Berteman dengan Cobaan (Bag 1)

Salah satu Sunnatullah yang ada di dunia ini adalah Bala’ atau cobaan. Tidak ada seorang pun yang bisa lolos darinya. Mereka yang berangan-angan ingin hidup selalu mulus tanpa rintangan seperti seorang yang memakan cabe tapi berharap rasanya manis. Mustahil bukan?

Banyak orang yang enggan membahas masalah cobaan dan musibah. Seperti halnya kematian, musibah bagaikan momok yang menghantui pikiran manusia. Padahal, sesuatu yang pasti akan kita temui harusnya dikenali dulu agar lebih mudah dan siap ketika menghadapinya.

Sebelum lebih jauh, kita harus tau lebih dulu apa saja cobaan dan ujian itu? Jangan-jangan kita selama ini menganggap itu cobaan padahal bukan, atau sebaliknya, kita menganggap sesuatu adalah nikmat padahal itu ujian dari Allah. Mari kita bertanya pada Al-Qur’an.

      Apa saja ujian itu?

Ujian atau cobaan tidak harus identik dengan kesulitan. Selama ini banyak orang mengeluh telah diuji oleh Allah hanya saat tertimpa musibah dan kesulitan hidup. Padahal tidak selalu ujian itu berupa hal yang buruk. Allah berfirman:

 

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً -٣٥-

“Kami akan Menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.”
(Al-Anbiya’ 35)

Ada seorang yang diuji dengan penyakit, ada pula yang diuji dengan kesehatan. Ada yang diuji dengan kemiskinan, ada pula yang diuji dengan kekayaan. Disana ada yang diuji dengan ketampanan wajah, jabatan bahkan keluarga. Seluruh yang kesulitan dan kemudahan hidup sebenarnya adalah ujian dari Allah.

 

وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ -١٦٨-

“Dan Kami Uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk”
(Al-A’raf 168)

Seluruh sisi kehidupan adalah ujian. Allah ciptakan kehidupan ini untuk menguji manusia. Lantas, masih adakah yang ingin menapaki jalan hidup tanpa hambatan?

 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً -٢-

“Yang Menciptakan mati dan hidup, untuk Menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
(Al-Mulk 2)

Suatu hari, Imam Ali bin Abi tholib mendengar ada seorang yang mendoakan temannya dengan berkata “Semoga Allah tidak pernah membuatmu melihat keburukan”. Mendengar itu, Imam menegurnya dengan mengatakan bahwa dia telah mendoakan temannya untuk mati. Bagaimana seseorang akan hidup tanpa melihat keburukan dan hal yang tidak dia sukai. Hanya kematian lah yang bisa mewujudkannya.

Kita telah tau bahwa ujian tidak hanya berbentuk keburukan. Nikmat dari Allah juga adalah ujian. Melewati keduanya sama-sama sulit. Bahkan lebih sulit melewati ujian yang berupa nikmat. Karena kita sering lalai bahwa kenikmatan itu adalah ujian juga.

     

 Bagaimana bentuk-bentuk ujian itu?

Bentuk ujian dan cobaan itu bermacam-macam. Kami akan sebutkan beberapa ujian yang sering kita alami.

      1. Penyakit

Ada dua masa yang sering tak disadari kenikmatannya dan saat kehilangan barulah kita tau betapa berharganya masa tersebut.

”Dua hal yang tidak diketahui keutamaannya kecuali setelah kehilangan keduanya. Masa muda dan kesehatan”

Seorang yang sehat sering lalai akan nikmat kesehatan yang ia miliki. Ketika sakit, baru dia merasakan betapa nikmatnya kesehatan. Ketika sehat dia tak pernah bersyukur dan tak pernah sadar bahwa kesehatan itu juga ujian dari Allah.

      2. Keluarga

 

وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ -٢٨-

“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan”
(Al-Anfal 28)

Nikmat berupa keluarga dan anak-anak adalah merupakan ujian dari Allah. Al-Qur’an sering menceritakan bagaimana keluarga bisa menjadi musuh yang menghambat seseorang untuk berjalan menuju Allah.

