Falsafah nama Rasulullah saw

Ketika Rasulullah Saww belum dilahirkan, nabi-nabi terdahulu, mulai dari Nabi Adam as sampai Nabi Isa as telah memberi kabar gembira kepada umatnya akan datangnya nabi akhir zaman dengan ciri-ciri tertentu. Yaitu, dilahirkan di kota Mekkah, hijrah ke kota Madinah dan wafatnya juga di kota Madinah, dan kekuasannya membentang sampai di kota Syam. Nama Rasulullah Saww kalau di kitab Injil adalah ahmad. Allah berfirman,

“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “ini adalah sihir yang nyata.” (QS. As-Shaf :6)

Perlu diketahui bahwa nama yang dikemukakan oleh nabi Isa as tadi, itu bukan sekedar nama. Akan tetapi merupakan pemberian dari Allah Swt yang tentunya ada makna yang terkandung. Di dalam nama yang Ahmad jika ditulis dengan huruf Arab tanpa dipisah-pisah ada falsafah tentang adanya gerakan shalat. huruf alif menunjukkan simbol tentang orang yang berdiri. Huruf ha mengambarkan orang yang sedan ruku. Huruf mim menggambarkan tentang orang yang sedang sujud. Huruf dal menunjukkan gambaran orang yang sedang duduk tahiyat shalat.

Selain makna tersebut, ada juga makna yang tersembunyi di balik nama Ahmad. Yaitu secara gramatika Arab, kata Ahmad itu termasuk shighat mubalaghah (bentuk yang mempunya arti banyak) dari kata hamdu (memuji). Jadi, bisa diambil kesimpulan bahwa nabi Ahmad nama dari nabi Muhammad Saww mempunyai arti orang yang paling banyak memuji Allah.

Nabi Muhammad Saww bersabda, “aku adalah Ahmad tanpa mim” , Ahmad tanpa mim akan mempunyai arti ahad (Esa), yang merupakan sifat Allah yang sangat unik. Mim yang merupakan simbol personafikasi dan manifestasi Allah dalam diri nabi Muhammad Saww pada hakikatnya adalah bayangan ahad yang ada di alam semesta. Mim adalah washilah (perantara) antara makhluk dengan khaliknya. Mim adalah jembatan yang menghubungkan para kekasih Allah dengan sang kekasihnya yang mutlak. Dengan kata lain, nabi Muhammad Saww merupakan mediator antara makhluk dengan Allah swt.

Menurut Iqbal, ”Muhammad benar-benar berfungsi sebagai “mim” yang “membumikan” Allah dalam kehidupan manusia. Dialah “zhahir”nya Allah; dialah syafi (yang memberikan syafaat pertolongan dan rekomendasi ) antara makhluk dengan Tuhannya. Ketika anda ingin merasakan kehadiran Allah dalam diri anda, hadirkan Muhammad. Ketika anda ingin disapa oleh Allah, sapalah Muhammad. Ketika anda ingin dicintai Allah cintailah Muhammad.  Qul inkuntum tuhibunallah fat tabi’uni yuhbib kumullah.” Apabila kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Muhammad) kelak Allah akan cinta kepada kalian.” Kepada orang seperti inilah kita diwajibkan cinta, berkorban dan bermohon untuk selalu bersamanya, di dunia dan akhirat. Sebab seperti kata nabi, setiap orang akan senantiasa bersama orang yang dicinatainya.”Selain nama Ahmad, Rasullah Saww juga mempunyai nama Muhmmad. Nama ini pemberian dari kakeknya, Abdul Muthalib. Nama ini diilhami atas harapan besar Abdul Muthalib agar kelak cucunya ini dipuji oleh makhluk seantero dunia karena sifatnya yang terpuji. Adapun anam tersebut kalau ditinjau secara gramatika Arab berstatus sebagai isim maf’ul (obyek) dari asal kata hammada. Menurut kiai Maksum bin Ali dalam kitab amtsilah tasrifiyyah menyebutkan bahwa penambahan tasdid mempunyai faidah taksir (banyak). Jadi, artinya adalah orang yang banyak dipuji. Sebab semua makhluk di dunia ini memuji Rasulullah Saww dengan membaca shalawat untuknya. Allah berfirman, “ Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk nabi. ‘Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.’’’ (QS.Al-Ahzab: 56)

Allhumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad