Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Surat untuk Siti Fatimah

1 Pendapat 05.0 / 5

Ya Fatimah, kalimat apa yang pantas dan “pas”untuk melukiskan keagunganmu?! Mana di antara pelbagai keutamaanmu yang paling dahsyat? Apakah karena kedahsyatan lenteramu, sehingga “cahaya wujudmu”diciptakan dua tahun sebelum Nabi Adam dan Hawa?![1] Apakah karena engkau yang pertama kali masuk surga dari kalangan wanita (riwayat al-Hakim)? Apakah karena engkau yang paling mirip dengan Rasulullah saw dari sisi akhlak, tutur kata dan bahkan cara jalannya (sebagaimana kesaksian Siti Aisyah ra.)?![2] Apakah karena asal penciptaanmu dari buah surgawi, sehingga setiap Sang Nabi saw rindu aroma surga, ia menciumimu  (Tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156)?! Apakah karena engkau melahirkan dua pemuda hebat yang dijuluki Rasul saw sebagai “Sayyidai syababi ahlil jannah” (dua pemuda penghulu surga?! Apakah karena nama sucimu Az-Zahra,  wanita yang tidak pernah mengalami haid sama sekali, dan saat engkau melahirkan pun langsung suci dari nifas agar tiada terlewatkan salat bagimu?! (Lihat kitab kitab fataawa adz-Dzahiriyyah). Apakah karena engkau adalah al-Kautsar (kebaikan dan keberkahan yang banyak) yang dari sulbimu yang spesial keturunan Rasulullah saw tidak terputus (lihat tafsir surat al-Kautsar)?!

Apakah karena infak dan itsar (mendahulukan orang lain dalam kebaikan) yang engkau lakukan terhadap orang miskin, anak yatim dan tawanan perang?![3] Apakah karena surat keputusan Tuhan yang menyucikanmu sesuci-sucinya dari rijs (kotoran lahir dan batin) sehingga kemaksumanmu tidak kalah dari Siti Maryam?![4] Apakah karena posisimu sebagai wakil dari Muslimat (wanita-wanita Muslim) dalam peristiwa Mubahalah sehingga engkau dijuluki “nisa’ana” (wanita-wanita kami)?![5]

Apakah karena peranmu sebagai “ummu abiha” (bagaikan ibu bagi ayahnya) yang sepeninggal Siti Khadijah, engkau mengobati  kesedihan Nabi saw atas kepergiannya dan engkau merawat ayahmu dengan cinta dan kasih sayang keibuan?! Apakah karena hidupmu didamping oleh “asadullah al-ghalib” (singa Allah, sang pemenang) Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib yang tanpa kehadirannya di sisimu niscaya tidak ada satu pun pria yang kufu’ (selaras dan pantas untukmu)?! Apakah karena ibadahmu yang luar biasa sehingga kedua kakimu bengkak sebagaimana dialami oleh ayahmu?! Apakah karena engkau bergelar “sayyidatu an-nisa’ al-alamin” (penghulu para  wanita sepanjang masa)?![6] Apakah karena riwayat yang menyatakan bahwa engkau adalah ”bidh’ah minni”(belahan jiwa Nabi saw)[7]?! Apakah karena hadis yang menegaskan bahwa engkau adalah penghulu wanita-wanita surga?![8] Apakah karena engkau adalah orang yang paling dicintai Nabi saw?![9] Apakah karena marah dan ridhamu selevel dengan marah dan ridha Allah?![10] Apakah karena riwayat yang memberitakan bahwa nanti di hari akhir seluruh mata di padang mahsyar—sesuai dengan perintah Allah Swt—diminta untuk dipejamkan sehingga Siti Fatimah melewati padang mashsyar?![11]

Ya Fatimah, aku terpaku dalam kebinggungan dan berpikir: mana di antara pelbagai  kemulianmu tersebut yang paling menonjol? Dan aku sadar bahwa masih mungkin dan banyak dari sisa keutamaanmu yang terlewatkan dariku.

