumpulkan antara kau dan mereka, dan pada saat itu kau membantah.
Hanya iman yang kokoh dan marifat yang tinggi, yang dapat mengatakan itu. Tegar dengan segala cobaan. Tak gentar menghadapi semua musuh kebenaran. Tiada keraguan dalam menjalani ujian demi ujian yang amat berat.
Bukan membandingkan, jika pengorbanan nabi Ibrahim as dengan menyembelih putranya, lalu Allah Mahakuasa menggantikannya dengan domba; dan ujian-ujian berat lainnya yang mengangkat derajat beliau di sisi-Nya, maka pengorbanan besar Zainab putri Ali dan keluarganya, tak hanya menyaksikan pembantaian terhadap Imam Husain, putra-putranya, al-Abbas dan para sahabat setianya. Zainab beserta keluarga, putri-putri al-Husain dan para wanita syuhada, yang menjadi tawanan penguasa, menyaksikan berbagai kekejian yang dilakukan oleh orang-orang Yazid terhadap mereka.
Dengan semua siksaan yang mereka alami, Allah Yang Mahakuasa melindungi tawanan suci ini. Kepala-kepala syuhada diarak oleh orang-orang bejat Ibnu Ziyad. Tak terkecuali kepala al-Husain cucu kesayangan Rasulullah saw, lalu diperlihatkan kepada Sukainah putri kecilnya yang tiada dosa, dan berbagai kemazluman lainnya.
Sampai pada puncaknya, yaitu ketika kepala suci yang sering dicium Rasulullah itu, diketuk-ketuk Yazid dengan tongkatnya. Tetapi semua itu di mata Zainab al-Aqilah, bahwa pengorbanan agung Imam Husain, keluarga dan para sahabatnya sangatlah indah. Membuahkan kemenangan yang abadi bagi agama Muhammad saw, yang Allah ridhai, dan nama-nama harum mereka menjadi suci dan agung di sepanjang masa.