Lihatlah kisah Nabi Luth dan Nabi Nuh ketika istri mereka berpaling dari Allah swt.

 

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَاِمْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئاً وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ -١٠-

Allah Membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).”
(At-Tahrim 10)

Lihatlah kisah Istri Fir’aun yang diuji dengan suaminya yang dzolim.

 

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِندَكَ بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ -١١-

Dan Allah Membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhan-ku,bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,”
(At-Tahrim 11)

Lihatlah Nabi Nuh ketika diuji dengan anaknya yang berpaling dari Allah.

 

قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاء قَالَ لاَ عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِلاَّ مَن رَّحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ -٤٣-

Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.
(Huud 43)

Dan masih banyak lagi kisah para nabi yang diuji dengan keluarganya. Nabi Ya’qub diuji dengan putra-putranya yang membuang Yusuf. Ibrahim juga mendapatkan ujian. Semua itu menunjukkan bahwa keluarga adalah ujian. Jika tidak berhati-hati kita akan ikut berpaling dari Allah. Khususnya bagi kepala rumah tangga, menjaga keluarga dari api neraka adalah kewajiban utama. Allah berfirman:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً -٦-

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
(At-Tahrim 6)

       3.Harta

Harta merupakan ujian yang menimpa semua orang. Kekurangan harta bisa menyebabkan orang menjual agamanya. Kelebihan harta bisa membuat orang kikir dan congkak. Kali ini, kita akan belajar dari Qorun si Konglomerat dalam Al-Qur’an.

Saat Nabi Musa memintanya untuk mengeluarkan sebagian harta untuk orang miskin, dia dengan congkak berkata:

 

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي -٧٨-

Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”
(Al-Qashas 78)

Seketika itu juga Allah mengadzabnya karena kesombongannya.

 

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ المُنتَصِرِينَ -٨١-

Maka Kami Benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.
(Al-Qashas 81)

      4. Ilmu

Seorang yang berilmu memiliki kedudukan tinggi disisi Allah. Tapi hati-hati, seorang yang berbuat salah padahal dia tau bahwa itu salah, lebih berat hukumannya dari mereka yang berbuat salah karena tidak tau. Ilmu adalah ujian. Dengan ilmu seseorang bisa menjadi orang yang paling dekat dengan Allah atau menjadi seorang yang paling jauh dari Allah. Tergantung bagaimana dia bisa menjaga ilmu itu dengan mengamalkannya atau malah melanggar apa yang sudah dia ketahui.

Ketika mensifat Ulama’ Su’ (Ulama’ yang buruk), Al-Qur’an memberi mereka dua sifat yang amat buruk dan hina. Dalam salah satu ayatnya, Allah mensifati mereka seperti Anjing.

 

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث -١٧٦-

“Dan sekiranya Kami Menghendaki niscaya Kami Tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga).”
(Al-A’raf 176)

Di ayat lain Allah mensifati mereka dengan keledai. Berhati-hatilah mereka yang memiliki ilmu, jagalah ilmu itu dengan mengamalkannya, jika tidak, derajat mereka akan turun seperti anjing atau keledai.

 

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً -٥-

“Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.”
(Al-Jumu’ah 5)

Dan masih banyak lagi ujian yang tak pernah lari dari kita. Seperti halnya masyarakat yang bobrok dan pemimpin yang dzalim. Kawan yang buruk, bencana Alam, kecelakaan serta kedudukan dan jabatan. Semua adalah ujian dari Allah.

Sebenarnya, mengapa Allah menguji kita?

Bagaimana Al-Qur’an mengajari kita untuk menghadapi ujian?

Apakah kita bisa mencegah ujian dan cobaan itu?

Kita akan menemukan jawabannya di Berteman dengan Cobaan (Bag 2)

Bersambung…..