Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Cara Nabi Saw Berstrategi

1 Pendapat 05.0 / 5

Para nabi adalah manusia-manusia pilihan Allah. Dengan demikian, mereka memiliki sejumlah keistimewaan dibanding manusia biasa. Salah satunya adalah mereka mampu melakukan mukjizat. Mukjizat adalah sebuah perbuatan luar biasa (khariqul ‘adah) yang dimunculkan para nabi guna membuktikan kebenaran klaim kenabian mereka.

Walau mampu mengeluarkan mukjizat, tak berarti para nabi ‘mengobralnya’ begitu saja. Mereka tidak melakukan mukjizat di sembarang tempat dan waktu. Bahkan, suatu kali, Nabi saw pernah menolak menunjukkan mukjizat kepada orang musyrik yang memintanya, sebab beliau tahu ia tak akan beriman walau telah menyaksikan mukjizat.

Oleh karena itu, kita melihat bahwa para nabi as, khususnya Rasulullah saw, tetap mengandalkan cara-cara alami dan lazim untuk menangani masalah. Sebelum melakukan sesuatu, beliau terlebih dahulu membuat perencanaan matang. Perencanaan dan strategi matang inilah yang menjadi faktor kesuksesan langkah beliau.

Berikut ini adalah sejumlah contoh dari strategi Rasulullah saw dan analisis atas strategi beliau:

1) Saat Rasulullah saw mendapat informasi tentang konspirasi musyirikin untuk membunuhnya, beliau lalu menyusun rencana untuk menggagalkan konspirasi itu dan berhijrah ke Madinah dengan selamat.

Seperti kita tahu, beliau memerintahkan Imam Ali as untuk tidur di ranjang beliau. Tujuannya adalah agar para pengepung berpikir beliau masih ada dalam rumahnya. Ali as, setelah yakin Rasulullah saw akan selamat, menerima tugas ini dengan tulus.

Dipilihnya Ali as untuk mengemban tugas mahapenting ini juga bukan tanpa alasan. Rasulullah saw mengetahui kemampuan tempur saudara misannya ini. Jika para pengepung menyadari Rasulullah saw telah lolos dan terjadi insiden, maka Ali as, dengan kemampuan tempurnya, mampu menahan para pendekar Quraisy itu dan memberi waktu kepada beliau untuk menjauh dari pengejaran.

2) Jalan yang lazim digunakan untuk menuju Madinah adalah melalui jalur utara. Namun Rasulullah saw menggunakan jalur selatan. Dengan taktik ini, beliau mengacaukan pengejaran kaum musyrik serta memperoleh keunggulan waktu dan jarak atas mereka.

3) Selama berada di gua Tsaur, Rasulullah saw menyuruh seorang penggembala menggembalakan kambing di sekitar gua. Dengan demikian, selain mendapat pasokan susu dan makanan, jejak-jejak kaki kawanan kambing itu bisa menghapus jejak yang ditinggalkan Rasulullah saw.

4) Rasulullah saw meminta pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib, agar tetap tinggal di Makkah dan tidak ikut berhijrah ke Madinah. Dengan cara ini, beliau memiliki seorang informan di tengah sarang musuh. Melalui Abbas, juga beberapa informan lain, Rasulullah saw memperoleh berita tentang setiap langkah yang diambil kaum Quraisy.

5) Dalam perang Ahzab, koalisi besar yang terdiri atas Quraisy dan sejumlah kabilah mengepung Madinah. Walau musuh tak mampu menembus parit yang dibuat muslimin, kecuali sebagian kecil seperti Amr bin Abdu Wud, tapi pengepungan ini, yang berlangsung selama berminggu-minggu, mendatangkan kesusahan bagi warga muslim Madinah.

Rasulullah saw lalu menyusupkan Na’im bin Mas’ud ke tengah pasukan musuh. Rumor yang ditiupkan Na’im di tengah musuh menggoyahkan persatuan mereka. Satu sama lain mulai kehilangan kepercayaan. Strategi Rasulullah saw pun membuahkan hasil dan sukses membubarkan koalisi musuh.

 

Siasat Rasulullah saw Mencegah Perselisihan

Rasulullah saw tak hanya cerdik dalam mengatur strategi perang dan intelijen. Beliau pun piawai dalam menangani masalah-masalah sosial-politik dengan strateginya. Sejarah mencatat langkah-langkah beliau dalam mengatasi atau mengantisipasi masalah sosial-politik yang mungkin timbul.

Berikut sejumlah contoh dari strategi Rasulullah saw terkait hal ini:

1) Sebelum Rasulullah saw diangkat sebagai nabi, banjir besar melanda Makkah dan merusak bangunan Ka’bah. Warga Makkah pun bergotong royong merenovasi bangunan yang rusak. Usai renovasi, mereka berselisih soal siapa yang akan mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya. Menaruh Hajar Aswad ke tempatnya adalah sebuah hak istimewa hingga menjadi rebutan.

Rasulullah saw lalu mengusulkan agar Hajar Aswad diletakkan di atas sehelai kain. Tiap kepala kabilah diminta untuk memegang tepi kain itu dan membawanya ke dekat tempat Hajar Aswad. Sesampainya di sana, Rasulullah saw sendiri yang mengambil Hajar Aswad dari kain dan menaruhnya di tempatnya. Semua puas dengan keputusan ini dan pertikaian pun urung terjadi.

2) Sebelum Rasulullah saw hijrah ke Yatsrib (Madinah), dua suku besar di sana, yaitu Aus dan Khazraj, selalu bertikai satu sama lain. Demi meredam segala potensi perselisihan antarsuku, maka beliau menggagas Piagam Madinah. Piagam Madinah disebut-sebut sebagai “undang-undang dasar tertulis pertama di dunia.” Salah satu butirnya adalah para penandatangan piagam ini harus bersatu dan saling membantu.

3) Biasanya, kedatangan orang asing ke sebuah tempat berpotensi menimbulkan masalah. Kerap terjadi gesekan antara para pendatang dengan penduduk setempat. Terlebih jika latar belakang kebudayaan atau kesukuan mereka berbeda.

Guna mengantisipasi hal ini, Rasulullah saw mempersaudarakan Muhajirin (para pendatang) dengan Anshar (penduduk asli Madinah). Efeknya sungguh luar biasa. Sejarah mencatat, kaum Anshar bahkan rela berbagi warisan dengan saudara mereka dari kalangan Muhajirin.

Inilah sejumlah contoh dari strategi dan perencanaan Rasulullah saw. Mungkin saja beliau mampu melakukan segalanya dengan mukjizat, tapi beliau tidak melakukannya. Beliau mengajari kita untuk berpikir dan bertindak cerdas dalam menangani masalah. Inilah salah satu pelajaran berharga dari manusia nan agung ini kepada para pengikutnya.