Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dialah Muhammad (saw) yang Dinanti-nanti Semua Umat!

1 Pendapat 05.0 / 5

Allah swt berfirman:
وَ إِذْ قالَ عيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يا بَني‏ إِسْرائيلَ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقاً لِما بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْراةِ وَ مُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتي‏ مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جاءَهُمْ بِالْبَيِّناتِ قالُوا هٰذا سِحْرٌ مُبينٌ
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Hai Bani Isra’il, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa mukjizat dan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, Ini adalah sihir yang nyata. (QS: ash-Shaff 6)

Dalam kitab an-Nimatu al-Kubra ala al-Alam disampaikan bahwa: pada bulan Rabiul awal saat kehamilan Sayidah Aminah mendekati hari melahirkan putra agung Abdullah bin Abdul Muthalib, (baginda nabi Muhammad saw), Allah swt melimpahkan berbagai karunia kepadanya; dari malam pertama sampai malam keduabelas. Ialah malam kelahiran Rasulullah saw.
Pada malam pertama Rabiul awal; Allah karuniakan kepada Sayidah Aminah kedamaian dan ketentraman yang luar biasa. Sehingga beliau merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang tak pernah dirasakan sebelumnya.
Pada malam kedua; kabar gembira datang kepadanya bahwa sebentar lagi beliau akan mendapati anugerah nan agung dari Tuhannya.
Pada malam ketiga; diserukan kepadanya: Wahai Aminah, telah dekat bagimu waktu melahirkan Sang Nabi Agung (Muhammad saw) yang selalu memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya.
Pada malam keempat; beliau mendengar dengan sangat jelas bermacam-macam tasbih para malaikat.
Pada malam kelima; beliau bermimpi jumpa dengan nabi Ibrahim Khalilullah as.
Pada malam keenam; beliau melihat cahaya Rasulullah saw yang meliputi segala penjuru alam.
Pada malam ketujuh; beliau melihat para malaikat turun silih berganti mengunjungi kediamannya, dengan membawa kabar gembira, sehingga kebahagiaan yang beliau rasakan semakin memuncak.
Pada malam kedelapan; beliau mendengar dengan jelas seruan di mana-mana, yang mengatakan: Berbahagialah wahai seluruh penghuni alam! Bahwa telah dekat hari kelahiran Sang Nabi Agung Kekasih Allah Tuhan alam semesta…
Pada malam kesembilan; semakin deras limpahan rahmat dan kasih sayang Allah kepada Sayidah Aminah, sehingga tiada resah dan beban sedikitpun dalam dirinya.
Pada malam kesepuluh; beliau menyaksikan tanah Khaif dan Mina turut gembira dalam menyambut kelahiran Baginda Nabi saw.
Pada malam kesebelas; beliau melihat semua penghuni langit dan bumi pun bersukacita menyongsong kelahiran Nabi besar Muhammad saw.

Tanda Kenabian di Punggungnya
Menurut sejarah dalam satu versi, bahwa nabi Muhammad putra Abdulllah bin Abdul Muthalib (saw) lahir pada 12 Rabiul awal. Dalam versi lain dikatakan pada tanggal 17-nya, di kota Mekah pada tahun pasca serangan pasukan gajah Abrahah terhadap Kabah.
Saat Nabi saw berusia empat tahun, Ibunya wafat menyusul para pendahulunya (mereka semua adalah pemuka-pemuka yang terpandang bagi kaum mereka). Maka, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib yang sangat menyayanginya. Kemudian saat usia Nabi menginjak delapan tahun, sang kakek pun dipanggil oleh Tuhan Yang Mahakuasa, setelah berwasiat dan menyerahkan urusan dan tanggung jawabnya kepada putra yang paling beliau percaya. Ia adalah Abu Thalib paman Nabi saw.
Diceritakan, ketika itu Nabi saw berumur 12 tahun, saat sang paman hendak melakukan perjalanan jauh untuk berniaga, dari Mekah ke Syam (Suriah), beliau berkata kepadanya, “Paman, mengapa engkau tidak mengajak aku pergi? Aku tidak mempunyai siapa-siapa yang mengurus diriku selain dirimu!”.
Abu Thalib tersentuh mendengar ungkapan Muhammad saw yang amat dia sayangi. Ia takkan tega meninggalkan putra mendiang saudaranya seorang diri di Mekah. Maka ia angkat sang keponakan itu dan mendudukkannya di atas tunggangan. Lalu kafilah niaganya pun berangkat menempuh perjalanan jauh menuju Syam.
Tiba di satu daerah (Bushra) antara Syam dan Hijaz, di sana terdapat tempat khalwat seorang rahib bernama Buhaira. Mereka lalu berjumpa dengannya, dan ia merasa takjub saat menyaksikan seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad (saw).
Apa yang ia saksikan, bahwa awan di atas bergerak mengikuti langkah Muhammad (saw), menaungi keberadaan beliau di manapun. Sang rahib bergegas ingin mendekatinya, untuk melihat tanda-tanda kenabian yang ada di tubuh Muhammad (saw), sebagaimana yang tertera dalam catatan kitab-kitab suci terdahulu.
Dan benar.., sang rahib menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad (saw), yang terletak di antara kedua pundaknya. Maka ia mencium tanda suci itu. Kemudian ia berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga keponakannya itu dengan ekstra hati-hati. Karena beliau adalah calon utusan Tuhan, yang dinanti-nanti oleh seluruh umat manusia.