Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Namanya Tertulis Di Lauh Mahfuzh

1 Pendapat 05.0 / 5

Rumah keluarga Nubuwwah terang benderang. Ucapan selamat terdengar di sana sini. Mereka sangat berbahagia menyambut kelahiran bayi mungil yang cantik jelita.

Bayi mungil itu lahir pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun ke-5 atau ke-6 H. Bayi itu adalah anak perempuan pertama Sayyidah Fatimah Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib (alaihimassalam). Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa beliau lahir empat tahun sebelum Rasulullah saw. wafat.

Sayyidah Fatimah Zahra a.s. memeluk dan mencium bahagia bayi mungil itu dan berkata kepada suami tercintanya, “Wahai Amirul Mukminin! Karena Nabi Muhammad saw. ayahku sedang bepergian, tolong beri nama bayi mungil kita ini.”

Imam Ali a.s. menjawab, “Maafkan aku istriku, aku tidak mau mendahului ayahandamu.”

Setelah tiga hari berlalu, Rasulullah saw. pulang dari perjalanan. Sebagaimana biasa, pertama Rasulullah saw. datang ke rumah Sayyidah Fatimah Zahra as. Kemudian beliau bersabda, “Anak-anak Fatimah adalah anak-anakku.”

Sayyidah Fatimah menyampaikan keinginan beliau untuk memberi nama putri mungil yang baru dilahirkan. Rasulullah saw. menunggu wahyu untuk memberi nama bayi cantik itu. Kemudian Jibril turun dan berkata, “Allah menyampaikan salam untukmu dan  Allah swt. berfirman, “Beri anak ini nama Zainab, sebagaimana yang telah Kami tulis di Lauh Mahfuz.”

Kemudian bayi tersebut diberi nama Zainab s.a. (salamullah alaiha). Nah, apakah adik-adik mengetahui arti Zainab? Yuk kita lanjut baca!

Berkaitan dengan akar kata nama Zainab, terdapat beberapa penafsiran. Sebagian ulama mengatakan bahwa nama beliau hanya terdiri dari satu suku kata (Zainab) yang berarti nama salah satu pohon yang cantik dan harum baunya, sebagaimana yang disebutkan dalam kamus Lisanul Arab karya Ibnu Manzur.

Ulama lain berpendapat bahwa nama beliau terdiri dari dua suku kata yaitu Zain (زین) dan Abun (أب) yang berarti ‘perhiasan ayah’. Sebagaimana ibunya, Sayyidah Fatimah Zahra a.s., memiliki gelar Ummu Abiiha (ibu ayahnya) yang mengisyaratkan hubungan yang amat dekat antara seorang anak perempuan dengan ayahnya, Sayyidah Zainab a.s. juga memiliki gelar Zain Abiiha (hiasan ayahnya). Untuk mempersingkat nama atau karena telah sering digunakan maka alifnya dibuang dan menjadi ‘Zainab’ (زینب).

Yang pasti, baik nama Sayyidah Zainab hanya terdiri dari satu suku kata ataupun dua suku kata, kedua-duanya mengisyaratkan arti dan makna yang sangat tinggi dan indah.

Setelah memberi nama yang sangat indah, Rasulullah saw. mencium Sayyidah Zainab yang mungil itu dan bersabda, “Aku berpesan kepada umatku, baik yang hadir maupun yang tidak hadir, untuk menghormati anak perempuan ini. Karena dia sebanding dengan Khadijah Al-Kubra.”

Kemudian Rasulullah saw. mendekap Sayyidah Zainab a.s. di dada beliau dan meletakkan wajah yang mulia di wajahnya. Tiba-tiba Rasulullah saw. menangis. Begitu banyak air mata yang mengalir hingga membasahi janggutnya. Sayyidah Fatimah a.s. bertanya, “Duhai ayah, mengapa engkau menangis?”

Rasulullah saw. bersabda, “Setelah kepergianku, anak ini akan mendapat musibah yang berat dan bermacam-macam.”

Mendengar itu, Sayyidah Fatimah a.s. pun menangisi putri mungilnya.

Salam sejahtera atasmu wahai srikandi Karbala…