Mengenang Wafatnya Sayidah Maksumah(2)

Perjalanan spiritual beliau terungkap dalam cerita kehidupannya, suatu hari sejumlah pengikut Ahlul Bait as dari beberapa kota tiba di Madinah untuk menanyakan seputar urusan agama kepada Imam Kadzim as. Setelah masuk ke Madinah, mereka langsung menuju rumah beliau. Namun ketika sampai di depan pintu rumah Imam Kadzim, mereka baru mengetahui bahwa Imam sedang bepergian.

Kesedihan mendalam karena tidak bisa bertemu Imam Kadzim dan tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, telah menambah kelelahan akibat perjalanan jauh mereka. Kemudian mereka bermaksud kembali ke kotanya namun tiba-tiba Sayidah Maksumah yang saat itu masih kanak-kanak meminta mereka untuk menyampaikan pertanyaannya.

Lalu dengan hati-hati Sayidah Maksumah menuliskan jawaban satu persatu pertanyaan orang-orang itu dan memberikannya kepada mereka. Bagi para pengikut Ahlul Bait as tersebut, hal ini cukup mengejutkan, seorang anak perempuan yang masih belia mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan fikih semacam itu.

Rombongan pengikut Ahlul Bait as itu dalam perjalanan pulang bertemu dengan Imam Musa Kadzim as yang sedang kembali ke Madinah. Mereka begitu gembira bisa bertemu Imam Kadzim dan menceritakan kejadian yang baru mereka alami dan menunjukkan tulisan tangan Sayidah Maksumah kepada beliau.

Imam Kadzim ketika membuka surat tersebut menunjukkan raut muka gembira melihat tulisan tangan dan jawaban putrinya dan berkata, Fidaha Abuha, Ayahnya menjadi tebusan putri ini.

Karena ibadah dan penghambaan, manusia bisa mencapai derajat tertentu yang bisa menjadi perantara baginya untuk memperoleh rahmat Ilahi dan manifestasi kehendak Ilahi. Imam Shadiq as terkait hal ini berkata, penghambaan kepada Allah Swt adalah perhiasan berharga yang akibat dan batinnya adalah penguasaan atas makhluk-makhluk yang lain.   

Sayidah Maksumah, di bawah naungan kedudukan tinggi spiritual dan derajat yang dicapai berkat penghambaan dan ketaatan pada Allah Swt, baik dalam kehidupan mulianya maupun setelahnya, menjadi sumber kemuliaan.

Akan tetapi kemuliaan ini tidak terbatas pada dimensi materi dan lahiriah dari kehidupan saja, tapi ia juga meliputi seluruh manusia yang meniti jalan kesempurnaan dan derajat maknawiah.

Sebagai contoh, Mulla Sadra, seorang filsuf Muslim terbesar. Ia mengatakan, setiap kali aku menemui jalan buntu dalam menyelesaikan persoalan filsafat, aku pasti berziarah ke Makam Sayidah Maksumah di Qom dan meminta bantuan beliau. Dengan begitu masalah dan persoalanku terselesaikan dengan mudah, lalu aku kembali ke desa Kahak. Kemuliaan semacam ini menunjukkan keagungan jiwa Sayidah Maksumah dan tersambungnya beliau dengan rahmat dan mata air kemuliaan Ilahi.

Bukti lain keagungan jiwa dan derajat luhur maknawiah Sayidah Maksumah adalah akhlak mulia dan sifat terpujinya seperti kesabaran, ketabahan dan perjuangannya di jalan Tuhan, dan keridhaan serta ketundukan pada ketentuan Ilahi yang selalu menghiasai seluruh perjalanan hidupnya.

Sayidah Maksumah bersama keluarga beliau sering menjadi objek penindasan oleh Dinasti Bani Abbasiah dan yang terbesar adalah penahanan Imam Kadzim as dan kesyahidan beliau di dalam penjara di kota Baghdad oleh Khalifah Harun Rasyid. Setelah itu hijrahnya Imam Ridha as dari Madinah ke Marv (timur laut Iran).

Setiap peristiwa itu memberi tekanan besar pada Sayidah Maksumah, namun beliau selain tetap tabah menghadapi tekanan Bani Abbasiah, juga terus melanjutkan aktivitas keilmuan dan sosial-politik bersama saudaranya sebagai perjuangan, dan hijrah adalah salah satu bentuk protesnya atas kondisi tidak adil yang berlaku.  

Sayidah Maksumah di tahun 201 Hijriah berangkat ke Iran bersama sejumlah keluarganya. Perempuan mulia ini selalu menyampaikan berita ketertindasan saudaranya dan penentangan Ahlul Bait as terhadap pemerintahan Bani Abbas kepada Muslimin, di setiap kota dan desa yang disinggahinya.

Masalah ini membangkitkan kemarahan penguasa saat itu, dan ketika rombongan Sayidah Maksumah tiba di kota Saveh, sejumlah penentang Ahlul Bait didukung petugas pemerintah Abbasiah menyerang rombongan Sayidah Maksumah. Dalam pertempuran tak seimbang itu seluruh laki-laki dalam rombongan gugur. Peristiwa menyedihkan tersebut membuat Sayidah Maksumah jatuh sakit.

Beliau berkata, bawalah aku ke kota Qom, karena aku pernah mendengar ayahku berkata, kota Qom adalah pusat konsentrasi Syiah kami. Para pembesar kota ketika mendengar berita itu bergegas menyambut beliau. Sayidah Maksumah tiba di Qom, pada 23 Rabiul Awal 201 Hijriah dan setelah 16 hari tinggal di kota itu, akibat parahnya sakit, akhirnya meninggal dunia.

Tubuh Sayidah Fatimah Maksumah dikebumikan di kota Qom sehingga kota ini menjadi pusat konsentrasi para pecinta Ahlul Bait as. Salah satu berkah kehadiran Sayidah Maksumah, sekarang kota Qom menjadi salah satu pusat ilmu Ahlul Bait terbesar. Banyak pelajar agama yang datang dari seluruh penjuru dunia, menuntut ilmu di Hauzah Ilmiah Qom. Kota ini juga menghasilkan banyak ulama besar Islam.