Oh Fatimah, betapa aku jahil (baca: bodoh) terhadap maqam (kedudukan)mu. Oh Fatimah, betapa aku gagal untuk memahamimu. Oh Fatimah, betapa rugi aku yang tak mengenalmu. Oh Fatimah, betapa aku tanggung dalam mencintaimu. Oh Fatimah, betapa aku canggung dalam mengapresiasi kebesaranmu.

Wahai putri Nabi, ajarilah aku untuk mengidolakanmu secara maksimal!

Wahai putri Nabi, beritahu aku bagaimana cara meneladanimu!

Wahai putri Nabi, bisikkan padaku bagaimana semestinya aku memperlakukanmu?

Wahai putri Nabi, ilhamkan padaku cara mengenang kehidupan dan kematianmu?

Wahai putri Nabi, pantaskan aku untuk mengambil butir-butir mutiara kehidupanmu?

Ya binta Rasul (wahai putri Rasul saw), apakah engkau ridha melihat kondisi Muslimat yang sebagian mereka terlibat dalam LGBT?

Wahai penghulu wanita sedunia, tidakkah engkau prihatin melihat perempuan yang tidak berhijab di hadapan non-muhrim dan memamerkan auratnya di depan publik serta menjual dirinya ke lelaki hidung belang?

Ya qurrata ‘ain Rasul (wahai kebahagiaan Rasul saw), bagaimana perasaanmu melihat pemuda-pemudi Muslim yang mengidolakan “bintang-bintang gelap” dan “pelita-pelita redup”?

Wahai alumni Universitas Muhammad saw, mengapa umat ini gampang terpecah belah sehingga kehilangan kekuatannya; mengapa yang ditonjolkan titik-titik perbedaan antara pelbagai mazhab/aliran, bukan poin-poin persamaan?!

Wahai manifestasi rahmat Allah di muka bumi, adukan kepada ayahmu siapa saja yang mengotori mimbar dengan fitnah, adu domba, dan pemecah belahan umat, serta takfiri (pengkafiran sesama ahli kiblat)!

Wahai wanita penyabar, doakan umat Kanjeng Nabi saw ini supaya bisa berkasih sayang sesama Muslim dan mengenali musuh yang sesungguhnya!

Ya bi’dhata Nabi, kan ku datangi pusaramu dan ku ucapkan dengan penuh haru dan emosi:

Assalamu alaiki Ya Fatimata Zahra

Kemudian kan kutaburkan bunga di atas makammu sambil ku katakan: Ya Fatimah, sampaikan salamku kepada ayahmu dan bantulah aku tuk mendapatkan syafaat Rasulullah!

 

Catatan :

[1] Riwayat sahabat Jabir bin Abdillah yang dikutip oleh Ibn Hajar ‘Asqalani.

[2] Mustadrak, Hakim Naisyaburi, no 1422, jilid 3, hal. 366.

[3] Lihat tafsir surat ad-Dahr/al-Insan dari ayat 7 sampai dengan ayat 22.

[4] Lihat tafsir surat al-Ahzab, ayat 33.

[5] Silakan telaah tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 61.

[6] Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain, Hakim Naisyaburi, Dar al-Ma’rifah, Beirut,jilid 3, hal. 56, Fathul Bari, Ibn Hajar, Dar al-Ma’rifah, Beirut, jilid 7, hal. 82. Sunan an-Nasa’i,jilid 4, jilid 7, hal. 252.

[7] Silakan lihat Musnad Ahmad,jilid 4, hal. 5, Shahih Bukhari,julid 4,hal. 210, Shahih Muslim,jilid7, hal. 141.

[8] Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain,jilid 3,hal. 151, Fathul Ba’ri,jilid 6,hal. 321, Sunan at-Turmudzi,Dar al-Fikr, jilid 5, hal. 326.

[9] Hakim Naisyaburi, Mustadrak, jilid 3, hal. 217, Thabrani,al-Mu’jam al-Kabir, bab Manaqib Fatimah, Dar Ihya Turats ‘Arabi,jilid 22,hal. 404.

[10] Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain, Hakim Naisyaburi.

[11] Para pewari riwayat ini ialah Imam Ali, Siti Aisyah, Abu Sa’id, Abu Hurairah, Abu Ayyub, Ibn Umar dan lain-lain.